Lesi-lesi mulut yang spesifik kusta: Sebuah laporan tiga kasus Abstrak

Abstrak

Kusta merupakan sebuah infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, sebuah basilus yang menunjukkan tropisme khas untuk kulit dan saraf-saraf perifer. Spektrum klinis kusta berkisar mulai dari bentuk tuberkuloid (TT) sampai bentuk lepromatoys progresif dan menular (LL). Lesi-lesi yang terjadi pada mulut cukup jarang dan biasanya ditemukan pada bentuk lepromatous. Artikel ini menjelaskan temuan klinis dan temuan mikroskopis dari tiga kasus LL dengan manifestasi pada mulut. Semua pasien memiliki kusta bentuk lepromatous dan lesi-lesi mulut spesifik kusta terjadi pada langit-langit mulut. Diagnosis didasarkan pada temuan klinis, serologik dan histopatologi, dan terapi multi-obat untuk kusta multibacillary dimulai dan dilanjutkan selama 24 bulan. Semua pasien melengkapi pengobatan, tetapi episode-episode reaksi yang terjadi diobati dengan prednison dan/atau thalidomid. Para peneliti menekankan pentingnya evaluasi mukosa mulut oleh seorang profesional kesehatan gigi selama perawatan pasien karena lesi-lesi oral bisa bertindak sebagai sumber infeksi.

Kata kunci: kusta, kusta lepromatous, Mycobacterium leprae, lesi mulut


Pendahuluan

Kusta merupakan sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, sebuah basilus tahan asam yang menunjukkan tropisme khas untuk kulit dan saraf-saraf perifer. Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia. Pada tahun 2006, jumlah kasus baru yang ditemukan berkurang secara global jika dibandingkan dengan tahun 2005. Akan tetapi, Brazil masih mewakili bagian penting dari beban penyakit secara global di benua Amerika.
Kusta merupakan sebuah spektrum klinis yang mulai dari bentuk tuberkuloid (TT), dengan lesi yang sering sembuh sendiri, sampai bentuk lepromatous progresif dan menular (LL). Dalam spektrum ini ada bentuk-bentuk dasar dengan lesi intermediet antara 2 bentuk polar. Lesi mulut tidak umum pada kusta tetapi jika ada akan terjadi pada pasien dengan bentuk LL. Lesi-lesi ini umumnya berupa ulser asimptomatik atau nodul yang terkadang kaya akan M. Leprae, menyerupai lesi oral non-spesifik. Akan tetapi, mereka dapat mempertahankan fokus infeksi di daerah-daerah endemik. Artikel ini memaparkan lesi kusta pada mulut dari 3 pasien LL, dan mengingatkan para dokter tentang pentingnya evaluasi mukosa mulut selama perawatan pasien.

Laporan Kasus

- Pasien. Data demografi, informasi klinis, hasil tes laboratorium, pengobatan dan perjalanan akhir penyakit pada 3 pasien kusta dengan manifestasi oral direview dan dipaparkan disini. Semua kasus diambil dari arsip Rumah Sakit Universitas Fakultas Kedokteran Ribeirao Preto, Sao Paulo University (Brazil).
- Gambaran kliis. Pada saat diagnosis, usia pasien berkisar antara 39 sampai 55 tahun. Semua pasien adalah laki-laki pekerja desa, satu diantaranya orang kulit putih dan dua orang Amerika Afrika. Mereka menunjukkan lesi kulit dan mukosa sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1, dan dikategorikan mengalami LL. Penyakit mukosa ditemukan di langit-langit mulut dan mukosa hidung pada semua kasus. Palatal lunak terkena pada semua kasus dan palatal keras pada dua kasus (Gbr 1b, 1e, dan 1h) (Tabel 1).
- Hasil pemeriksaan laboratorium. Tes-tes tambahan untuk diagnosis kusta mencakup reaksi Mitsuda (MR), basiloskopi, biopsy, dan penentuan antobodi anti-PGLI (Tabel I). Uji reaksi Mitsuda menunjukkan hasil negatif pada semua pasien, sedangkan basiloskopi menunjukkan hasil positif pada semua pasien. Pemeriksaan histopatologi kulit menunjukkan epidermis atropi dengan kehilangan rete ridges pada semua pasien; dermis papillary tampak sebagai berkas terang, dan dermis yang lebih dalam diinfiltrasi oleh sel-sel inflammatory kronis (Gbr. 2A, 2d, dan 2h). Pemeriksaan lesi-lesi mulut menunjukkan hiperplasia epitelium dengan area-area ulserasi dan infiltrat inflammatory limfohistiositik padat disertai keberadaan histiosit-histiosit yang menunjukkan vakuola sitoplasma berbusa dengan banyak bacilli tahan asam pada semua pasien (Gambar 2b, 2c, 2e, 2f, 2g, 2i dan 2j). Kadar antibodi anti-PGLI yang tinggi ditemukan pada semua pasien (Tabel I).
- Treatolipid I.ment dan perjalanan akhir penyakit. Pasien diobati dengan terapi multi-obat untuk kusta multibacillary yang terdiri dari 600 mg rifampicin setiap hari, 300 mg clofazimin satu kali satu bulan/50 mg setiap hari, dan 100 mg dapson setiap hari, untuk total 24 dosis. Semua pasien menyelesaikan pengobatan penyembuhan lesi kulit dan mulut spesifik-kusta (Gambar 1c dan 1f). Akan tetapi, mereka mengalami episode-episode reaksi (eritema nodosum) selama pengobatan kusta, sehingga mereka perlu diobati dengan prednison dan/atau thalidomid. Ketiga pasien saat ini bebas dari lesi kusta pada mulut.

Pembahasan

Saluran udara atas merupakan titik utama untuk masuknya bacillus dan rute untuk penghilangan bacillary pada kusta. Untuk alasan inilah pengendalian lesi-lesi mukosa sangat penting. Keterlibatan mukosa khususnya sangat besar pada hidung, kemungkinan karena preferensi M. Leprae untuk tempat-tempat yang lebih dingin.

Lesi-lesi mulut biasanya muncul sebagai ulserasi pada palatal keras atau palatal lunak, seperti diamati pada 3 kasus. Akan tetapi, lesi ini bisa mengenai tempat manapun, termasuk lidah. Disamping itu, lesi-lesi ini bisa nodular atau berulserasi, seperti diamati pada pasien 1. Secara umum, keterlibatan mulut hanya terjadi pada tahap parah LL, sehingga menunjukkan penularan hematogen atau limfatik dari M. Leprae. Dua dari empat pasien melaporkan bahwa mereka mengalami penyakit ini satu tahun sebelumnya, sebuah fakta yang kemungkinan menunjukkan diagnosis tertunda sejak pasien menunjukkan bentuk LL.

Kemungkinan lain untuk terjadinya lesi-lesi mulut adalah kontinuitas, dengan lesi-lesi nasal yang kemungkinan menjadi pemicu lesi mulut. Pengobatan lokal seperti obat kumur dengan larutan antimikroba bisa diberikan untuk mengurangi risiko infeksi sekunder. Tetapi ini tidak memuaskan selama pengobatan yang spesifik kusta tidak dilakukan. Semua pasien memiliki lesi mulut dan lesi nasal, dimana lesi nasal terbatas pada jaringan lunak. Dengan demikian, ini menunjukkan kejadian penyebaran hematogen dan bukan lesi melalui kontinuitas.

Temuan kali ini menunjukkan bahwa rute penularan bisa meningkat di daerah-daerah endemik apabila mukosa mulut terkena, karena bacilli yang hidup telah dideteksi pada tempat-tempat ini. Sehingga, pemeriksaan pasien harus mencakup mukosa mulut karena pada kusta tahap parah mulut bisa menjadi karakteristik penampung bacilli, sehingga bisa bertindak sebagai sebuah faktor risiko yang penting untuk penularan penyakit.

Judul Asli : Leprosy-specific oral lesions: A report of three cases
Penulis : Ana Carolina F. Motta, Marilena C. Komesu, Claudia Helena Lovato Silva, Darlene Arruda, Joao Carlos Lopes Simao, Erika Muller Ramalho Zenha, Renata Bazan Furini, Norma T. Foss
Alih Bahasa : Masdin
Tahun : 2008
Sumber : Med Oral Patol Cir Bucal, 2008 Aug 1;13(8):E479-82.Kata kunci: kusta,kusta lepromatous,Mycobacterium leprae,lesi mulut

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik