Dermatosis spongiotik, psoriasiformis, dan pustular

Dermatitis eczematous
   
Bab ini membahas beberapa penyakit yang termasuk dalam rubrik dermatitis eczematous, yang juga disebut sebagai eczema dan dermatitis spongiotik. Istilah “eczema” menunjuk pada sekelompok penyakit yang memiliki gambaran klinis dan histologi mirip tetapi bisa memiliki etiologi yang berbeda. Ada beberapa yang keberatan terhadap istilah eczema karena tidak menunjuk pada penyakit spesifik tetapi merupakan sebuah istilah non-spesifik yang hanya menunjuk pada lesi klinis yang menunjukkan spongiosis, yang mana secara klinis bermanifestasi sebagai papula atau plak lembab, sering “bergelembung” di atas sebuah dasar yang eritematosa. Patogenesis beberapa bentuk penyakit ini belum dipahami dengan baik. Para ahli histopatologi biasanya tidak menegakkan diagnosis yang lebih spesifik selain “dermatitis spongiotik yang konsisten dengan dermatitis eczematous” dan klasifikasi pasti dalam diagnosis banding dermatitis spongiotik sering tidak mungkin dilakukan. Untuk alasan inilah, kelompok penyakit ini dibahas bersama. Gambaran klinis, patogenesis dan histologis yang membedakan disebutkan pada bagian lain.

Eczema – pertimbangan umum
   
Eczema mencakup beberapa penyakit dengan etiologi dan manifestasi klinis berbeda dan merupakan salah satu keluhan paling umum dari pasien yang mendatangi klinik dermatologi.

   
Lesi-lesi klinis pertama yang muncul adalah eritema dan agregat-agregat vesikula pruritus kecil, yang pecah dengan mudah, mengeluarkan cairan jernih, dan selanjutnya berkerak (Gbr. 5.1). Lesi-lesi yang lebih kronis menjadi bersisik.

Lichen simpleks kronikus

Gambaran klinis
   
Istilah lichen simpleks kronikus menunjuk pada terjadinya area-area kulit bersisik menebal terlokalisasi yang memperburuk penggarukan lama dan parah pada seorang pasien yang tidak memiliki penyakit kulit mendasar (Gbr. 5.30). Lichenifikasi merupakan sebuah proses identik dimana terdapat dermatitis pruritus intes yang mendasar seperti eczema atopik. Infeksi dermatofita, dermatitis statis dan dermatitis kontak alergi kronis juga bisa menyebabkan rentan terhadap lichenifikasi. Nodula Picker dan prurigo nodular merupakan kondisi yang terkait.
   
Pasien mengalami pruritus tegas dan plak-plak bersisik terokalisasi dengan bekas kulit tegas yang dikatakan menyerupai kulit batang pohon. Terdapat kecenderungan untuk perempuan dan orang dewasa muda sampai usia paruh baya lebih umum terkena. Kulit yang dapat dijangkau khususnya terkena dan tengkuk dan sisi leher, paha, kaki bawah dan engkel, vulva, dan skrotum merupakan tempat yang cenderung terkena.
   
Lichenifikasi pebbly menunjuk pada sebuah varian berbeda dimana papula-papula lichenoid terjadi setelah penggarukan intens pada pasien yang mengalami dermatosa inflammatory seperti eczema atopik.

Gambaran histologis
   
Lichen simpleks kronikus (yang juga dikenal sebagai neurodermatitis sirkumskrib) ditandai dengan hiperkeratosis tegas, terkadang dengan fokus parakeratosis kecil, dan sebuah lapisan sel granular yang biasanya menonjol (Gbr. 5.13). Ridge epidermal memanjang dan menebal tidak beraturan. Spongiosis ringan juga terjadi tergantung pada penyebab. Infiltrat sel perivaskular dan terkadang insterstitial yang terdiri dari limfosit, histiosit, dan sedikit eosinofil, terdapat pada dermis superfisial. Myofibroblast yang membesar dan berhimpit terkadang ditemukan. Fibrosis dermal papillary merupakan gambaran karakteristik dan pada beberapa kasus hiperplasia saraf ditemukan (Gbr. 5.32).

Prurigo nodular dan nodul prurigo

Gambaran klinis
   
Prurigo nodular (prurigo nodularis) ditandai dengan terjadinya nodula-nodula kronis, pruritus intensif, berlichenifikasi, dan eksoriasi. Ini terjadi pada rentang usia yang luas mulai dari 5 sampai 75 tahun, dengan nilai mean 40 tahun. Anak-anak jarang terkena. Durasi penyakit berkisar antara 6 bulan sampai 33 tahun, dengan nilai mean 9 tahun. Nodular prurigo terjadi dengan frekuensi yang sama pada pria dan wanita. Kondisi ini menunjukkan kemiripan dengan lichen simpleks kronikus, walaupun hal ini tidak diterima oleh semua pihak.
   
Lesi-lesi individual sering berbentuk globular dengan permukaan yang berkutil (warty) dan bereksoriasi dan diameternya bisa mencapai hingga 2 cm (Gbr. 5.33). Lesi-lesi ini sering berkelompok, simetris dan terjadi utamanya pada aspek-aspek ekstensor tungkai (distal) (Gbr. 5.34, 5.35). Trunkus juga bisa terkena. Kasus yang menular juga telah ditemukan. Telapak tangan dan telapak kaki umumnya tidak terlibat. Kulit yang terlibat biasanya tampak normal. Lesi-lesi yang kelihatannya mirip terkadang ditemukan pada pasien dengan eczema. Kebanyakan pasien dengan prurigo nodular memiliki kesehatan yang baik  dan pemeriksaan tidak membantu; akan tetapi, terkadang prurigo nodularis ditemukan pada pasien mengalami gluten enteropati. Gangguan-gangguan psikososial telah dilaporkan pada banyak pasien. Pada beberapa kasus erupsi terjadi setelah gigitan serangga, tetapi lesi-lesi selanjutnya terjadi secara spontan.
   
Pruritus bersifat episodik dan bisa dipicu atau diperburuk oleh panas dan kecemasan. Abnormalitas pada pemeriksaan laboratorium bisa mencakup anemia, eosinofilia dan kadar IgE serum yang meningkat.
   
Nodular prurigo (eczema) didefinisikan sebagai lesi nodular prurigo pada muncul pada sebuah dasar eczema yang tegas. Meskipun perbedaan ini menarik dari sisi akademik namun belum ada signifikansi klinis atau prognostik.
   
Sebuah nodula prurigo (yang juga dikenal sebagai nodula picker) merupakan sebuah varian tersendiri yang terjadi sebagai akibat dari penggarukan dan penusukan terlokalisasi.
   
Terkadang, nodular prurigo disertai dengan gambaran pemfigoid bulosa (pemfigoid nodularis).

Patogenesis dan gambaran histologis
   
Prurigo nodular klasik, yang fokal dan ditandai dengan hiperplasia, baru-baru ini terkait utamanya dengan epitelium folikular. Dalam epidermis, kondisi ini bermanifestasi sebagai hiperkeratosis dan acanthosis, terkadang hiperplasia pseudoepiteliomatous (Gbr. 5.26, 5.37). Spaongiosis ringan superfisial terkadang terjadi dan ciri-cirinya bisa menyerupai eczema kronis. Deposisi fibrin subepidermal terkadang merupakan sebuah karakteristik.
   
Dalam dermis terdapat hiperplasia vaskular, dengan pembuluh darah yang membesar pada dermis papillary dan retikular. Pembentukan pembuluh darah baru cukup jelas dan terdapat infiltrat inflammatory ringan perivaskular yang mengelilingi, yang utamanya terdiri dari limfosit dan beberapa histiosit, sel-sel plasma dan terkadang eosinofil. Sel-sel mast terdapat dalam jumla normal. Infiltrat telah ditemukan memiliki konfigurasi triangular terbalik yang membentang mulai dari dermis superfisial. Terkadang, gambaran dermal mencakup folikel limfoid dengan pembentukan pusat germinal, sehingga menyerupai reaksi gigitan serangga persisten.
   
Dengan mikroskop cahaya saraf bisa tampak normal, meningkat jumlahnya atau terkadang hiperplastis (Gbr. 5.38). Noda-noda neural khusus atau imunohistokimia S-100 bisa menekankan perubahan proliferatif ringan. Akan tetapi, perubahan saraf tidak tampak esensial untuk diagnosis. Penelitian belum menunjukkan bukti pembentukan neuroma sejati dan dianggap oleh beberapa peneliti bahwa perubahan neural diakibatkan oleh trauma kronis dan penggarukan nodula pruritus intens. Pruritus intens ini mungkin sebagian bertanggung jawab atas besarnya perhatian yang diberikan kepada perubahan-perubahan neural pada prurigo nodularis di masa lalu. Akan tetapi, sangat jarang trunkus saraf hiperplastis terkait dengan proliferasi sel Schwann, sehingga melahirkan “neuromata” ringan.     Mikroskop elektron telah menunjukkan vakuolasi sitoplasma sel Schwann, bersama dengan kehilangan definisi struktur internal mitokondria (Gbr. 5.39).

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik