Posts

Showing posts from November, 2009

Kepekaan haMRSA (staphylococcus resisten-methicillin dari rumah sakit) dan caMRSA (staphylococcus resisten-methicillin dari lingkungan) terhadap des-F(6)-kuinolon DX-619

Abstrak Tujuan: Tujuan  penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas des-F(6)-kuinolon DX-619 terbaru terhadap staphylococcus resisten-methicillin (MRS) yang diisolasi di rumah sakit dan lingkungan masyarakat dan untuk membandingkan aktivitasnya dengan kuinolon-kuinolon lain, sitafloksasin dan levofloksasin, serta antibiotik-antibiotik lain yang digunakan untuk pengobatan infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin, termasuk vankomisin, teicoplanin, arbekacin, linezolid dan kuinurpistin/dalfopristin. Metode: MIC ditentukan dengan metode dilusi agar dengan menggunakan MRS dari rumah-sakit (S. aureus yang mencakup turunan-turunan dengan kepekaan yang berkurang terhadap vankomisin, 103; staphylococcus negatif-koagulase, 87) dan MRS dari komunitas (S. aureus yang mencakup turunan-turunan yang resisten oksasilin non-multiresisten, 37; staphylococcus negatif-koagulase, 92). Daerah-daerah penentu resistensi kuinolon pada gen gyrA, gyrB, grIA dan grIB dari enam turunan yang ke

Staphylococcus aureus resisten-methicillin (MRSA) yang mengandung gen leucocidin Panton-Valentine di Jerman pada tahun 2005 dan 2006

Abstrak Tujuan: Tujuan makalah ini adalah untuk mengkorelasikan antara staphylococcus aureus resisten-methicillin (MSRA) yang positif leucocidin Panton-Valentine (PVL) dengan lineage klonal menggunakan typing molekuler  dengan perujukan khusus terhadap isolat-isolat yang menunjukkan spa tipe 008/MLST (tipe sekuensi multi-lokus) ST8 (banyak terdapat di USA sebagai MRSA terkait-komunitas (caMRSA) USA300'). Metode: MRSA yang positif-PVL (n = 117) dideteksi diantara 4815 MRSA yang dikirim ke German National Reference Laboratory untuk pemeriksaan typing. Isolat-isolat ini dianalisis dengan PFGA, spa typing, typing sekuensi multilokus, pengelompokkan unsur-unsur SCCmec dan pendeteksian arcA, msr(A), mph(B) dan unit ulangan ≥6 AT dalam sekuensi SACOL0058 dengan menggunakan PCR. Hasil: Diantara 117 isolat, 80 menunjukkan tipe spa t044 (cocok dengan MLST ST80) dan 23 menunjukkan tipe spa t008/MLST ST8. Tipe-tipe spa lainnya direpresentasikan secara sporadis. Karakterisasi lebih lanjut

Cystatin C serum sebagai sebuah penanda untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal sedang

Abstrak Protein dengan berat molekul rendah, cystatin C, yang dihasilkan oleh semua sel berinti dan dieliminasi melalui filtrasi glomerular, memiliki manfaat khusus sebagai penanda fungsi ginjal. Dengan demikian dilakukan sebuah penelitian untuk menyelidiki apakah cystatin C serum bisa digunakan sebagai sebuah penanda untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal. Dilakukan sebuah penelitian berbasis rumah sakit yang bersifat deskriptif cross-sectional dan cystatin C serum diukur pada lima puluh subjek yang berusia antara 12 sampai 74 tahun dengan perkiraan bersihan kreatinin 24 jam yang dilakukan pada saat yang sama. Bersihan kreatinin standar digunakan untuk membandingkan laju filtrasi glomerular yang diprediksi dengan menggunakan cystatin C serum. Laju filtrasi glomerular (GFR) yang diprediksikan memberikan sensitifitas 82% dan spesifitas 68% dengan nilai penggal (cut-off) diagnostik adalah 1,25 mg/L cystatin C untuk pengidentifikasian pasien-pasien ya

Efek jangka panjang metformin terhadap parameter-parameter metabolik dalam sindrom ovarium polycystis (PCOS)

Abstrak Resistensi terhadap insulin merupakan sebuah ciri utama dari sindrom ovarium polycystis (PCOS) dan bisa meningkatkan risiko kardiovaskular. Karena resistensi terhadap insulin, sindrom metabolik lebih prevalen pada wanita yang mengalami PCOS dibanding dengan wanita yang tidak mengalami. Metformin memperbaiki profil metabolik pada PCOS dalam penelitian-penelitian jangka pendek yang telah dilakukan. Dalam penelitian kali ini, kami mengevaluasi efek jangka panjang metformin terhadap parameter-parameter metabolik pada wanita yang mengalami PCOS selama perawatan rutin tanpa diet terkontrol. Kami melakukan review grafik medis dari 70 wanita penderita PCOS yang mendapatkan metformin dari sebuah klinik endokrin akademik. Faktor-faktor risiko metabolik dibandingkan sebelum dan setelah pengobatan metformin. Trend waktu dari parameter-parameter metabolik ini juga dianalisis. Setelah follow-up rata-rata 36,1 bulan dengan pengobatan metformin, perbaikan diamati untuk BMI (-1,09 ± 3,48 kg/m

Sindroma Stevens-Johnson (II)

Lesi kulit Lesi kulit pada SJS merupakan makula purpura atau target atipikal datar yang menyebar luas dan terdistribusi pada trunkus, telapak tangan, dan telapak kaki (Gambar 18-5 dan 18-6). Ini berbeda dengan lesi-lesi pada eritema multiformis, yang terdiri dari target-target tipikal atau atipikal  yang menonjol atau papula-papula edematous yang menonkol yang terletak pada ekstremitas dan/atau wajah. Kumpulan lesi yang baru terlihat, tetapi penyakit sembuh sendiri dan pulih dalam waktu sekitar 1 bulan jika tidak ada komplikasi. Lesi mukosal Bula terjadi secara tiba-tiba 1 sampai 14 haru setelah gejala-gejala yang mendahului, yang muncul pada konjungtiva, membran mukosa nares, mulut (Gbr. 18-7), pertemuan anorektal, daerah vulvovaginal, dan urethral meatus. Stomatitis ulseratif yang mengarah pada pengerakan berdarah merupakan ciri yang paling khusus.

Nekrolisis Epidermal Toksik

Definisi Reaksi kutaneous dan sistemik yang parah ini bisa merupakan akhir paling parah dari spektrum eritema multiformis major (atau sindrom Stevens-Johnson). Erupsi ini, yang pernah disebut sebagai sindrom Lyell sesuai nama Alan Lyell (1956 dan 1997), telah menimbulkan kerancuan di masa lalu dengan apa yang disebut sebagai sindrom kulit melecur staphylococcal. Istilah nekrolisis epidermal toksik hanya boleh digunakan untuk penyakit terkait toksin non-Staphylocococcus. Etiologi dan Patogenesis Banyak teori ada tentang patogenesis perubahan-perubahan epidermal nekrolitik tipikal yang ditemukan pada pasien-pasien yang mengalami nekrolisis epidermal toksik (Goldstein dkk., 1987). Sebuah teori non-imunologi menyebutkan bahwa toksin-toksin yang bersirkulasi atau metabolit-metabolit obat yang terbentuk dalam kulit memperantarai nekrolisis (Snyder dan Elias, 1983; Stein dkk, 19792). Tidak ada bukti kuat untuk melibatkan mekanisme imunologi tertentu dalam nekrolisis epidermal toksik. Se

Sindrom Stevens-Johnson

Sindrom Stevens-Johnson merupakan erupsi bulosa akut yang melibatkan kulit dan membran mukosa (eritema multiformis major). Sindrom ini terdiri dari demam; berbagai lesi kutaneous, termasuk papula-papula eritematosa, lesi-lesi “target”, dan bula; dan erosi atau bula pada membran mukosa. Apabila prosesnya hanya mengenai kulit, maka disebut eritema multiformis minor atau hanya disebut eritema multiformis. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi reaksi-reaksi obat dan infeksi sering diduga. Sindrom Stevens-Johnson sering melibatkan konjungtiva. Penyakit ini bisa terjadi pada usia berapa saja tetapi paling umum pada anak-anak dan orang dewasa muda. Gejala-gejala awal menunjukkan adanya infeksi saluran pernapasan atas seperti demam dan rasa tidak enak badan (malaise) bisa mendahului beberapa hari kenampakan lesi kulit. Kemungkinan terjadi keterlibatan kulit, bibir, mukosa mulut dan membran mukosa lainnya secara luas. Keterlibatan okular menghasilkan gambaran klinis yang menyerupai pemfigoid ci

Eritema Multiformis dan Sindrom Stevens-Johnson

ERITEMA MULTIFORMIS Patogenesis Faktor-faktor pemicu dalam eritema multiformis mencakup: HSV orf Histoplasma capsulatum Virus Epstein-Barr Pada kebanyakan anak dan orang dewasa yang mengalami Eritema Multiformis (EM), penyakit dipicu oleh HSV tipe I dan II. Keberadaan herpes labialis sebelum EM terjadi ditemukan pada sekitar 50% subjek yang mengalami EM. Herpes labialis bisa mendahului onset lesi-lesi kutaneous, bisa terjadi secara simultan, atau terjadi setelah lesi-lesi target EM telah muncul. Yang paling umum, herpes labialis mendahului lesi-lesi target EM sekitar 3-14 hari sebelumnya. Diduga bahwa kebanyakan kasus pada anak dan orang dewasa muda disebabkan oleh HSV tipe I, tetapi kasus HSV tipe II pada remaja dan orang dewasa muda juga telah ada yang dilaporkan. Virus herpes simpleks (HSV) mengkodekan protein-protein yang ditemukan dalam epidermis yang terkena. Dengan diagnosis molekuler DNA HSV bisa dideteksi dalam papula-papula merah yang terbentuk pada awal atau zona

Herpes Zoster pada Tahun Pertama Masa Hidup Setelah Keterpaparan Postnatal Terhadap Virus Varicella-zoster

Abstrak Latar belakang: Herpes zoster, sebuah erupsi dermatomal vesikular nyeri, merupakan akibat dari reaktivasi virus varicella-zoster (VZV) dari ganglia sensoris yang terinfeksi sebelumnya. Herpes zoster lazim dianggap sebagai penyakit orang dewasa, berbeda dengan infeksi primer dengan VZV, yang cenderung terjadi utamanya pada anak-anak. Pengamatan: Kami melaporkan 4 kasus herpes zoster anak pada beberapa anak yang sehat dan stabil sistem kekebalannya, semuanya mengalami infeksi varicella primer dalam beberapa bulan pertama masa hidupnya. Sebuah review terhadap 62 kasus dari literatur menunjukkan bahwa herpes zoster yang didapatkan secara postnatal kurang umum dibanding infeksi intrauterin (31%  [n=19] berbanding 69% [n=43]) dan rasio antara laki-laki dan perempuan adalah 1,5:1. Semua dermatoma sama-sama bisa terkena. Kesimpulan: Walaupun tidak umum, herpes zoster bisa terjadi pada anak-anak yang stabil sistem kekebalannya  sejak usia beberapa pekan dan harus dipertimbangkan d