Candida albicans

Candida albicans adalah sebuah jamur seksual diploid (sebuah bentuk ragi), dan merupakan agen penyebab infeksi oral dan vaginal oportunis pada manusia. Infeksi-infeksi jamur sistemik (fungemia) telah menjadi penyebab morbiditas dan mortalitas yang penting pada pasien yang terganggu sistem kekebalannya (seperti pasien AIDS, kemoterapi kanker, transplantasi organ atau sumsum tulang). Disamping itu, infeksi terkait rumah-sakit pada pasien yang sebelumnya tidak dianggap berisiko (seperti pasien yang di rawat di unit perawatan intensif) telah menjadi salah satu penyebab kekhawatiran kesehatan kesehatan utama.


C. albicans merupakan salah satu diantara banyak organisme yang hidup dalam mulut dan saluran gastrointestinal manusia. Pada kondisi normal, C. albicans hidup pada 80% populasi manusia tanpa menimbulkan efek berbahaya, walaupun pertumbuhan yang berlebih bisa menghasilkan candidiasis. Candidiasis sering ditemukan pada pasien yang terganggu sistem kekebalannya seperti pasien positif-HIV. Candidiasis juga bisa terjadi dalam darah dan dalam saluran genital. Candidiasis umumnya dikenal sebagai “guam” , dan merupakan kondisi umumnya yang biasanya mudah disembuhkan pada orang-orang yang tidak terganggu sistem kekebalannya. Untuk menginfeksi jaringan host, bentuk Candida albicans yang mirip ragi uniseluler biasa bereaksi dengan isyarat-isyarat lingkungan dan berubah menjadi bentuk berfilamen multiseluler yang invasif.

Salah satu sifat yang paling menarik dari genom C. Albicans adalah kejadian penataan ulang kromosom struktural dan numerik sebagai sebuah cara untuk menghasilkan keanekaragaman genetik, yang disebut polimorfisme panjang kromosom (kontraksi/ekspansi pengulangan), translokasi resiprok, penghapusan kromosom dan trisomi kromosom-kromosom individual. Perubahan-perubahan kariotip ini menyebabkan perubahan fenotip, yang merupakan sebuah strategi adaptasi dari jamur ini. Mekanisme-mekanisme ini akan dipahami secara lebih baik dengan analisis yang lengkap terhadap genom Candida albicans.

Candida
   
Beberapa Candida spp., utamanya C. albicans, merupakan organisme yang hidup berdampingan dengan manusia dan terdapat di banyak tempat, dengan menetap dalam saluran gastrointestinal, atau ditemukan dalam lingkungan manusia setiap hari. Mereka menjadi patogen apabila kekebalan host terhadap infeksi berkurang baik secara lokal maupun secara sistemik. Pada kondisi seperti ini, Candida spp. mampu menyebabkan penyakit pada hampir setiap lokasi tubuh manusia. Infeksi Candida umumnya ditemukan dalam praktek dan perubahan medis dengan cara yang menyebabkan pasien rentan terhadap Candida (seperti banyak pengobatan imunosupresif terapeutik, penyebaran infeksi HIV) yang telah menyebabkan perubahan epidemiologi dan gambaran klinis dari infeksi dan terus meningkat kejadiannya selama 40 tahun terakhir. Faktor-faktor ini telah menstimulasi berbagai minat penelitian dalam semua aspek biologi Candida spp. karena terkait dengan praktek medis, sebagaimana ditunjukkan oleh publikasi ribuan artikel ilmiah setiap tahun tentang C. albicans dan organisme-organisme jamur terkait.
   
Pendekatan-pendekatan eksperimental biologis telah mengembangkan peluang-peluang potensial untuk pendeteksian diagnostik infeksi Candida secara langsung dan tidak langsung  untuk mengetahui molekul-molekul target antijamur dan untuk membatasi faktor-faktor virulensi pada Candida spp. Urutan basa DNA dari seluruh genom C. albicans akan ditentukan tidak lama lagi berkat penelitian, sehingga membuka jalur bagi lahirnya penelitian lebih lanjut tentang Candida. Penelitian tentang Candida yang menjadi patogen berubah dengan cepat dalam berbagai aspek.

Candida spp: Patogen
   
Tujuh spesies dalam genus Candida merupakan patogen manusia oportunis yang telah dikenal dengan baik (Tabel 8-1), dan banyak lainnya yang telah ditemukan sebagai patogen pada laporan kasus individual atau seri kasus singkat. Bukti untuk keterlibatan klinis dari spesies yang kurang umum ini tidak selamanya memiliki kualitas yang meyakinkan, dan beberapa pengidentifikasian jamur ini yang dipublikasikan tidak terlalu jelas dan belum dikonfirmasikan oleh laboratorium-laboratorium rujukan internasional. Meski demikian, dari daftar pada Tabel 8-1 dan dengan adanya katalog kumpulan referensi, seseorang dengan mudah bisa melihat bahwa keanekaragaman jamur yang besar terkait dengan manusia, sekurang-kurangnya sebagai organisme komensalisme, selain dari Candida spp yang telah diketahui. Dengan demikian tidak mengherankan jika beberapa dari jamur ini terkadang menjadi sumber infeksi pada host yang sangat terganggu sistem kekebalannya.

Taksonomi
   
Telaah rinci tentang taksonomi Candida telah dipublikasikan baru-baru ini. Berkout membuat struktur genus Candida di tahn 1923 dan memisahkan jamur yang kemudian dikenal sebagai Monilia spp. ke dalam dua kelompok yaitu: cendawan yang terkait tanaman, masih digolongkan dalam genus Monilia, dan ragi yang terkait dengan hewan berdarah hangat, digolongkan sebagai Candida spp. Nama genus Candida secara resmi diberikan untuk status nomen conservandum pada Kongres Botani Internasional di Montreal tahun 1959. Melalui biologi, nama pada tingkat generik biasanya menandakan organisme yang memiliki sifat-sifat mirip. Akan tetapi, ragi yang memiliki nama genus Candida tidak harus mirip; karakteristik umum mereka adalah tida adanya karakter yang akan memungkinkan mereka untuk digolongkan ke golongan lain, yang lebih tepat disebut sebagai genus. Pada definisinya sekarang ini, jamur yang memiliki kedekatan dengan basidiomisetes telah dikeluarkan dari genus ini, sehingga semua spesies Candida sekarang ini adalah jamur yang memiliki kedekatan askomisetes., penelitian klasik dan penelitian molekuler tentang spesies Candida telah mengarah pada temuan teleomorf Candida spp. sehingga perlahan-lahan mengeluarkan spesies ini dari genus tersebut. Untuk tujuan praktis dalam kedotkerakn, lebih mudah untuk memberi nama generik tunggal bagi kebanyakan atau semua jamur yang menyebabkan infeksi klinis yang serupa.
   
Salah satu revisi genus yang paling kontroversial – penggabungan jamur yang dikelompokkan sebagai Torulopsis spp. dengan Candida spp. - diusulkan pada tahun 1978. Karakteristik pembeda antara kedua genus ini adalah kemampuan sebuah spesies untuk membentuk pseudohifa pada media kultur khusus. Candida spp mampu membentuk pseudohifa; Torulopsis spp. tidak. Perbedaan seperti ini telah lama disebut sebagai perbedana yang tidak bisa dijadikan dasar penggolongan tetapi banyak ahli mikologi yang tidak setuju, khususnya yang terlibat di bidang kedokteran, yang utamanya mudah menemukan spesies Torulopsis glabrata yang mudah dibedakan. Argumen-argumen untuk dan terhadap genus tunggal Candida telah disebutkan dalam beberapa publikasi. Sebuah pemeriksaan-ulang terbaru tentang dependabilitas pembentu pseudohifa sebagai sebuah karakteristik pembedaah isolat-isolat jamur klinis pada tingkat genus menyimpulkan bahwa sifat ini tidak dapat diandalkan untuk memungkinkan pengidentifikasian rutin yang meyakinkan sehingga tidak membantu dan justru membingungkan untuk terus mempertahankan perbedaan antara Candida spp. dan Torulopsis spp. bahkan untuk jamur-jamur yang penting secara medis. Jika C. glabrata dipertimbangkan, banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan dekat dengan Saccharomyces spp., sehingga C. glabrata akan menjadi sebuah kandidat kuat untuk pengklasifikasian ulang lebih lajut di masa mendatang.
   
Revisi taksonomi mengarah pada penambahan dan pengurangan nama-nama spesies dari daftar “candida medis”. Beberapa jamur yang lebih dulu digolongkan terpisah sekarang dianggap sebagai sinonim C. albicans antara lain C. stellatoidea, C. claussenii, dan C. lengeronii. Pada tahun 1995, sebuah spesies baru, C. dubliniensis, ditemukan. Ini berebda dengan C. albicans  dalam hal ketidakreaktifan DNAnya dengan C. albicans – probe molekuler spesifik (Gbr. 8-1). Secara morfologi dan fisiologi, fenotip C. dubliniensis sangat mirip dengan C. albicans, yang membedakan hanya sedikit sifat-sifatnya. Spesies baru ini tidak akan pernah dikenal dalam laboratorium yang tergantung pada uji tabung germ saja untuk membedakan C. albicans dari jamur lain, karena tabung germ yang dibentuk oleh C. dubliniensis tidak dapat dibedakan dari yang dibentuk oleh C. albicans. Koloni C. dubliniensis terkadang memiliki corak hijau yang lebih gelap dibanding C. albicans pada medium isolasi diferensial yang tersedia secara komersial, tetapi keberadaan aktivitas β-glukosida intraseluler pada C. dubliniensis merupakan satu-satunya pembeda fenotup yang ditemukan dengan konsistensi tinggi. Beberapa orang bisa mengasumsikan bahwa perbedaan yang dapat ditunjukkan pada DNA ini sudah cukup untuk menggolongkannya sebagai sebuah spesies terpisah. Akan tetapi, meski ada perbedaan yang mudah dideteksi dalam urutan DNA seperti yang ditemukan antara C. albicans dan C. dubliniensis, diperlukan untuk menyelidiki secara lengkap dan memahami sebelum status spesies tersendiri bisa diterima pada akhirnya.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik