Posts

Showing posts from February, 2010

Vertigo dan Rasa Pusing: Keluhan-keluhan umum

1.1 Vertigo dan Rasa Pusing: Sindrom-Sindrom Multisensoris     Vertigo dan rasa pusing (dizziness) bukan merupakan kelompok penyakit yang berbeda. Namun terkadang vertigo terkait dengan gangguan vestibular, sedangkan rasa pusing tidak (Neuhauser dan Lempert 2004). Akan tetapi, tidak ada kesepakatan umum, dan stimulus visual bisa menyebabkan vertigo (misal: vertigo ketinggian atau aptokinetic vection), seperti halnya gangguan vestibular sentral atau otolith yang bisa menyebabkan rasa pusing (dizziness). Kedua istilah ini mencakup beberapa sindrom multisensoris dan sensorimotoris dari berbagai etiologi dan patogenesis, yang hanya bisa diketahui dengan pendekatan interdisipliner. Setelah sakit kepala, vertigo dan rasa pusing merupakan gejala-gejala yang paling sering muncul, bukan hanya dalam neurologi. Menurut sebuah survei yang dilakukan terhadap lebih dari 30.000 orang, prevalensi vertigo sebagai sebuah fungsi usia adalah sekitar 17%; meningkat menjadi 39% pada populasi yang berusia

Prevalensi maloklusi pada remaja-remaja Hungaria

Ringkasan Tujuan penelitian epidemiologi ini adalah untuk menilai prevalensi maloklusi, yang terkait dengan kejadian karies, dan tingkat kesehatan mulut pada populasi Hungaria dengan menggunakan kuisioner WHO yang dirancang untuk menilai kelainan-kelainan dentofacial. Sebanyak 483 remaja (289 perempuan, 194 laki-laki), dengan usia 16-18 tahun, diperiksa.     Kelainan-kelainan ortodontik ditemukan pada 70,4 persen sampel. Gigi berjejal (crowding) dan renggang (spacing) masing-masing ditemukan pada 14,3 dan 17 persen, dimana gigi renggang lebih prevalen pada maksila dibanding mandibula (masing-masing 10,4 dan 2,9 persen). Oklusi kelas I ditemukan pada 52,8 persen subjek. Kelainan half cusp pada hubungan molar antero-posterior lebih prevalen dibanding kelainan full cusp (masing-masing 26,9 dan 20,3 persen). Gigi yang rusak, hilang, dan berlubang (DMFT), permukaan yang rusak, hilang, dan berlubang (DMFS), dan skor indeks plak terlihat (VPI) dari 340 remaja yang mengalami maloklusi seca

Sindrom Kulit Melecur Staphylococcal pada Seorang Bayi Prematur Dengan Berat Lahir Sangat Rendah

Abstrak Penyakit-penyakit kulit eksfoliatif cukup jarang pada neonatus. Apabila disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang positif-koagulase, penyakit-penyakit kulit melecur seperti sindrom kulit-melecur staphylococcal (SSSS), impetigo bulosa, dan demam merah staphylococcal bisa terjadi. Penyakit-penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi-komplikasi signifikan dan kematian. SSSS disebabkan oleh toksin eksfoliatif staphylococcal A atau B, yang membelah lapisan granular kulit, menimbulkan proteolisis, dan bisa menunjukkan aktivitas-aktivitas superantigen, seperti epidermolisis dan mitogenisitas limfosit. Disini kami melaporkan seorang bayi laki-laki prematur dengan berat lahir 1378 gram yang dilahirkan setelah usia kehamilan 29 pekan dan mengalami SSSS pada hari ketiga setelah lahir, tanpa ada tanda-tanda klinis dari sepsis neonatal. Setelah kultur dari lesi dan aliran darah diambil, terapi cloxacillin intravena dilakukan. Tindakan-tindakan pengendalian infeksi dilakukan seketika dan men

Terapi serum autologus pada urtikaria: Metode lama yang dikemas dalam wahana baru

Abstrak Latar belakang: Urtikaria kronis merupakan salah satu masalah terapeutik paling menantang dan menyulitkan yang dihadapi oleh para dokter kulit. Penemuan terbaru tentang reaksi-reaksi tipe 1 abnormal terhadap injeksi serum autologus pada beberapa pasien urtikaria kronis telah mengarah pada dibuatnya klasifikasi baru untuk penyakit ini yakni “urtikaria kronis autoimun”. Ini membangkitkan kembali minat terhadap praktik lama injeksi darah autologus sebagai sebuah opsi perawatan pada pasien-pasien ini. Tujuan: Untuk mengevaluasi efikasi injeksi serum autologus berulang pada pasien-pasien yang mengalami urtikaria kronis membandel. Metode: Suatu kohort yang terdiri dari 62 pasien urtikaria kronis (32 perempuan) dengan  uji kulit serum autolog (ASST) positif (kelompok 1) dianalisis secara prospektif untuk mengetahui efikasi sembilan injeksi serum autologus mingguan berturut-turut dengan follow-up pasca-intervensi selama 12 pekan. Kelompok lain yang terdiri 13 pasien urtikaria kro

Perbandingan tekanan udara positif kontinyu dengan ventilasi bantu proporsional untuk ventilasi non-invasif pada edema paru kardiogenik akut

Abstrak Tujuan: Untuk membandingkan tekanan saluran-udara positif kontinyu (CPAP) dan ventilasi bantu proporsional (PAV) sebagai metode-metode untuk dukungan ventilasi non-invasif pada pasien yang mengalami edema paru kardiogenik parah. Desain dan setting: Sebuah penelitian acak multisenter prospektif yang dilakukan di ICU medis dari tiga rumah sakit universitas. Pasien: Tiga puluh enam pasien dewasa dengan edema paru kardiogenik (CPA) yang mengalami dyspnea yang belum sembuh, laju pernapasan di atas 30/menit dan/atau SpO2 di atas 90% dengan O2 yang lebih tinggi dari 101/menit meskipun telah menjalani terapi konvensional dengan furosemida dan nitrat. Intervensi: Pasien diacak untuk menjalani apakah ventilasi nonionvasif CPAP (dengan PEEP 10 cmH2O) atau PAV (dengan PEEP 5-6 cmH2O) melalui sebuah masker wajah penuh dan ventilator yang sama. Pengukuran dan hasil: Tolak ukur hasil utama adalah tingkat kegagalan sebagaimana didefinisikan berdasarkan onset kriteria intubasi yang te

Sindrom Kabuki: sebuah laporan kasus

Abstrak Artikel ini melaporkan kasus seorang anak perempuan usia 8 tahun dengan sindrom Kabuki dan implikasi sindrom ini terhadap gigi dan kesehatan mulut, yakni hipodonsia dengan gigi yang jarang, morfologi gigi tidak normal, maloklusi dan kelainan garis-tengah anterior palatum. Temuan-temuan pada mulut akan membantu dokter dalam mendiagnosa sindrom ini, yang pernah diduga hanya terjadi pada penduduk Jepang. Kata kunci: Sindrom Kabuki, hipodonsia, bibir cleft, palatum cleft, mikrodonsia.

Semen Ionomer Gelas

Semen Ionomer gelas (GIC) merupakan sebuah bahan restorasi gigi yang digunakan dalam kedokteran gigi untuk penambalan gigi dan semen-semen perekat. Material-material ini didasarkan pada reaksi bubuk gelas silikat dan asam polialkeonat. Material-material yang berwarna seperti gigi ini diperkenalkan pada tahun 1972 untuk digunakan sebagai material restoratif bagi gigi anterior (khususnya untuk daerah yang mengalami erosi, kavitas Kelas III dan V). Karena material ini terikat secara kimia ke jaringan keras gigi dan melepaskan fluoride dalam periode waktu yang lama, maka pengaplikasian moderen dari GIC telah dikembangkan. Sifat-sifat yang disukai dari semen ionomer gelas menjadikannya sebagai material yang bermanfaat dalam restorasi lesi-lesi berkaries pada daerah bertekanan rendah seperti permukaan mulut dan kavitas proksimal anterior pada gigi primer. Hasil dari penelitian klinis, tidak mendukung penggunaan restorasi ionomer gelas konvensional atau ionomer gelas yang diperkuat logam pa

Struktur Kristal Padatan

Bab ini berkaitan dengan sifat-sifat dan karakteristik elektrik dari material-material dan peranti-peranti semikonduktir. Dengan demikian sifat elektrik dari padatan menjadi fokus utama. Semikonduktor secara umum merupakan material kristal tunggal. Sifat elektrik material kristal tunggal ditentukan bukan hanya oleh komposisi kimiawinya tetpai juga oleh tatanan atom dalam padatan tersebut. Pembentukan atau pertumbuhan, material kristal tunggal merupakan sebuah bagian penting dari teknologi semikonduktor. Sebuah pembahasan ringkas tentang beberapa teknik pertumbuhan dimasukkan dalam bab ini untuk menyajikan kepada pembaca beberapa istilah yang menjelaskan struktur-struktur peranti semikonduktor. Bab pendahuluan ini memberikan latar belakang yang diperlukan pada material kristal tunggal dan pertumbuhan kristal untuk pemahaman mendasar tentang sifat-sifat elektrik material dan peranti semikonduktor.

Teknologi Imunoasai Enzim – Aplikasi dalam Produksi dan Pengolahan Sereal

Pendahuluan     Imunoasai diagnostik medis moderen yang pertama (imunoasai enzim atau radio-imunoasai) dikomersialkan di awal tahun 1970an. Metode-metode ini memiliki kesensitifan dan spesifitas yang jauh lebih baik dibanding uji-uji kimiawi, uji imunologi, dan uji biologis sebelumnya untuk hormon-hormon dan molekul-molekul yang memiliki signifikansi patologis. Akan tetapi, para analis makanan dan ilmuwan pertanian cukup lambat dalam mengadopsi teknik-teknik imunoasai, meskipun cukup sederhana dan pengaplikasian yang potensial terhadap berbagai zat (Allen, 1986; Lankow dkk., 1987). Tidak hanya protein yang bisa dideteksi dengan imunoasai, tetapi juga polisakarida dan molekul-molekul organik yang kecil, baik yang terbentuk secara alami (seperti vitamin, hormon dan mikotoksin) maupun buatan manusia, seperti residu herbisida dan pestisida.

Reparasi Luka: Mekanisme dan Pertimbangan Praktis

Penyembuhan luka dan reparasi luka adalah dua istilah yang sering digunakan secara bergantian, tetapi kedua istilah ini sebenarnya menunjuk pada rangkaian proses dan hasil yang berbeda. Penyembuhan luka (wound healing) adalah sebuah istilah yang seharusnya digunakan hanya dalam konteks regenerasi, ketika susunan dan struktur sebuah organ atau bagian anatomi pulih sempurna seperti sebelum cedera. Hewan-hewan yang lebih primitif, seperti amfibi dan reptil kecil, masih mampu melakukan tipe regenerasi ini. Akan tetapi, pada hewan yang lebih besar dan lebih kompleks,  regenerasi tidak mungkin lagi. Pada manusia dewasa, dengan kemungkinan pengecualian untuk organ hati, regenerasi sejati tidak terjadi. Justru, manusia, dan vertebrata tingkat-tinggi lainnya sembuh melalui sebuah proses reparasi, dimana hasil akhirnya bukan pemulihan (restorasi) anatomi tetapi kompromi fungsional.

Penetapan Lokus Kerentanan Psoriasis pada Kromosom 6p21 dan 20p13 di Kalangan Keluarga Perancis

Psoriasis plak merupakan sebuah penyakit inflammatory kronis pada kulit. Penyakit ini diwariskan sebagai sifat multifaktorial, dengan komponen genetik yang kuat. Penelitian pertalian genetik telah menemukan banyak lokus penyakit, tetapi sangat sedikit yang bisa direplikasi pada kelompok keluarga independen. Dalam penelitian kali ini, kami menyajikan hasil dari sebuah scan genome-wide yang dilakukan pada 4 keluarga besar Perancis. Daerah-daerah kandidat kemudian diuji pada 32 keluarga kedua. Analisis sampel berkelompok menguatkan adana pertalian dengan kromosom 6p21 (skor ZMLB = 3,5, P = 0,0002) dan 20p13 (skor ZMLB = 2.9, P = 0,002), walaupun ada sedikit kontribusi dari kelompok keluarga kedua terhadap sinyal pertalian 20p13. Lebih daripada itu, kami mengidentifikasi empat lokus tambahan yang berpotensi terkait dengan psoriasis. Daerah MHC pada kromosom 6p21 merupakan lokus kerentanan utama, yang disebut sebagai PSOR1, yang mana telah ditemukan pada kebanyakan penelitian yang dipublika

Komplikasi-Komplikasi Bedah

Komplikasi bedah adalah masalah-masalah tidak diharapkan yang timbul dalam kaitannya dengan sebuah operasi. Walaupun juru-bedah selalu waspada untuk meminimalisir komplikasi, hasil yang merugikan tetap tidak dapat dihindari. Bab ini berfokus pada pencegahan, pengidentifikasian, dan pengobatan komplikasi-komplikasi umum yang ditemukan pada bedah kulit. Komplikasi Saat Bedah     Kebanyakan komplikasi yang terjadi pada hari pelaksanaan bedah melibatkan masalah-masalah medis utama pasien, reaksi dengan anestesi yang diberikan, dan perdarahan. Alergi, hipersensitifitas, atau reaksi toksik terhadap anestesi lokal dan pingsan disertai atau tidak disertai kejang juga bisa terjadi. Walaupun ada beberapa kesamaan diantara isu-isu ini, namun masing-masing akan dibahas tersendiri secara terpisah.

Grafting (Penanduran/pencangkokan Kulit)

PENDAHULUAN     Penanduran kulit (skin grafting) melibatkan pemindahan kulit yang tidak berdekatan ke sebuah luka, untuk merestorasi integritas fungsional dan/atau untuk memperbaiki aspek kosmetik dari bagian yang bersangkutan. Graf digunakan apabila sebuah luka ingin ditutup tetapi penggunaan jaringan di sekitarnya tidak memungkinkan karena ukuran dan lokasi luka tersebut. Graf juga bisa digunakan pada luka-luka kronis dengan berfungsi memberikan stimulus untuk penyembuhan serta penggantian jaringan. Pada beberapa kasus graf bisa digunakan sebagai pengganti sementara, sebelum prosedur tambahan untuk menutup luka.     Ada beberapa jenis graf. Graf kulit bisa dikelompokkan berdasarkan sumber jaringan donor, ketebalan jaringan donor, dan/atau bagaimana mengolah graf tersebut. Sebagai contoh, jika graf dikelompokkan berdasarkan asal jaringan donor, maka graf bisa dikelompokkan sebagai autograf, alograf, atau xerograf. Dalam bedah dermatologi graf kulit paling sering berupa autograf (d

Flap Kulit

PENDAHULUAN     Flap merupakan sebuah segmen jaringan yang diambil dari lokasi anatomi asal (tempat donor) dengan suplai darah yang terlindungi melalui sebuah pedikel yang tetap menghubungkan flap dengan sirkulasi sistemik. Flap bisa dipindahkan ke sebuah lokasi baru (tempat resipien), untuk merekonstruksi sebuah cacat. Walaupun flap bisa terdiri dari berbagai tipe jaringan, dalam bab ini kita akan berfokus pada flap yang terdiri dari kulit dan jaringan subkutan.     Dengan berdasarkan pada jaringan vaskular yang menyuplai darah ke flap, ada dua kategori utama flap, yaitu: pola acak dan pola aksial. Flap pola aksial dirancang disepanjang aksis sebuah pembuluh darah besar yang dikenali secara anatomi. Flap pola acak tidak memiliki suplai darah seperti ini dan disuplai oleh pembuluh-pembuluh darah kecil yang terjalin secara acak. Jika didasarkan pada bagaimana flap dipindahkan ke lokasi yang baru (tempat donor), ada tiga kategori umum dari flap acak. Pertama, flap pemajuan (advanceme

Perbandingan pengaruh antara pemakaian sunscreen setiap hari dan pemakaian sunscreen tidak rutin terhadap respon kulit imbas radiasi UV simulasi pada manusia

Abstrak Latar belakang: Kerusakan kulit akut dan kronis terjadi sebagai dampak dari keterpaparan radiasi UV matahari. Untuk mengurangi kerusakan kulit seperti ini, komunitas dermatologi menyarankan penggunaan sunscreen rutin setiap hari sebagai bagian dari strategi penghindaran sinar matahari. Tujuan: Kami menentukan efektifitas sebuah produk sunscreen dengan faktor proteksi sunscreen (SPF) 15 yang diaplikasikan setiap hari dalam mencegah kerusakan histologi imbas UV  pada kulit manusia yang dibandingkan dengan proteksi yang diberikan oleh sunscreen yang memiliki SPF sama atau lebih tinggi tetapi tidak rutin diaplikasikan. Metode: Sebanyak 24 subjek dipaparkan terhadap 2 dosis eritema minimal dari UV tersimulasi surya pada 4 hari berturut-turut. Tiga produk sunscreen diaplikasikan pada bokong masing-masing subjek. Salah satu produk dengan SPF 15 diaplikasikan setiap hari sebelum keterpaparan terhadap UV, dan untuk mensimulasi penggunaan produk sunscreen yang tidak rutin, produk d

Radiasi ultraviolet-B meningkatkan kadar 25-hidroksivitamin D dalam serum: Efek dosis UVB dan warna kulit

Abstrak Latar belakang: Sinar ultraviolet (UV)-B meningkatkan kadar vitamin D, tetapi respon terkait dosis dan efek pigmentasi kulit yang ditimbulkan belum diketahui dengan baik. Tujuan: Untuk menentukan hubungan antara keterpaparan UVB dan konsentrasi 25-hidroksivitamin D (25-OH-D) sebagai sebuah fungsi pigmentasi kulit. Metode: Sebanyak 72 partisipan dengan berbagai warna kulit memiliki 96% dari bagian kulit yang terpapar terhadap sinar UVB (20-80 mJ/cm2) 3 kali sepekan selama 4 pekan. Kadar 25-OH-D serum diukur setiap pekan. Hasil: Delapan puluh persen variasi respon terhadap perlakuan berkaitan dengan dosis UVB dan warna kulit. Perubahan kadar 25-OH-D yang penting secara terapeutik dicapai dengan penyamakan (tanning) yang minimal. Kekurangan: Waktu selama 4 pekan tidak cukup lama untuk mencapai sebuah keadaan tetap pada tingkat dosis yang lebih tinggi. Kesimpulan: Respon kadar 25-OH-D terhadap sinar UVB tergantung pada pigmentasi kulit dan jumlah UVB yang diberikan, dan

Perkembangan dan Struktur Kulit

KULIT: GAMBARAN UMUM     Kulit merupakan sebuah organ kompleks yang melindungi host-nya dari lingkungan, dan di saat yang sama memungkinkan interaksi dengan lingkungan. Kulit ini lebih dari sekedar perisai statis yang tidak dapat ditembus untuk gangguan-gangguan luar. Justru, kulit adalah sebuah tatanan sel, jaringan dan elemen-elemen matriks yang kompleks dan padu yang memperantarai berbagai fungsi: kulit menjadi pembatas permeabilitas fisik, melindungi dari agen penginfeksi, termoregulasi, sensasi, perlindungan dari sinar ultraviolet, perbaikan dan regenerasi luka, dan penampilan fisik luar (Tabel 7-1). Berbagai fungsi kulit ini diperantarai oleh satu atau lebih daerah-daerah utama yang terdapat dalam kulit yaitu eoidermis, dermis dan hipodermis (Gbr. 7-1). Lapisan-lapisan ini merupakan unit-unit fungsional yang saling tergantung; setiap daerah kulit bergantung pada dan terhubung dengan jaringan di sekitarnya untuk regulasi dan modulasi struktur dan fungsi normal pada tingkat molek

Prosedur dan Alat Diagnostik

Dengan mata yang terlatih secara klinis dan riwayat pasien yang tepat, kebanyakan lesi kulit bisa didiagnosa dengan pemeriksaan visual yang sederhana. Akan tetapi, rincian yang ditemukan dengan mata telanjang terbatas dalam hal pembesaran, kedalaman, dan kontras. Dalam bab ini, kita membahas prosedur-prosedur dan alat-alat yang bisa membantu dokter dalam membuat diagnosis yang tepat. MENINGKATKAN PENGLIHATAN: BANTUAN VISUAL UNTUK PEMERIKSAAN Lensa Pembesar     Pembesaran patologi permukaan bisa dicapai dengan lensa tangan. Instrumen-instrumen pembesar dengan pencahayaan sendiri dan perbesaran 2 hingga 10 kali lipat juga telah tersedia. Menghapus permukaan kulit dengan alkohol atau pengaplikasian setetes minyak sebelum pembesaran bisa menghilangkan partikel-partikel kotor dan meningkatkan transparansi stratum korneum.

Struktur Lesi-Lesi Kulit dan Dasar-Dasar Diagnosis Klinis

INTI DIAGNOSIS     Diagnosis dan pengobatan penyakit yang ditemukan pada kulit bergantung pada kemampuan dokter untuk menggunakan  prinsip-prinsip dermatologi, mengenali lesi-lesi utama dan lesi-lesi sekunder pada kulit, dan mengenali berbagai pola yang terjadi pada berbagai penyakit dan sindrom. Dalam bab ini, kita membahas sebuah pendekatan mendasar untuk mengobati pasien yang mengalami masalah kulit.     Proses pemeriksaan dan penemuan lesi-lesi kulit bisa dianalogikan dengan proses melukis. Pertama-tama, seseorang yang akan melukis melakukan pengamatan dengan kanvas di depannya, yang mana analog dengan mengamati pasien dari jarak beberapa kaki dimana pada jarak ini seluruh penilaian kesehatan umum dan penilaian kesehatan kulit pasien dilakukan. Seseorang bisa menemukan temuan seperti warna kulit dan turgor, kulit pucat atau kekuningan, kerusakan akibat sinar matahari, dan jumlah total serta lokasi lesi. Selanjutnya, masih dalam analogi melukis tadi, seseorang melihat secara leb

CHEMOKIN

Kulit merupakan sebuah organ dimana terjadi  migrasi, masuk dan keluarnya leukosit pada proses homeostatis dan inflamasi. Chemokin-chemokin  dan reseptornya dianggap sebagai mediator penting untuk lalu lintas sel. Sejak penemuan kemoattraktan sitokin atau chemokin pertama pada tahun 1977, 50 chemokin baru dan 17 reseptor chemokin telah ditemukan lagi. Kebanyakan chemokin merupakan protein kecil dengan berat molekul antara 8 sampai 10 kDa; chemokin disintesis secara alami pada beberapa sel dan dapat dirangsang dengan sitokin pada kebanyakan tipe sel. Pada awalnya chemokin hanya dikaitkan dengan perekrutan subset leukosit untuk tempat imflamasi yang berbeda, tetapi sekarang telah menjadi jelas bahwa chemokin berperan dalam angiogenesis, perkembangan saraf, metastasis kanker, hematopoiesis, dan penyakit-penyakit infeksi.

Candida albicans

Candida albicans adalah sebuah jamur seksual diploid (sebuah bentuk ragi), dan merupakan agen penyebab infeksi oral dan vaginal oportunis pada manusia. Infeksi-infeksi jamur sistemik (fungemia) telah menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada pasien yang terganggu sistem kekebalannya (seperti pasien AIDS, kemoterapi kanker, transplantasi organ atau sumsum tulang). Disamping itu, infeksi terkait rumah-sakit pada pasien yang sebelumnya tidak dianggap berisiko (seperti pasien yang di rawat di unit perawatan intensif) telah menjadi salah satu penyebab kekhawatiran kesehatan kesehatan utama.

Degenerasi aktinik dan perubahan pigmen yang berkaitan dengan pengobatan psoralen dan UVA: sebuah studi prospektif 20 tahun

Abstrak Latar belakang: Perubahan penampilan kulit yang mencakup degenerasi aktinik dan perubahan pigmen telah ditemukan pada pasien-pasien yang diobati dengan psoralen dan UVA (PUVA). Tujuan: Tujuan kami dalam penelitian ini adalah mengukur faktor-faktor risiko untuk meningkatnya luasan dan perkembangan degenerasi aktinik dan perubahan pigmen pada kulit pasien yang diobati dengan PUVA. Metode: Berdasarkan pemeriksaan dermatologi standar di tahun 1977 dan 1998 terhadap pasien-pasien yang terdaftar dalam Studi Lanjutan PUVA, kami memperkirakan prevalensi dan perubahan tingkat degenerasi aktinik dan abnormalitas pigmen pada tangan dan bokong. Hasil: Mulai dari 1977 sampai 1998, prevalensi degenerasi aktinik sedang atau parah berkurang dari 15,6% menjadi 60,5% pada tangan dan dari 2,2% menjadi 21,3% pada bokong. Selama periode yang sama ini, prevalensi perubahan pigmen meningkat dari 15,6% menjadi 58,6% pada tangan dan 12,6% sampai 24,7% pada bokong. Tingkat keterpaparan terhadap

Ventilasi Mekanis yang Dipandu Oleh Tekanan Esofageal pada Cedera Paru Akut

Abstrak Latar belakang Kelanjutan hidup pasien yang mengalami cedera paru akut atau sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) telah berhasil ditingkatkan melalui ventilasi dengan volume tidal yang kecil dan penggunaan tekanan ekspirasi-akhir positif (PEEP); akan tetapi, kadar PEEP optimal sulit ditentukan. Dalam uji pendahuluan ini, kami memperkirakan tekanan transpulmonary dengan penggunaan kateter balon esofageal. Kami menganggap bawa penggunaan ukuran tekanan pleural, meskipun adanya kendala teknis bagi keakuratan ukuran-ukuran seperti ini, akan memungkinkan kami untuk mencari nilai PEEP yang bisa mempertahankan oksigenasi disamping mencegah cedera paru akibat kolaps alveolar yang berulang atau overdistensi. Metode Kami memilih pasien dengan cedera paru akut atau ARDS secara acak untuk menjalani ventilasi mekanis dengan PEEP yang disesuaikan menurut ukuran-ukuran tekanan esofageal (kelompok yang dipandu tekanan esofageal) atau menurut rekomendasi standar perawatan Acute Respir

Hubungan antara periodontitis kronis dan infarksi myokardial akut: sebuah studi kasus-kontrol di Isfahan

Abstrak Pendahuluan: Periodontitis kronis terkait dengan penyakit kardiovaskular. Hipotesis bahwa infeksi mulut, khususnya infeksi periodontal memiliki implikasi sistemik berbahaya yang potensial, sekarang ini semakin diyakini kebenarannya. Metode dan material: Kasus adalah pasien yang berusia 45-60 tahun yang telah dirawat inap di salah satu unit perawatan kardiologi atau unit rawat darurat di Universitas Medikal Isfahan, untuk infarksi myokardial akut (AMI). Kontrol tidak memiliki bukti infarksi myokardial akut, semuanya mendapatkan pemeriksaan periodontal komprehensif. Informasi seperti usia, status sosial ekonomi, merokok, dan riwayat diabetes didapatkan dari rekam medik rumah sakit dan wawancara langsung. Sebanyak 56 orang yang berpartisipasi dalam penelitian ini, berdasarkan izin yang didapatkan, dimasukkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kontrol. Hubungan antara tingkat perlekatan rata-rata dan jumlah gigi yang tanggal dengan kelompok-kelompok yang diteliti di

Temuan-temuan dental pada sindrom make-up Kabuki: Sebuah laporan kasus

Abstrak Artikel ini membahas tentang riwayat kasus seorang anak Brazil usia 9 tahun yang didiagnosa dengan sindrom make-up Kabuki (KMS). Gambaran klinis dipaparkan, dengan penekanan pada manifestasi-manifestasi kraniofacial dan orodental. Pasien memiliki gambaran kraniofacial KMS berbeda yang terdiri dari fisur palpabral yang panjang, hipertelorisme, alis mata yang sangat melengkung dengan pertumbuhan rambut yang tipis pada sepertiga bagian lateral, mata mengalami penonjolan sepertiga bagian lateral kelopak mata, bulu mata yang panjang dan melengkung, ptosis palpebral, telinga yang menonjol pada posisi bawah, akar hidung yang terdepresi dan lebar, dengan ujung hidung yang datar, dan kekurangan perkembangan neuropsikomotor ringan. Pemeriksaan intraoral menunjukkan open-bite anterior, over-retensi gigi sulung, dan palatum dengan kelengkungan tinggi. Dua temuan pada anak ini belum pernah dilaporkan sebelumnya pada pasien yang menderita KMS, yaitu: keberadaan gigi supernumerary dan gigi

Metotreksat, Bleomycin, dan Etoposida dalam Pengobatan Neoplasia Trofoblastis Kehamilan

Abstrak TUJUAN: Terapi MBE, atau kombinasi antara metotreksat (1 g/m2 pada hari 1), bleomycin (10 mg pada hari ke-3), dan etoposida (100 mg/m2 pada hari 1-5) telah digunakan untuk mengobati kekambuhan penyakit atau sebagai kemoterapi kedua dalam pengobatan neoplasia trofoblastis kehamilan (GTN) yang kebal terhadap kemoterapi multi-agen. Dengan pengidentifikasian GTN yang sangat berisiko tinggi, MBE juga telah digunakan sebagai kemoterapi utama. Penelitian kali ini dimaksudkan untuk menelaah penggunaan MBE dalam pengobatan GTN. METODE: Pasien yang mendapatkan terapi MBE untuk GTN antara tahun 1985 sampai 2003 di Rumah Sakiat Queen Mary dimasukkan dalam penelitian ini. Catatan-catatan yang ada direview dan data dianalisis. Hasil akhir yang mencakup tingkat respons, komplikasi pengobatan, dan kelangsungan hidup dinilai.

Penyakit Kejiwaan Pika (Pica)

Definisi Pica adalah sebuah istilah yang menunjuk pada keinginan kuat untuk memakan benda-benda yang bukan merupakan makanan. Benda-benda yang dimakan oleh pasien penderita pica mencakup lumpur, batu es, tanah liat, lem, pasir, kapur, lilin tawon lebah, permen karet, kanji laundry, dan rambut. Deskripsi Pica merupakan keinginan kuat terhadap barang-barang yang bukan makanan atau menelan benda-bedan bukan makanan. Keinginan kuat yang ditemukan pada pasien yang didiagnosa dengan pica bisa terkait dengan keadaan kekurangan gizi, seperti anemia defisiensi zat besi; juga bisa terkait dengan kehamilan; atau dengan keterbelakangan mental atau penyakit jiwa. Kata pica berasal dari bahasa latin yang berarti sejenis burung Gagak (burung Magpie) yang memakan benda apa saja yang ditemuinya.

Status kesehatan mulut anak yang mengalami pengobatan hemodialisis

Ringkasan Dalam penelitian ini, kami menyelidiki status mulut anak yang menderita penyakit ginjal stadium-akhir (ESRD) dengan tujuan untuk menentukan penyebab prevalensi karies yang rendah pada populasi ini (dengan menggunakan CRT® bacteria dan uji buffer), dan membandingkan hasilnya dengan sebuah kelompok kontrol (n=38). Pada kelompok perlakuan, ada 38 anak (berusia 4-17 tahun) yang sedang diobati dalam unit nefrologi pediatri di tiga rumah sakit berbeda di Izmir, Turki.

Lichen Nitidus (laporan kasus)

Seorang bayi usia 1 bulan mengalami lesi-lesi papular seukuran kepala-pin yang berwarna keputihan di bawah bibir bawah selama 7 hari. Bayi ini tidak memiliki keluhan lain. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa lesi ini adalah lichen nitidus (Gbr. 1). Lichen nitidus merupakan sebuah kondisi kulit yang umum dan jinak. Penyakit ini terdiri dari papula-papula kecil yang berwarna putih hingga berwarna seperti kulit pada kulit, yang cenderung muncul berkelompok. Lesi ini bisa ditemukan pada semua usia tetapi paling banyak mengenai anak-anak. Penyakit ini biasanya sembuh sendiri tanpa ada komplikasi. Kondisi ini perlu dibedakan dari lichen scrofulosorum dan keratosis pilaris. Biopsi biasanya dapat mengklarifikasi diagnosis.

Lichen nitidus

Lichen nitidus merupakan sebuah kondisi yang lebih jarang dibanding lichen planus idiopatik dan secara klinis ditandai dengan keberadaan papula-papula yang berukuran mulai dari sebesar titik hingga seukuran kepala-pin, yang biasanya asimptomatik, berwarna seperti daging, disertai permukaan yang datar dan berkilau. Etiologi     Pendapat bahwa lichen nitidus merupakan varian lichen planus cenderung didukung oleh fakta bahwa papula-papula lichen planus yang kecil terkadang tidak dapat dibedakan dari lichen nitidus dalam pemeriksaan klinis dan histopatologi. Pemeriksaan imunofenotip juga menguatkan adanya hubungan antara lichen planus dan lichen nitidus. Akan tetapi, beberapa institusi resmi mendukung pemisahan klasifikasi kedua penyakit kulit ini, karena perbedaan histopatologi, atau perbedaan ekspresi sitokin pada lichen nitidus. Mengherankannya, pemeriksaan IMF secara langsung pada lichen nitidus telah memberikan hasil yang negatif. Akan tetapi, pemeriksaan ultrastruktural telah men