Sebuah tinjauan tentang penggunaan Adapalen dalam Pengobatan Acne Vulgaris

Abstrak

Retinoid topikal membantu mengatasi lesi-lesi awal acne vulgaris. Panduan-panduan yang ada menganjurkan penggunaan retinoid topikal sebagai pengobatan utama untuk kebanyakan bentuk acne vulgaris. Akan tetapi, semua preparasi retinoid topikal bisa menyebabkan iritasi, dan ini bisa berkontribusi terhadap rendahnya pemakaian dalam praktek klinis. Adapalen topikal membantu penggunaan retinoid topikal dalam pengobatan acne dengan lebih sedikit iritasi. Adapalen merupakan salah satu molekul yang lebih stabil dari tretinoin. Adapalen bisa digunakan tanpa mengkhawatirkan fotodeaktivasi. Karena kestabilian kimiawinya, adapalen bisa digunakan bersama dengan produk-produk benzoil peroksida. Ketersediaan retinoid topikal stabil yang terkait dengan sedikit iritasi bisa mempermudah pemenuhan panduan-panduan pengobatan.

Kata kunci: retinoid topikal; tretinoin; comedolytik; anti-inflammatory; dokter anak.


Patofisiologi acne melibatkan empat mekanisme aksi penting yaitu: proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal, produksi sebum meningkat, hiperproliferasi Propionibacterium acnes, dan sebuah respons inflammatory yang dipicu oleh antigen-antigen bakteri dan sitokin. Retinoid-retinoid topikal menargetkan proliferasi dan diferensiasi keratinosit yang abnormal dan juga memiliki efek anti-inflammatory. Disamping itu, retinoid-retinoid topikal meningkatkan penetrasi agen-agen lain, seperti antibiotik topikal, yang menghasilkan efek-efek yang bersinergi.

Retinoid yang digunakan dalam terapi acne mencakup tretinoin, tazaroten, adapalen, dan isotretinoin (retinoid sistemik). Retinoid topikal bersifat komedolitik dan berhasil digunakan dalam menghambat pembentukan mikro-komedo, yang merupakan bahan baku bagi semua lesi acne. Retinoid generasi pertama (retinol, tretinoin, dan isotretinoin) menyebabkan iritasi, dan bisa membatasi kepatuhan pengobatan. Adapalen merupakan retinoid generasi ketiga dengan efek samping yang minimal. Adapalen telah banyak digunakan karena keampuhannya dan profil toleransi yang tidak beda jauh jika dibandingkan dengan retinoid-retinoid topikal lainnya.

Adapalen untuk pengobatan acne vulgaris

Indikasi dan penggunaan

Adapalen tersedia dalam dua formulasi: gel (0,1%, 0,3%) dan krim (0,1%). Setelah dicuci dengan cleanser, lapisan tipis adapalen diaplikasikan satu kali setiap hari di waktu malam ke seluruh wajah dan daerah lain yang terkena yang diperkenankan oleh dokter. Area-area yang sensitif seperti mata, bibir, dan membran mukosa harus dihindari. Karena retinoid bisa meningkatkan fotosensitifitas, pasien harus diinstruksikan untuk meminimalisir keterpaparan terhadap sinar matahari dan mengenakan sunscreen non-komedogenik setiap pagi. Keamanan dan keampuhan pada anak-anak usia <12 tahun belum ditentukan. Dalam kaitannya dengan kehamilan, adapalen termasuk aktegori C dan harus digunakan secara hati-hati pada wanita hamil. Deskripsi dan farmakologi klinis Struktur kimia adapalen lebih stabil terhadap cahaya dan oksidasi dibanding dengan tretinoin. Dalam sebuah penelitian tentang adapalen dan tretinoin, 95% tretinoin hilang pengaruhnya dalam 24 jam dengan adanya sinar matahari dan benzoil peroksida, sedangkan adapalen tidak kehilangan pengaruh pada kondisi-kondisi ini, bahkan setelah 72 jam. Berbeda dengan gel tretinoin generik, adapalen diformulasi dalam bentuk gel cair, yang bisa meningkatkan toleransi pada pemakai. Akan tetapi, adapalen juga lebih ditolerir dibanding formulasi tretinoin lain (krim dan gel mikrosfer). Mekanisme yang diusulkan untuk toleransi adapalen yang lebih tinggi adalah afinitas pengikatannya yang selektif. Berbeda dengan tretinoin, adapalen tidak terikat ke protein-protein pengikat asam retinoat sitosolik tetapi secara selektif terikat ke reseptor asam retinoat nuklear subtipe β dan γ. Afinitas pengikatan yang selektif ini bisa memegang peranan dalam penghambatan diferensiasi keratinosit yang lebih besar dibanding tretinoin, yang ditunjukkan pada sebuah penelitian dengan menggunakan ekspresi transglutaminase keratinosit sebagai sebuah penanda (marker). Penghambatan diferensiasi dan proliferasi keratinosit ini bertanggung jawab untuk efek komedolitik adapalen. Pada sebuah penelitian in vivo, kemampuan adapalen untuk mengurangi pembentukan komedo ditunjukkan oleh pengurangan jumlah komedo sebesar 50-60% dibanding dengan wahana (plasebo). Faktor penting lainnya dalam patogenesis acne adalah inflamasi yang terjadi setelah pembentukan mikro-komedo. Adapalen menghambat respons inflammatory terhadap pembentukan mikrokomedo dan antigen bakteri. Efek-efek anti-inflammatory adapalen ditimbulkan oleh penghambatan kemotaksis neutrofil dan jalur lipoksigenase, dimana keduanya terkait dengan reaksi-reaksi inflammatory kutaneous. Adapalen lebih efektif dalam menghambat lipoksigenase neutrofil dibanding tretinoin. Adapalen juga memiliki mekanisme anti-inflammatory unik lainnya yang bisa berkontribusi bagi keampuhannya. Penelitian-penelitian klinis tentang adapalen Efikasi klinis Adapalen merupakan sebuah pengobatan acne yang efektif. Salah satu penelitian multisenter, acak, dan tersamarkan pengamat dengan 297 pasien membandingkan efikasi larutan adapalen 0,1% dengan gel tretinoin 0,025% dalam sebuah resimen dosis sekali-sehari selama 12 pekan. Kedua agen ini menghasilkan perbaikan lesi inflammatory yang signifikan (masing-masing 47% dan 50%), dan lesi non-inflammatory (masing-masing 57% dan 54%). Dalam penelitian multisenter, acak, dan tersamarkan pengamat lainnya, sebanyak 105 pasien dengan acne vulgaris ringan hingga sedang diobati dengan gel adapalen 0,1% dibandingkan dengan gel tretinoin 0,025% selama 3 bulan. Gel adapalen ditemukan lebih ampuh dibanding gel tretinin setelah 1 pekan pengobatan, dalam hal pengurangan lesi inflammatory (masing-masing 32% dan 17%, P = 0,01) dan jumlah lesi total (28% dan 22%, p = 0,042); akan tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan pada pekan ke-12. Penelitian selama 12-pekan lainnya membandingkan gel adapalen 0,1% dengan krim tretinoin 0,1%. Pada pekan ke-4, pengurangan lesi non-inflammatory yang lebih tinggi diamati untuk krim tretinoin 0,1%; akan tetapi, kelompok tretnoin juga memiliki kejadian iritasi kulit yang lebih tinggi. Kedua produk ini memiliki efikasi yang sebanding (33% berbanding 35% pengurangan lesi total) pada pekan ke-12. Sebuah formulasi adapalen baru dalam gel 0,3% sekarang sudah tersedia dan bahkan lebih efektif dibanding gel 0,1%. Jika dibandingkan dengan gel adapalen 0,1%, gel adapalen 0,3% menunjukkan rata-rata persen pengurangan lesi total yang lebih besar (56% berbanding 48%; p = 0,020) dan jumlah lesi inflammatory (63% berbanding 58%; p = 0,015). Kedua konsentrasi ini bekerja jauh lebih baik dibanding wahana gel (p < 0,001). Sekarang ini, belum ada perbandingan efikasi langsung antara gel adapalen 0,3% dengan gel, krim, atau mikrosfer tretinoin. Manfaat adapalen untuk terapi penjagaan (maintenance therapy) ditemukan dalam sebuah penelitian multisenter, acak, dan tersamarkan pengamat dengan total 253 pasien. Pasien berhasil diobati (sekurang-kurangnya 50% perbaikan dihitung dari awal penelitian) pada sebuah penelitian 12-pekan sebelumnya dan diacak untuk mendapatkan gel adapalen 0,1% atau wahana gel setiap hari selama 16 pekan. Terapi penjagaan adapalen menghasilkan tingkat penjagaan yang lebih tingi pada sekurang-kurangnya 50% perbaikan (75% berbanding 54%; p < 0,001) dan secara signifikan menurunkan jumlah lesi dibanding dengan wahana gel. Karena kestabilan kimiawi adapalen, obat ini sangat cocok untuk digunakan bersama dengan agen-agen topikal lainnya seperti benzoil peroksida atau antibiotik. Keefektifan adapalen dalam terapi kombinasi untuk pengobatan acne vulgaris ringan hingga parah telah ditunjukkan dalam beberapa penelitian. Dalam salah satu penelitian multisenter, acak, dan tersamarkan pengamat dengan total 249 subjek, efikasi dan toleransi kombinasi gel adapalen 0,1% dengan losion clindamycin 0,1% dibandingkan dengan kombinasi clindamycin topikal 0,1% dengan wahana gel untuk pengobatan acne ringan hingga sedang. Masing-masing subjek mengaplikasikan adapalen atau gel wahana satu kali satu hari di waktu malam, dan clindamycin topikal dua kali sehari selama 12 pekan. Kombinasi adapalen dengan clindamycin topikal lebih efektif dibanding clindamycin topikal saja dalam mengurangi lesi total (46,7% berbanding 25,5%, p < 0,001), lesi inflammatory (55,0% berbanding 44,2%, p = 0,004), dan lesi non-inflammatory (42,5% berbanding 16,3%, p < 0,001). Dalam penelitian multisenter, acak, dan tersamarkan pengamat lainnya, 467 pasien dengan acne parah diacak untuk mendapatkan apakah kombinasi gel adapalen 0,1% dan doksisiklin oral atau kombinasi wahana gel dan doksisiklin oral selama 12 pekan. Jika dibandingkan dengan doksisiklin oral saja, kombinasi adapalen dengan doksisiklin oral menghasilkan pengurangan persen rata-rata perubahan lesi total yang lebih tinggi (61% berbanding 45%, p < 0,001), lesi inflammatory (65% berbanding 59%, p = 0,02), dan lesi non-inflammatory (60% berbanding 41%, p 0,001). Keamanan dan toleransi Dalam dua penelitian terkontrol, acak, tersamarkan-pengamat, dan perbandingan intra-individu, toleransi gel adapalen dibandingkan dengan enam formulasi tretinoin (krim tretinoin 0,025%, 0,05%, dan 0,1%; gel tretinoin 0,01% dan 0,025%; dan mikrosfer gel tretinoin 0,1%) dan kontrol (petrolatum). Pada penelitian-penelitian ini, formulasi adapalen, tretinoin, dan petrolatum diaplikasikan ke punggung setiap hari diikuti dengan oklusi 5 hari per pekan selama 3 pekan untuk mengevaluasi potensi iritasi kumulatif. Evaluasi iritasi didasarkan pada skala 8-poin yang berkaitan dengan kekeringan, eritema, respons papular atau papulovesikular, edema, dan erosi atau pengerakan (crusting). Adapalen secara signifikan lebih ditolerir dengan baik dibanding semua formulasi tretinoin (termasuk mikrosfer tretinoin), dan tidak berbeda dari kontrol (gel petrolatum) menurut statistik (tidak ada nilai p yang dilaporkan). Dalam salah satu penelitian multisenter, acak, dan tersamarkan-pengamat, 105 pasien dengan acne vulgaris ringan hingga parah diobati dengan gel adapalen 0,1% berbanding gel tretinoin 0,025% selama 3 bulan untuk membandingkan onset aksi, toleransi, dan imbas terhadap kualitas hidup. Adapalen secara signifikan lebih ditolerir (p < 0,05) dibanding tretinoin jika dievaluasi berdasarkan skala 4-poin untuk kekeringan, eritema, lecur langsung dan persisten, dan pruritus. Dengan menggunakan DLQI, terdapat perbaikan kualitas hidup yang signifikan untuk kedua kelompok perlakuan (p < 0,05). Pada pekan ke-1 dan 12, terdapat perbaikan kualitas hidup yang didukung oleh adapalen untuk hal-hal yang terkait dengan masalah-masalah berupa hubungan dekat, gejala-gejala kulit, dan interaksi sosial. Keefektifan dan keamanan gel adapalen 0,1% ketika digunakan dengan pengobatan acne lainnya dievaluasi dalam sebuah penelitian prospektif, terbuka, multisenter, observasional dan 4-tahapan. Kejadian-kejadian berbahaya dan toleransi gel adapalen 0,1% dievaluasi pada 1864 subjek. Subjek yang naif terhadap pengobatan acne (n = 1396) mendapatkan terapi kombinasi awal dengan gel adapalen, sedangkan subjek yang sebelumnya menjalani terapi non-retinoid (n = 468) menambahkan adapalen ke dalam resimen pengobatan mereka. Besarnya iritasi kutaneous ringan hingga parah pada pekan ke-12 diukur pada skala 4-poin dari eritema, pengelupasan kulit/sisik, kekeringan, dan lecur, cukup rendah, berkisar antara 1,5% sampai 3,2%. Pembahasan Perkembangan retinoid topikal telah terbukti penting dalam penatalaksanaan acne. Review terhadap adapalen cukup penting dari sudut pandang terapeutik karena retinoid topikal tidak dimanfaatkan secara maksimal dalam praktek. Indikator yang paling kuat untuk digunakan atau tidak digunakannya retinoid topikal adalah keahlian dokter, dimana non-ahli dermatologi secara signifikan lebih kecil kemungkinannya menggunakan retinoid topikal dibanding ahli dermatologi. Data-data terbaru menunjukkan bahwa ada ketimpangan yang lebih tinggi dalam penggunaan retinoid topikal antara ahli-dermatologi dan dokter anak (46,4% berbanding 15,2%). Dokter mungkin enggan untuk meresepkan retinoid topikal karena ada efek samping berupa iritasi yang ditemukan pada retinoid-retinoid terdahulu, sehingga kepatuhan pengobatan berkurang dan menyebabkan pasien mengeluhkan resimen pengobatan ini. Resimen pengobatan acne juga bisa dipersulit oleh diperlukannya menggunakan beberapa retinoid pada waktu-waktu berbeda selain benzoil peroksida atau keterpaparan sinar matahari. Akan tetapi, adapalen bisa digunakan sejalan dengan benzoil peroksida dan keterpaparan sinar matahari, dengan risiko iritasi yang lebih kecil. Pada tahun 2003, salah satu komite dokter dan penelitian internasional membuat panduan-panduan terbaru untuk pengobatan acne. Rekomendasi yang berbasis bukti ini mendorong penargetan sebanyak mungkin proses dalam patogenesis acne vulgaris. Panduan ini menyatakan bahwa retinoid topikal harus digunakan sebagai pengobatan utama untuk acne ringan hingga sedang (termasuk acne inflammatory), karena sifat anti-inflammatory yang dimiliki dan penghambatan pembentukan mikro-komedo, yang merupakan bahan dasar untuk semua lesi acne. Dengan demikian retinoid topikal menargetkan dua mekanisme penting dalam patogenesis acne. Untuk menargetkan tiga faktor patogenik, dianjurkan agar agen-agen antimikroba digunakan dalam kombinasi dengan retinoid topikal ketika lesi-lesi inflammatory yang akan disembuhkan. Antibiotik oral merupakan obat yang dipilih untuk acne sedang hingga parah, tetapi harus digunakan dalam kombinasi dengan retinoid topikal, dan harus dihentikan secepat mungkin (dalam 8-12 pekan) untuk mencegah terjadinya kekebalan bakteri. Terakhir, retinoid topikal penting untuk terapi penjagaan karena efeknya terhadap mikro-komedo (Tabel 1). Beberapa preparasi retinoid topikal telah tersedia yang mana bisa digunakan dalam terapi-tunggal atau kombinasi yang memenuhi panduan pengobatan acne. Dari sudut pandang ekonomi, dua retinoid topikal terkemuka, gel adapalen dan mikrosfer tretinoin, memiliki harga yag sebanding. Mirip dengan formulasi mikrosfer dari tretinoin, kestabilan kimiawi adapalen mempermudah penggunaannya dalam terapi kombinasi dengan produk-produk benzoil peroksida topikal. Walaupun adapalen memiliki keampuhan yang mirip, dan terkadang sedikit lebih baik, dibanding retinoid topikal lainnya, namun karena efek samping yang kurang adapalen lebih diutamakan secara klinis.

Judul Asli : A Review of Adapalen in the Treatment of Acne Vulgaris
Penulis : Cynthia E. Irby, Brad A Yentzer, and Steven R. Feldman
Alih Bahasa : Masdin (http://linguist.co.nr)
Tahun : 2008
Sumber : Journal of Adolescent Health 43 (2008) 421-424Kata kunci: retinoid topikal,tretinoin,comedolytik,anti-inflammatory,dokter anak

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik