Penyakit kulit pada lanjut usia

Di negara maju dan negara terbelakang, jumlah orang lanjut usia terus meningkat, dan diperkirakan di abad ke-21 jumlah orang lanjut usia akan menjadi dua kali lipat atau bahkan tiga kali lipat.

Dua teori pokok dari penuaan adalah penuaan programatis yang mempostulasikan gen penuaan, penuaan seluler, pemendekan telomer dan kegagalan apoptosis dan gen-gen pendukung umur, dan teori stokastik tentang tekanan oksidatif, rasemisasi asam amino, dan glukosilasi nonenzimatis. Juga ada kemungkinan kegagalan sistem imun. Perubahan kulit dipengaruhi oleh dua fenomena: penuaan sejati akibat perjalanan waktu, dan penuaan akibat matahari (photoaging) yang dihasilkan dari keterpaparan terhadap sinar matahari.

Fungsi kulit yang menurun seiring dengan bertambahnya adalah penggantian sel, fungsi pelindung, pembersihan kimiawi, persepsi sensoris, proteksi mekanis, penyembuhan luka, daya respon imun, termoregulasi, produksi keringat dan sebum, produksi vitamin D dan reparasi DNA.


Tanda-tanda kutaneous dari penuaan pada kulit yang belum terpapar terhadap sinar matahari mencakup xerosis (kekeringan), keriput beraturan, penipisan kulit dan kehilangan elastisitas dan terjadinya keratosis seborheik dan ekor kulit. Pada lanjut usia, kulit yang telah terpapar terhadap sinar matahari berhipopigmentasi dan berkeriput disertai eritema berbisul dan memiliki kerutan dalam yang kasar dan kejadian displasia epidermal yang meningkat dan lesi-lesi ganas. Tabel 1 merupakan sebuah daftar gangguan-gangguan dermatologik.

Pruritus lanjut usia atau xerosis

Salah satu erupsi yang paling sering dan paling mengganggu pada lanjut usia adalah gatal-gatal menyeluruh. Penyakit ini biasanya tidak terkait dengan penyakit kulit atau penyakit sistemik. Kulit menjadi kering, kasar, bersisik dan konsisten dengan asteatosis (Gambar 1). Pruritus biasanya menjadi lebih buruk selama musim dingin dan semakin buruk akibat sering mandi khususnya dengan air hangat dan deterjen kuat. Ketika pasien menanggalkan pakaian di malam hari, mereka mungkin mengalami pruritus yang intens. Kelembaban rendah dan suhu rendah selama bulan-bulan musim dingin merupakan faktor penting. Gatal-gatal bisa menyebabkan eksoriasi, yang bisa terjadi setelah mengalami eczema dan terinfeksi dengan staphylococci. Kondisi-kondisi yang peluer dikeluarkan adalah dermatitis kontak kontak atau pengiritasi dari obat-obat topikal dan preparasi serta hubungan dengan penyakit limfoma mendasar (limfoma atau leukemia) atau penyakit sistemik (diabetes dan gangguan hepatik dan gangguan ginjal), atau obat.

Dermatitis eczematous

Dermatitis eczematous merupakan salah satu masalah dermatologi yang paling sering dialami. Dia bisa berupa asteatosis (Gambar 2), eczema numular (Gambar 3), dermatitis iritan kontak akut (Gambar 4), dermatitis eczematoid infeksi (Gambar 5), eczema stasis dan dermatosis psikogenik yang ditimbulkan oleh penggarukan atau gesekan mekanis. Eczema nummular terdiri dari plak-plak versikula berbatas tegas yang sangat pruritu yang mengerak dan membentuk sisik (Gambar 3). Penyakit ini bisa akut atau subakut. Erupsi bisa tersebar luas tetapi lebih menyukai ekstremitas. Kulit cenderung kering dan tidak sering terkait dengan atopi. Karena sifat disokoid dari lesi, maka kondisi ini harus dibedakan dari psoriasis dan tinea corporis.

Dermatitis seborheik ditandai dengan pengelupasan kulit kepala dan kulit yang kering, merah, bersisik pada wajah, trunkus dan daerah anogenital (Gambar 6). Kejadian dan keparahan yang meningkat pada pasien yang mengalami penyakit Parkinson, quadriplegia dan distress emosional menunjukkan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh sistem saraf pusat. Kondisi ini bisa secara efektif diobati dengan penggunaan sampo antijamur dan pengaplikasian krim steroid ringan.

Stasis dermatitis (Gambar 7) biasanya terjadi dengan insufisiensi vena, varicose vena, dan pedal edema. Ini terjadi karena hipertensi vena dan trombosis vena dalam. Terdapat perubahan warna menjadi kecoklatan pada kulit akibat deposisi demosiderin. Dermatitis eczematous kronis terjadi di sekitar engkel (gambar 7a). Trauma bisa menyebabkan ulserasi (Gambar 7b). Diantara komplikasi dermatitis dan/atau ulser adalah selulitis dan dermatitis kontak akibat obat-obatan topikal, khususnya antibiotik. Beberapa obat topikal atau infeksi yang memperparah bisa menimbulkan autosensitisasi – yang disebut reaksi 'Id” - yang mana bisa menghasilkan dermatitis eczematous dishidrotik pada tangan dan kaki.

Lanjut usia, karena penyakit dan kondisi sosial ekonomi, sering mengalami stress dan mengalami kecemasan dan/atau sebagai sebuah akibat yang darinya bisa dilihat gangguan-gangguan psikogenik. Lichen simpleks kronikus biasana mengenai individu yang memiliki sifat obsesif yang berfokus pada lesi pruritus. Pasien-pasien ini biasanya memiliki latar belakang atopik dan rentan untuk menggaruk kulit mereka atau menggaruk sebuah dermatitis yang mendahului. Lichenifikasi difus bisa menghasilkan apa yang disebut leonine facies (Gambar 8). lesi-lesi bisa tunggal atau banyak tetapi biasanya berada dalam jangkauan jari-jari tangan. Tempat yang paling umum terlibat tengkuk leher (disebut juga “dermatitis nuchal), permukaan ekstensor siku, permukaan fleksor lengan dan engkel, daerah anogenital, meatus auditory eksternal dan telapak kaki dan telapak tangan. Lesi ini merupakan plak-plak yang tidak berbatas tegas, berlichenifikasi, eritematosa dan bersisik, yang harus dibedakan dari psoriasis, sebuah infeksi jamur atau mycosis fungoides. Pruritus anogenital bisa memiliki pengaruh psikoseksual tetapi bisa dipicu oleh kontaminasi fecal. Kondisi-kondisi yang perlu dibedakan adalah infeksi vagina, parasitisasi pinworm, diabetes melitus, lichen sklerosis et atrophicans dan psoriasis.

Prurigo nodularis bisa tampak sebagai sebuah kelainan innervasi saraf sensoris pada kulit. Ini ditandai dengan nodula-nodula berpigmentasi keratotik diskret yang tersebar pada ekstremitas, khususnya pada wanita paruh baya. Gatal-gatal sangat intens dan bahkan nyeri. Ada tiga kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam diagnosis banding yaitu lichen planus hipertropi, amyloidosis kutaneous, prurigo aktnik dan pemfigoid bulosa.

Eksoriasi neurotik, pada batasan tertentu, merupakan kondisi yang muncul dengan sendirinya, walaupun bisa didahului oleh sebuah faktor kausatif seperti gigitan serangga atau penggarukan. Pasien terdorong untuk menusuk kulitnya, dan ini menghasilkan lesi pada semua tahapan perkembangan yang mencakup ulserasi, nodula dan scar atropi.

Pasien-pasien diabetes bisa mengalami neuropati sensoris perifer dengan ulserasi kulit setelah terjadinya trauma atau tekanan konstan (decubitus) (Gambar 9).

Delusi parasitosis ditandai dengan keluhan-keluhan tentang sensasi rangsangan, yang dihasilkan oleh parasit. Pasien seperti ini – kebanyakan adalah perempuan – mendukung keyakinan mereka dengan menghasilkan material yang keluar dari kulit mereka. Dokter tidak mampu mencari parasit atau produk sampingannya pada saat pemeriksaan. Diantara faktor yang berkontribusi adalah psikosis, psikoneurosis, kondisi toksik, kekurangan gizi, kecanduan obat, dan arterisklerosis.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik