Hubungan antara periodontitis kronis dan infarksi myokardial akut: sebuah studi kasus-kontrol di Isfahan

Abstrak

Pendahuluan: Periodontitis kronis terkait dengan penyakit kardiovaskular. Hipotesis bahwa infeksi mulut, khususnya infeksi periodontal memiliki implikasi sistemik berbahaya yang potensial, sekarang ini semakin diyakini kebenarannya.

Metode dan material: Kasus adalah pasien yang berusia 45-60 tahun yang telah dirawat inap di salah satu unit perawatan kardiologi atau unit rawat darurat di Universitas Medikal Isfahan, untuk infarksi myokardial akut (AMI). Kontrol tidak memiliki bukti infarksi myokardial akut, semuanya mendapatkan pemeriksaan periodontal komprehensif. Informasi seperti usia, status sosial ekonomi, merokok, dan riwayat diabetes didapatkan dari rekam medik rumah sakit dan wawancara langsung. Sebanyak 56 orang yang berpartisipasi dalam penelitian ini, berdasarkan izin yang didapatkan, dimasukkan ke dalam dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kontrol. Hubungan antara tingkat perlekatan rata-rata dan jumlah gigi yang tanggal dengan kelompok-kelompok yang diteliti dianalisis dengan software statistik SPSS.

Hasil: Hubungan antara tingkat perlekatan rata-rata dan juga jumlah gigi yang tanggal dengan status kasus terkait signifikan menurut statistik (P<0,05).

Kesimpulan: Hasil ini sesuai dengan laporan yang menunjukkan hubungan positif antara kedua penyakit ini. Temuan kami menunjukkan bahwa pasien yang menunjukkan bukti kehilangan perlekatan di sekitar beberapa gigi, pada kunjungan dental rutin bisa diidentifikasi sebagai risiko untuk AMI di masa mendatang. Subjek-subjek seperti ini harus dirujuk untuk pemeriksaan medis dan periodontal dan mendapatkan perawatan.

Pendahuluan
   
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum di seluruh dunia. Ini merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan kerusakan inflammatory dan jaringan periodontal pendukung gigi (gingiva, ligamen periodontal, dan tulang alveolar). Penelitian epidemiologi dan penelitian klinis selama 30 tahun terakhir telah mengubah pemahaman kita tentang etiologi, distribusi, dan perkembangan penyakit periodontal. Disisi lain, penyakit kardiovaskular cukup umum pada orang dewasa dan merupakan penyebab utama morbiditas/mortalitas di negara-negara maju.
   
Sekitar 1,3 molar kasus infarksi myokardial akut (AMI) dilaporkan setiap tahun, dengan kejadian tahunan sekitar 600 per 100000 individu di Amerika Serikat. Di Isfahan, diperkirakan bahwa 183 per 100000 individu telah mengalami AMI pada tahun 2002 dan 198 per 100000 di tahun 2003.
   
Beberapa studi kasus-kontrol epidemiologi telah menunjukkan adanya hubungan antara penyakit kardiovaskular (CVD) dan periodontitis kronis. Data terbaru juga telah menunjukkan bahwa infeksi bakteri dan virus bisa berkontribusi bagi kejadian-kejadian tromboembolistik akut sehingga menjadi penyebab infarksi myokardial. Disisi lain, penyakit periodontal merupakan sekelompok penyakit inflammatory yang agen etiologi mendasarnya adalah bakteri dan produk sampingannya. Dan juga, ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit jantung merupakan kondisi sistemik yang paling umum ditemukan pada pasien yang mengalami penyakit periodontal.
   
Pada tahun 2003, G. Rutager Persson dkk melakukan sebuah penelitian klinis terhadap periodontitis kronis dan hubungan signifikannya dengan infarksi myokardial akut. Mereka meneliti 80 subjek yang mengalami AMI dan 80 subjek kontrol sejenis tanpa ada bukti penyakit kardiovaskular, semuanya mendapatkan pemeriksaan periodontal komprehensif. Analisis statistik pada penelitian mereka menunjukkan sebuah perbedaan proporsi tempat dengan kedalaman probing periodontal ≥ 6,0 mm (2,7% untuk kelompok non-AMI dan 12,1% untuk kelompok AMI, 95% CI: -2,8 sampai 0,01, P<0,05) (OR: 14,1:1, 95% CI: 5,5 sampai 28,2, P<0,0001).
   
Cueto A dan rekan-rekannya, pada tahun 2004, merancang sebuah penelitian studi kasus-kontrol di sebuah populasi Spanyol untuk menentukan apakah periodontitis merupakan sebuah faktor risiko untuk infarksi myokardial akut. Penelitian ini dilakukan terhadap 149 pasien Spanyol yang berusia antara 40 sampai 75 tahun, dengan 72 kasus (pasien AMI) dan 77 kontrol (pasien trauma). Periodontitis diukur sebagai persentase tempat yang memiliki perlekatan klinis hilang lebih dari 3 mm. Terakhir, pada sebuah analisis bivariat, laki-laki, pasien tua, perokok, dan mereka yang mengalami hipertensi, diabetes, atau hiperkolesterolemia, menunjukkan risiko infarksi myokardial akut yang meningkat. Hubungan antara periodontitis dan infarksi myokardial akut cukup tinggi dan signifikan baik pada analisis yang tidak disesuaikan (rasio ganjil = 4,43, P<0,001) maupun pada analisis yang disesuaikan (rasio ganjil = 3,31, P=0,005).
   
Akan tetapi, kurangnya hubungan antara penyakit periodontal dan CVD juga telah dilaporkan.
   
Tujuan utama penelitian ini, dengan mempertimbangkan tingginya prevalensi periodontitis pada satu sisi dan tingginya angka kematian akibat infarksi myokardial disisi lain, adalah untuk menyelidiki hubungan antara kedua penyakit ini dalam sebuah studi kasus-kontrol di Isfahan.

Metode dan Material
   
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah studi kasus-kontrol berpasangan untuk menentukan keberadaan, ketiadaan, dan keparahan kehilangan perlekatan periodontal pada kelompok kasus dan kontrol. Pemeriksaan klinis dilakukan di Unit Perawatan Koroner (C.C.U) atau ruang rawat darurat Chamran dan Khorsid Cardiac Hospital. Pemeriksaan periodontal untuk kasus biasanya dilakukan beberapa hari setelah perujukan akibat MI di rumah sakit. Kasus diidentifikasi sebagai pasien yang berusia 40-65 tahun yang telah dirawat inap di salah satu Unit Kardiologi.
   
Kriteria inklusi sebagai kasus AMI adalah pemeriksaan seorang ahli kardiologi, berdasarkan riwayat nyeri dada, yang terkait dengan perubahan elektrodiagram tipikal (ECG) dan peningkatan enzim-enzim serum tertentu. Kriteria ekslusi pasien AMI dari penelitian adalah:
1) diagnosis lebih dari satu penyakit kronis, sebelum perujukan ke rumah sakit, 2) diagnosis endokarditis atau/dan penyakit infeksi lain, 3) menderita diabetes, 4) pasien edentulous lengkap atau memiliki kurang dari 10 gigi dalam mulutnya, 5) mereka yang mendapatkan perawatan periodontal dalam 6 bulan sebelum mengalami AMI, 6) pasien dengan trauma maksilofasial, 7) pasien yang sedang menggunakan obat-obat imunosupresan atau sedang menjalani kemoterapi saat masuk rumah sakit, dan 8) perokok.
   
Kelompok kontrol juga dipilih diantara pasien atau orang pada rentang usia yang sama, yang telah mengalami bedah di salah satu rumah rumah sakit, karena batu ginjal atau hernia abdominal.
   
Semua subjek kontrol juga mendapatkan pemeriksaan medis komprehensif pada rumah sakit yang sama oleh seorang ahli kardiologi, yang mencakup ECG dan dikeluarkan jika ada bukti infarksi myokardial. Kriteria eksklusi lainnya untuk kelompok kontrol sama seperti delapan faktor yang telah disebutkan di atas untuk kelompok kasus. Total 56 orang dibagi menjadi dua kelompok kasus dan kontrol mencakup 15 laki-laki dan 13 perempuan di masing-masing kelompok.
   
Semua subjek yang berpartisipasi pada awal penelitian menandatangani sebuah surat izin. Untuk kelompok kasus, total 58 pasien yang berusia antara 40-65 tahun yang menderita AMI diajak berpartisipasi sebagai kasus untuk penelitian ini.
   
Evaluasi medis pertama mencakup kuisioner untuk subjek dan untuk informan yang berhubungan dekat, wawancara terstruktur, telaah rekam medik pasien, pemeriksaan oleh dokter dan juga informasi dari catatan rumah sakit.
   
Informasi tentang merokok didapatkan dari wawancara dan kuisioner. Golongan sosial dinilai berdasarkan pekerjaan subjek dan tingkat pendidikan yang mencakup tiga kelompok: rendah, sedang, dan tinggi.
   
Keberadaan infarksi myokardial didasarkan pada pemeriksaan klinis oleh seorang ahli kardiologi dan informasi catatan rumah sakit misalnya tanda dan gejala MI, ECG, dan temuan pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan gigi
   
Pemeriksaan gigi dilakukan untuk pasien-pasien partisipan yang terdiri dari sebuah kuisioner, dan pemeriksaan klinis.
   
Walaupun tujuan kami adalah untuk meneliti status periodontal, tetapi jumlah gigi yang tanggal juga dicatat.
   
Pemeriksaan periodontal ditentukan menggunakan probe William, cermin gigi yang bukan kaca pembesar, dan lampu yang mudah dipindah-pindahkan.
   
Variabel mencakup kedalaman poket yang diukur pada gigi Ramfjord ke-6 dan dianggap mewakili seluruh mulut (molar pertama kanan atas, insisivus sentral kiri atas, pramolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisivus sentral kanan bawah, dan pramolar pertama kanan bawah). Jarak dari cementoenamel junction ke dasar sulkus gingiva merupakan sebuah ukuran kehilangan perlekatan periodontal, yang diukur dengan sebuah probe pada tempat mesial, marginal-tengah, dan tempat distal pada aspek bukal dan lingual dari masing-masing gigi.
   
Metode Ramfjord untuk mengukur jarak ini umum disebut sebagai metode tidak langsung dalam pengukuran kehilangan perlekatan periodontal.

Analisis statistik
   
Hubungan yang mungkin antara parameter-parameter dental yakni tingkat perlekatan, jumlah gigi yang hilang, dan status kasus dianalisis. Program SPSS versi 11.5 digunakan. Statistik deskriptif dilakukan. Uji-t berpasangan digunakan untuk menilai perbedaan variabel-variabel yang diteliti antara kedua kelompok.

Hasil
   
Bukti hubungan antara periodontitis dan infarksi myokardial akut ditemukan pada penelitian kali ini.
   
Kami menemukan bahwa ada perbedaan signifikan antara nilai mean kehilangan perlekatan dan gigi yang hilang dengan status subjek (subjek non-AMI, subjek AMI).
   
Tabel 1 menunjukkan jumlah kelompok kasus yang meningkat dalam kaitannya dengan jumlah kehilangan perlekatan yang meningkat.
   
Disisi lain, jumlah gigi yang tanggal semakin meningkat seiring dengan status kasus (Tabel 2). Pada tabel 3, juga perbedaan rata-rata antara jumlah gigi yang tanggal dan kehilangan perlekatan dibandingkan.
   
Dalam penelitian ini juga hubungan antara keparahan periodontitis dan keparahan atau tipe infarksi myokardial ditunjukkan. Tes terhadap variabel-variabel ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan signifikan antara nilai mean kehilangan perlekatan dengan tipe MI. Tidak adanya hubungan ini tidak bisa dibuktikan karena sedikitnya jumlah pasien dan klasifikasi kelompok AMI menjadi 8 kelompok.

Pembahasan
   
Risiko relatif MI tampak meningkat dengan adanya periodontitis, bahkan setelah dikeluarkannya faktor risiko lainnya.
   
Organisme pada plak subgingiva juga bisa berkontribusi bagi potensi trombogenesis. Sebagai contoh, diantara tujuh patogen periodontal, P. gingivalis telah tebrukti menimbulkan agregasi trombosit manusia.
   
Potensi trombogenesis juga kemungkinan menjadi buruk dengan adana hiperlipidemia, sebuah faktor risiko klasik untuk MI.
   
Dengan adanya faktor risiko klasik dan periodontitis, bakteremia polmikrobial dengan beberapa spesies yang berkontribusi bagi potensi trombogenesis dengan demikian bisa meningkatkan risiko kejadian MI; walaupun, belum ada penelitian tentang hubungan antara penyakit periodontal dan MI dimana semua faktor risiko dikontrol.
   
Terlihat bahwa mekanisme patogenik yang mendasari CHD, seperti sterosklerosis, juga bermanifestasi dalam jaringan periodontal, sehingga kerusakan periodontal adalah akibat, bukan penyebab, dari aterosklerosis dan CHD dan MI selanjutnya. Akan tetapi, korelasi antara aterosklerosis koroner dan karotid sangat lemah, sehingga kemungkinan bahkan lebih lemah jika pembuluh darah gingiva dipertimbangkan.
   
Jika hubungan yang diamati antara MI dan parameter penyakit periodontal adalah hubungan sebab akibat, maka ini memiliki implikasi penting dalam tingginya infeksi periodontal pada populasi yang diharapkan akan menghasilkan pengurangan kejadian dan mortalitas akibat MI.
   
Dalam penelitian ini pasien dengan AMI dipilih sebagai kasus. Tidak ada perbedaan signfiikan untuk distribusi jender antara kelompok AMI dan kelompok kontrol. Kelompok kontrol subjek lebih muda dibanding kelompok AMI tetapi tidak berbeda signifikan (usia rata-rata kontrol adalah 54,39 tahun, dan untuk kasus adalah 55,46).
   
Status periodontal dinilai dengan mengukur keparahan kehilangan perlekatan. Pasien pada kelompok AMI memiliki kesehatan periodontal yang lebih buruk dibanding pada kelompok kontrol. Gigi yang tanggal juga lebih umum diantara pasien AMI dibanding kelompok kontrol.
   
Hasil kami sesuai dengan temuan lain; seperti yang melaporkan penyakit periodontal lebih umum pada pasien AMI, dibanding dengan sebuah kelompok kontrol.
   
Pada penelitian ini, kami juga mengeluarkan beberapa faktor risiko signifikan pada penyakit kardiovaskular dan pada periodontitis seperti merokok dan diabetes, dan juga berbagai upaya telah dilakukan untuk mendaftarkan subjek kontrol yang memiliki karakteristik yang lebih mirip dalam hal usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi.
   
Sejauh yang kami ketahui, ini merupakan laporan pertama yang membahas pentingnya relevansi kesehatan periodontal dengan kejadian AMI di populasi Iran. Dan juga, ini merupakan pertama kalinya keparahan dan tipe infarksi myokardial, dalam kaitanna dengan keparahan periodontitis ditentukan pada semua penelitian lain atau artikel-artikel yang diterbitkan sampai hari ini.
   
Akan tetapi, kami setuju dengan peneliti lain bahwa penelitian-penelitian cross-sectional, seperti penelitian kami tidak bisa diberlakukan secara umum untuk seluruh populasi.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik