Pityriasis rosea

Definisi. Pityriasis rosea merupakan sebuah penyakit akut yang sembuh dengan sendirinya, dengan penyebab yang kemungkinan ditimbulkan infeksi, sebagian besar mengenai anak-anak dan dewasa muda, dan ditandai dengan erupsi kulit yang khas dan gejala-gejala konstitusional yang minimal.

Etiologi. Pityriasis rosea relatif umum di seluruh dunia. Pada daerah-daerah yang beriklim sedang, penyakit ini lebih sering selama musim dingin. Di daerah tropis, kejadiannya sedikit bervariasi mengikuti musim. Perubahan kejadian penyakit ini dari tahun ke tahun, meskipun tidak terlalu besar, bisa signifikan secara statistik.

   
Pada salah satu penelitian, sebanyak 249 kasus di Minnesota menunjukkan perbandingan wanita/pria yang terkena sebesar 1,5:1, walaupun penelitian-penelitian skala besar sebelum di Swedia dan Inggris menunjukkan kerentanan yang seimbang diantara kedua jenis kelamin.
   
Kebanyakan kasus pityriasis rosea terjadi antara usia 10 sampai 35 tahun dan tidak umum pada anak-anak yang masuk muda atau orang tua, walaupun telah dilaporkan terjadi pada bayi dan pada lansia yang berusia 90an. Kerentanan terhadap penyakit tampaknya tidak dipengaruhi oleh ras atau faktor-faktor genetik. Dugaan adanya hubungan dengan atropi, sebagaimana disebutkan pada penelitian sebelumnya, tidak terbukti pada penelitian yang dilakukan di Minnesota.
   
Penyebab pityriasis rosea masih belum pasti, tetapi banyak gambaran klinis dan epidemiologi yang menunjukkan bahwa agen penginfeksi bisa terlibat.
   
Epidemik sejati belum dilaporkan, dan kemungkinan bahwa pengalaman klinis terbaru dengan penyakit ini dapat meningkatkan kecenderungan untuk mendiagnosa kasus-kasus selanjutnya bisa mengarah pada kesan yang keliru bahwa penyakit ini menular. Akan tetapi, bukti epidemiologi yang dilaporkan untuk keterlibatan infeksi (meskipun rendah) mencakup perjangkitan yang jarang dalam keluarga atau rumah tangga, dengan fluktuasi musiman dan dari tahun ke tahun, bukti statistik untuk pengelompokan dalam ruang dan waktu, dan kejadian yang lebih tinggi diantara para ahli dermatologi dibanding para juru bedah telinga, hidung dan tenggorokan dan ahli-dermatologi pra-spesialisasi. Riwayat alami penyakit, yakni lesi utama yang bisa terdapat pada tempat inokulasi, erupsi sekunder menular setelah interval tertentu dan tidak seringnya serangan kedua, menunjukkan ciri-ciri yang sama dengan banyak penyakit yang penyebabnya telah dipastikan infeksi. Gejala-gejala konstitusional ringan yang sesekali telah dilaporkan dan bisa mendukung keterlibatan infeksi pada penyakit ini, tetapi tidak sering ditemukan pada 108 pasien yang mengalami pityriasis rosea dibanding dengan kontrol yang jumlahnya sama. Pemburukan kondisi yang menyertai terapi steroid oral ditemukan pada beberapa kasus dan erupsi-erupsi mirip pityriasis rosea telah dilaporkan setelah transplantasi sumsum tulang, walaupun beberapa efek etiologi bisa terlibat pada situasi seperti ini.
   
Pencarian mikroorganisme yang kemungkinan terlibat terus berlanjut. Kecurigaan-kecurigaan awal terhadap jamur, streptococci, spirochaetes dan Legionella belum dapat dikuatkan, dan kebanyakan spekulasi sekarang ini berfokus pada etilogi virus. Berbagai upaya untuk mengkulturkan virus dari kulit yang terkena tidak membuahkan hasil. Partikel-partikel mirip virus yang dideteksi secara ultrastruktural beberapa tahun yang lalu dan partikel-partikel mirip herpes virus yang baru-baru dilaporkan telah ditemukan pada 71% lesi pityriasis rosea. Keterlibatan dua herpesvirus, HHV-6 dan HHV-7, telah diduga sebagai penyebab untuk erupsi. DNA virus dilaporkan terdapat pada sel-sel mononuklear darah perifer dan kulit berlesi dan kulit yang tidak terkena pada kebanyakan (80-100%) orang yang mengalami pityriasis rosea akut. HHV-7 dideteksi sedikit lebih sering dibanding HHV-6, tetapi seringkali kedua virus ini ditemukan bersamaan. Akan tetapi, bukti untuk keberadaan dan aktivitas HHV-6 atau HHV-7 juga ditemukan pada beberapa (10-44%) orang yang tidak terkena, sehingga menunjukkan bahwa jika ada hubungan sebab-akibat, maka infeksi dengan virus tidak selamanya mengarah pada penyakit. Tidak semua peneliti yang telah meneliti abidang ini menemuan adanya virus-virus ini pada pasien yang mengalami pityriasis rosea atau menemukan adanya hubungan meski hubungan yang tidak signifikan.
   
Ada beberapa laporan yang mengkaitkan erupsi-erupsi mirip pityriasis rosea dengan obat. Ruam-ruam yang disebabkan oleh arsenik, bismuth, emas dan metopromazin tampaknya lebih besar kemungkinannya memiliki reaksi lichenoid atipikal. Obat-obat lain yang terlibat mencakup antara lain metronidazol, barbiturat, klonidin, captopril dan ketotifen. Pada beberapa laporan, kemiripan erupsi dengan pityriasis rosea tidak terlalu dekat, dan pada beberapa laporan lainnya kemiripan yang kebetulan ini bisa menjelaskan hubungan tersebut. Sehingga, meskipun beberapa erupsi obat bisa menyerupai kondisi ini, belum ada bukti meyakinkan bahwa pityriasis rosea tipikal bisa disebabkan oleh obat.

Patologi. Bercak terang dan lesi-lesi sekunder cukup mirip secara histologis. Perubahan ini tidak bermanfaat dalam diagnosis.
   
Dalam epidermis, spongiosis, vesikula dan parakeratosis bercak umum ditemukan. Dermis atas menunjukkan edema dan sebuah infiltrat sel mononuklear yang darinya terdapat eksositosis ke dalam epidermis, dimana sel-sel ini bisa membentuk pustula-pustula, utamanya subkorneal. Infiltrat ini sebagian besar terdiri dari limfosit T helper tetapi juga sel-sel Langerhans, dan antigen HLA-DR diekspresikan pada permukaan keratinosit. Keratinosit diskeratotik sesekali juga ditemukan, terkadang berdekatan dengan sel Langerhans. Temuan-temuan ini menunjukkan adanya reaksi imun berperantara sel dalam epidermis.

Gambaran klinis. Erupsi pityriasis rosea mengikuti sebuah pola dan perjalanan yang khas dan konstan pada sekitar 80%. Gejala-gejala prodromal biasanya tidak ditemukan dan keluhan-keluhan tidak jelas tentang sakit kepala dan sedikit rasa tidak enak badan mungkin tidak lebih sering dibanding pada subjek kontrol yang sehat. Manifestasi pertama dari penyakit ini biasanya berupa kenampakan bercak terang, yang lebih besar dan lebih mencolok dibanding lesi-lesi pada erupsi selanjutnyadan biasanya terletak pada paha atau lengan atas, trunkus atau leher; jarang terdapat pada wajah, kulit kepala atau penis. Lesi ini berupa plak berbatas tegas, merah terang, berbentuk bulat atua lonjong, yang kemudian ditutupi oleh sisik-sisik yang halus. Lesi ini dengan cepat mencapai ukuran yang maksimum, biasanya 2-5 cm diameternya tetapi terkadang jauh lebih besar. Terkadang ada lebih dari satu bercak terang. Setelah interval tertentu, biasanya 5 sampai 15 hari, meski bisa lebih singkat dari itu misalnya beberapa jam atau lebih lama misalnya 2 bulan, erupsi umum mulai tampak banyak pada interval 2-3 hari selama sepekan atau 10 hari. Terkadang, lesi-lesi baru terus berkembang selama beberapa pekan. Dalam bentuk klasiknyaa, erupsi terdiri dari amedallion diskret seringkali berbentuk lonjong dan berwarna pink buram yang ditutupi oleh sisik-sisik halus, kering, dan berwarna abu-abu keperakan. Pusatnya cenderung bersih dan mengasumsikan kenampakan atropi berkerut berwarna tawny, dengan collarette marginal sisik yang terpasang secara perifer, dengan ujung sisik bebas secara internal. Sumbu panjang dari lesi secara khas mengikuti garis garis-garis perpecahan yang sejajar dengan tulang rusuk dengaan pola pohon-natal pada dada atas dan punggung. Medallion umumnya terkait dengan makula-makula pink yang bervariasi ukurannya dan erupsi bisa hanya terdiri dari makula.
   
Lesi-lesi biasanya terbatas pada trunkus, pangkal leher dan sepertiga bagian atas lengan dan kaki. Tempat-tempat ini paling konsisten dan terkena parah tetapi keterlibatan wajah dan kulit kepala juga cukup umum, khususnya pada anak-anak, daan pada salah satu kumpulan lesi kasus ditemukan pada lengan bawah dan kaki bawah pada sekitar 12% dan 6%, masing-masing. Lesi-lesi pada telapak tentang termasuk pengecualian tetapi bisa terjadi. Kemungkinan ada bercak-bercak merah, bersisik dan menyendiri, kemerahan difus dan scaling atau vesikula kecil yang tersebar. Keterlibatan membran mukosa mulut juga tidak umum tetapi kemungkinan sering diremehkan. Baik bercak-bercak merah yang kurang jelas, dengan beberapa deskuamasi atau dengan perdarahan punktate, atau bula bisa ditemukan. Lesi-lesi oral bukannya tidak sering ditemukan, dan terkecuali, kemungkinan ada lesi pada vulva.
   
Gejala-gejala subjektif biasanya tidak ditemukan tetapi ada pruritus ringan atau sedang, khususnya sebagai akibat dari upaya pengobatan yang tidak cermat. Terkadang, demam ringan, tidak enak badan dan pembesaran kelenjar limfatik, menyeluruh atau terbatas pada kelenjar-kelenjar servikal, bisa ditemukan; bahkan, gejala-gejala konstitusional yang lebih parah telah ditemukan, walaupun kelangkaannya yang sangat tinggi menunjukkan bahwa kemungkinan terkait secara kebetulan dan bukan manifestasi dari penyakit.
   
Lesi-lesi kulit umumnya menyusut setelah 3-6 pekan, tetapi beberapa bisa menjadi bersih dalam 1 atau 2 pekan dan ada juga beberapa yang terus bertaan selama 2 bulan. Durasi yang lebih lama, kecuali pada bentuk-bentuk terlokalisasi yang dibahas berikut, biasanya sangat tidak umum. Kemungkinan ada hiperpigmentasi temporer atau hipopigmentasi, tetapi biasanya lesi-lesi hilang tanpa ada bekas.
   
Serangan pityriasis rosea kedua terjadi pada sekitar 2% kasus setelah interval 1 bulan atau beberapa tahun, tetapi ini kemungkinan terlalu rendah perkiraannya. Terkadang, kekambuhan parsial atau lengkap sebuah erupsi yang telah menyusut bisa ditemukan.
   
Pityriasis rosea bisa memiliki kenampakan atau distribusi lesi yang atipikal atau perjalanannya. Bercak terang tidak ditemukan atau tidak dideteksi pada sekitar 20% kasus. Erupsi sekunder sangat berbeda-beda besarnya. Erupsi ini mungkin menyeluruh atau terbatas pada beberapa lesi, seringkali di sekitar bercak terang. Jika erupsi terbatas pada satu bagian, atau bisa maksimal pada ekstermitas, maka trunkus tidak terkena. Pityriasis unilateral telah dilaporkan. Khususnya pada anak-anak, lesi bisa sebagian besar berupa papula atau urtikaria dalam tahap-tahap awal, tetapi kemudian ditutupi oleh cincin skala halus yang mencolok mata. Lesi-lesi purpura akut terkadang telah dilaporkan. Bentuk papulovesikula, vesikula atau bahkan pustula juga terjadi, dan lesi-lesi mirip eritema multiformis membentuk sebagian erupsi pada salah seorang anak. Pada sbuah varian bentuk papular yang lebih umum di Afrika dibanding Eropa, papula-papula lichenoid kecil terdapat dengan tebal pada ujung-ujung lesi.
   
Pada pityriasis ccircinata et marginata Vidal, yang terkadang diangggap sebagai bentuk khusus dan utamanya ditemukan padaorang dewasa, lesi jumlahnya sedikit dan besar, dan seringlai terlokalisasi pada satu daerah tubuh, khususnya aksilla atau inguinal. Lesi-lesi ini cenderung menyatu dan bisa bertahan selama beberapa bulan. Cukup jarang, bentuk ini bisa mengikuti pityriasis rosea menyeluruh tipikal, tetapi biasanya terjadi sendiri.

Diagnosis. Pada kasus tipikal yang telah berkembang sempurna diagnosis biasanya menimbulkan sedikit kesulitan karena distribusi, morfologi, dan tidak adanya gejala-gejala konstitusional cukup khas. Beberapa pola erupsi obat mungkin harus dibedakan. Onset akut tanpa bercak terang, pruritus, dan kecenderungan bagi lesi untuk menjadi lichenoid kenampakannya merupakan sebuah sifat petunjuk diagnois. Erupsi pityriasiformis yang progresif, bisa mengiritasi, dan atipikal pada seorang pasien yang sedang mengkonsumsi obat yang diketahui memicu reaksi tipe ini bisa dibenarkan, sebelum dilakukannya metode konfirmasi laboratorium.
   
Dermatitis seborheik bisa berbentuk pityriasiformis. Tidak ada bercak terang, lesi-lesi sering berkembang lambat dan paling banyak pada trunkus atas di dekat garis tengah, pada leher dan pada kulit kepala, dan lebih buram warnanya disertai sisik-sisik yang lebih tebal dan lebih berminyak. Papula-papula folikular yang kecil dan bersisik juga bisa ditemukan. Erupsi terus berlanjut jika tidak diobati.
   
Erupsi biasa disalahartikan sebagai sifilis sekunder tetapi kemiripannya tidak begitu dekat. Mukosa genital dan mukosa mulut harus diperiksa. Tidak ada bercak terang dan lesi bersifat roseolar atau makulopapular.
   
Bentuk-bentuk urtikaria akut pada anak-anak terkadang tidak diidentifikasi dengan kepastian lengkap pada pemeriksaan pertama selama bercak terang belum ditemukan. Pemeriksaan ulang setelah 2 hari memungkinkan penegakan diagnosis yang meyakinkan.
   
Psoriasis guta dan pityriasis lichenoid terkadang memerlukan pembedaana. Pada keduanya, lesi-lesi bersifat papular dan persisten. Pada psoriasis lesi-lesi ini dilingkupi oleh sisik-sisik keperakan. Pada pityriasis lichenoides les-lesi ini bersifat polimorfis, beberapa menunjukkan pengerakan perdarahan dan beberapa sisik yang lengket.
   
Bercak-bercak hipopigmentasi dengan sisik-sisik kering dari pityriasis alba paling sering pada wajah, dan diamati sebagian besar pada anak-anak kecil.
   
Bercak terang dan bentuk-bentuk terlokalisasi seperti pityriasis circinata sangat mudah dan sering disalah artikan sebagai ringworm. Lesi-lesi ringworm berwarna merah dan edematosa dan bisa menunjukkan vesikulasi marginal. Jika meragukan, kikisan dari ujung lesi harus diperiksa secara mikroskopis untuk mencari miselium.

Pengobatan. Kasus asimptotik yang umum dan sembuh dengan sendirinya tidak memerlukan pengobatan. Eritromycin oral yang diberikan pada dosis 200 mg empat kali sehari telah ditunjukkan pada salah satu penelitian dapat mempercepat pembersihan lesi ketika dibandingkan dengan plasebo. Jika gatal-gatal menimbulkan masalah atau kenampakannya menyebabkan stress, steroid topikal, biasanya yang memiliki kekuatan sedang, atau radiasi UV, bisa membantu.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders