KELAINAN-KELAINAN SERVIKAL

STENOSIS. Stenosis servikal sikatrikal bisa terjadi setelah kauterisasi ekstensif atau kesulitan bersalin yang terkait dengan infeksi dan kerusakan jaringan yang parah (Cardwell, 1988; Melody, 1957). Dari 10 kasus distosia servikal parah setelah pengobatan servikal yang dilaporkan oleh Gibbs dan Moore (1968), riwayat bedah konisasi sebelumnya menjadi faktor penyebab pada enam pasien. Krioterapi dan terapi laser lebih kecil kemungkinann menghasilkan stenosis (Spitzer dan rekan-rekannya, 1995). emikian juga, eksisi loop-besar untuk zona transformasi (LLETZ) dengan loop diatermi tidak mengganggu hasil kehamilan selanjutnya (Cruickshank dan rekan-rekannya, 1995). Amputasi serviks, dengan penjahitan untuk mempengaruhi hemostasis dan mempromosikan reepitelisasi, bisa mengarah pada stenosis, walaupun inkompetensi servikal jauh lebih mungkin.
   

Akibat penghapusan servikal yang menyertai proses bersalin, serviks conglutinated bisa mengalami kehilangan lengkap, tetapi servikal os bisa tidak meluas. Sehingga, bagian janin yang kelihatan sering dipisahkan dari vagina hanya dengan sebuah lapisan tipis jaringan servikal. Biasanya, dilatasi lengkap segera terjadi mengikuti tekanan dengan ujung jari, walaupun jarang dilatasi manual atau insisi cruciate diperlukan. Stenosis servikal hampir selalu dihasilkan selama bersalin.

KARSINOMA SERVIKS. Distosia bisa disebabkan oleh infiltrasi servikal ekstensif oleh karsinoma karena dilatasi tidak memadai bahkan dengan kontraksi uterin. Karsinoma kehamilan pengkomplikasi serviks dibahas pada Bab 55.

PERGESERAN UTERIN

ANTEFLEKSION. Antefleksion dengan derajat besar yang sering diamati pada awal kehamilan tidak memiliki signifikansi. Pada beberapa bulan selanjutnya, khususnya ketika dinding abdominal sangat lentur, uterus bisa jatuh ke depan. Kemelorotan janin terkadang begitu besar sehingga fundus terletak jauh dari batas bawah pubis simfisis. Antefleksion parah pada uterus yang membesar biasanya terkait dengan diastasis recti dan pendulous abdomen. Ketika posisi uterin abnormal mencegah transmisi kontraksi uterin yang baik ke serviks, maka dilatasi servikal, serta keterlibatan bagian janin yang tampak akan terganggu. Perbaikan bisa dicapai dengan penjagaan uterus pada posisi kisaran normal dengan bantuan binder abdominal yang dipasang dengan tepat.

RETROFLEKSION. Uterus yang mengalami retrofleksion tidak menjadi temuan patologik dengan sendirinya. Pengobatan jarang diperlukan selama kehamilan, dan sebuah pengecualian adalah pada kondisi-kondisi jarang dimana uterus retrofleksi yang sedang tumbuh tetap terkurung dalam rongga sacrum (Gbr. 35-12). Wanita yang memiliki uterus yang mengalami retorfleksion harus sering dievaluasi di awal trimester kedua untuk memastikan bahwa uterus tidak terkurung.
   
Gejala-gejala dari uterus yang terkurung biasanya mencakup ketidaknyamanan abdominal dan ketidakmampuan untuk kencing. Retensi urin akut juga bisa terjadi (Myers dan Scotti, 1995). Pada saat tekanan dari kandung kemih yang penuh meningkat, sedikit urin dilewatkan secara tidak sadar, tetapi kandung kemih tidak pernah kosong total – paradoksikal incontinence. Obstruksi urin juga bisa menjadi sedemikian parah sehingga menyebabkan azotemia. Peredaan obstruksi disertai dengan diuresis. Setelah kateterisasi kandung kemih, uterus biasanya bisa didorong keluar pelvis ketika wanita ditempatkan dalam posisi knee-chest. Terkadang analgesia spinal atau anestesi umum diperlukan untuk mempengaruhi pengaturan posisi. Seubert dan rekan-rekannya (1999) menggunakan klonoskopi untuk mencabut uterus yang terkurung pada lima wanita. Ketika dilewatkan di atas level fundus, endoskop menyebabkan tekanan anterior untuk mengeluarkan uterus. Kateter tetap dibiarkan pada tempatnya sampai tekanan kandung kemih kembali normal. Penyisipan pessary halus biasanya akan mencegah pengurungan ulang uterus. Lettieri dan rekan-rekannya (1994) melaporkan tujuh kasus pengurungan uterin dimana tiga diantaranya tidak terbantu oleh prosedur-prosedur sederhana ini. Pada dua wanita, laproskopi digunakan pada 13 sampai 14 pekan untuk menggeser uterus keluar dari pelvis dengan menggunakan ligamen bulat untuk traksi.

PENSAKULAN UTERUS. Penjebakan uterus hamil secara terus menerus dalam pelvis bisa menghasilkan pensakulan (sacculation) uterin anterior. Friedman dan rekan-rekannya (1986) melaporkan pensakulan uterin posterior setelah pengobatan agresif untuk adhesi intrauterin (sindrom Asherman).
   
Cukup jarang, uterus yang terjebak secara terus menerus menghasilkan sedikit gejala, dan dilatasi ekstensif bagian bawah dari badan uterus terjadi untuk mengakomodasi janin (Jackson dan rekan-rekannya, 1988; Lettieri dan rekan-rekannya, 1994). Pada salah satu kasus di Rumah Sakit Parkland pada waktu kelahiran cesar, gelembung kateter Foley terletak tepat di atas uretra dalam kandung kemih sejajar umbilikus. Serviks berada pada ketinggian yang hampir sama. Pada kebanyakan dari janin hidup dengan berat 2500 gram, cairan amnionik, dan membran-membran fetal termuat dalam pensakulan yang sangat tipis dari dinding anterior segmen bawah. Kepala janin terjebak dalam bagian paling atas pensakulan, bersama dengan tiga loop cord, dengan cincin mengerut dari myometrium. Fundus dari uterus dan plasenta termuat dalam pelvis sejati di bawah promontory sakral tajam. Setelah kelahiran, uterus langsung berkontraksi dan teretraksi untuk mengambil bentuk yang lebih normal.
   
Spearing (1978) menekankan pentingnya penjelasan anatomi terdistorsi. Dia menyebutkan bahwa temuan vagina yang melewati di atas level kepala janin yang terletak jauh ke dalam pelvis merupakan pertanda pensakulan atau kehamilan abdominal. Dia juga merekomendasikan perluasan insisi abdominal sampai di atas umbilikus dan pengiriman seluruh uterus gravid dari abdomen sebelum upaya dilakukan untuk menginsisinya. Prosedur sederhana ini akan merestorasi anatomi ke hubungan yang tepat dan mencegah insisi tidak hati-hati ke dalam dan melalui vagina dan kandung kemih.
   
Engel dan Rushovish (1984) melaporkan divertikulum uterin sejati yang mirip dengan pensakulan. Terakhir, retroversi uterin bisa disalahartikan sebagai pensakulan uterin (Hill dan rekan-rekannya).

PROLAPSE UTERUS HAMIL. Serviks, dan terkadang sebuah bagian dari badan uterus, bisa menonjol dengan panjang berbeda-beda dari vulva selama bulan-bulan awal kehamilan. Akan tetapi, seiring dengan pertambahan usia kehamilan, badan uterus biasanya naik di atas pelvis, dan bisa mengangkat serviks bersamanya. Jika uterus terdapat dalam posisi prolapsenya secara terus menerus, maka gejala-gejala pengurungan uterus bisa terjadi selama bulan ketiga atau keempat.
   
Pada awal kehamilan, uterus harus diposisikan ulang dan dibiarkan pada posisinya dengan pessary yang cocok. Akan tetapi, jika lantai pelvis terlalu berelaksasi untuk memungkinkan retensi pessary, wanita harus dibiarkan terlentang selama mungkin sampai setelah bulan ke-empat. Jika banyak dari serviks yang terus berada di luar vulva dan tidak bisa digeser, maka kehamilan harus dibatalkan. Kehamilan yang berhasil dan bahkan kelahiran lewat vaginal telah dilaporkan setelah fiksasi uterosakral sakrospinosa uterus untuk mengoreksi prolapse uterin yang parah (Kovac dan Cruikshank, 1993).

SISTOSEL DAN REKTOSEL. Penipisan dukungan fascial normal yang  berada antara vagina dan kandung kemih mengarah pada prolapse kandung kemih ke dalam vagina, atau sistosel. Penipisan fascia antara vagina dan rektum menghasilkan rektosel.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders