Kecemasan Pasien Terhadap Berbagai Perawatan Gigi di Sebuah Rumah Sakit Universitas di Nigeria

Abstrak

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengevaluasi tingkat kecemasan di kalangan pasien yang mengalami berbagai perawatan gigi dan untuk membandingkan tingkat kecemasan ini dengan yang diamati pada penelitian-penelitian serupa yang dilakukan dengan subjek yang memiliki latar belakang sosial-budaya berbeda. Kecemasan terhadap prosedur perawatan gigi dievaluasi dengan memberikan sebuah kuisioner yang didasarkan pada Skala Kecemasan Dental Corah (DAS). Uji-t Student dan analisis varians (ANOVA) dengan koreksi Noferoni dilakukan untuk membandingkan nilai mean skor DAS. Perempuan memiliki skor total DAS yang lebih tinggi dibanding laki-laki (7,49 ± 2,96 dan 7,16 ± 3,44, masing-masing). Pasien pada kategori usia 24-34 menunjukkan skor total DAS tertinggi (8,25 ± 3,20) diikuti dengan kategori usia <24 tahun. Skor total DAS untuk kategori usia 35-39 tahun dan >50 tahun secara signifikan berbeda dari kategori usia <24 dan 24-43 tahun, skor DAS tertinggi ditemukan untuk terapi saluran akar (9,30 ± 2,84) diikuti dengan pencabutan gigi. Tingkat kecemasan di kalangan populasi penelitian ini lebih rendah dari yang dilaporkan oleh penelitian lain. Penghindaran perawatan gigi yang diamati pada populasi Nigeria, meskipun dengan skor DAS yang kelihatannya rendah, bisa terkait dengan kecemasan dental. Akan tetapi, peneliti berpendapat bahwa kesadaran dental yang buruk bisa menjadi faktor penyebab.

Kata kunci: Kecemasan dental, takut, nyeri, perawatan gigi

Pendahuluan
   
Ketakutan dental merupakan respons terhadap sebuah ancaman yang ril atau aktif. Bahaya ini biasanya berlangsung singkat dan berasal dari luar (eksternal), stimulus dapat diidentifikasi, dan perasaan badan fisiologis yang tidak menyenangkan yang terkait dengan emosi ini akan hilang ketika bahaya ini juga telah hilang. Kecemasan merupakan kondisi perasaan subjektif. Ini bisa didefinisikan sebagai sebuah kondisi perasaan tidak menyenangkan bersama dengan perasaan terkait tentang bahaya yang akan dialami. Berbeda dengan rasa takut, kecemasan dan gejala-gejalanya yang terkait paling sering sudah diantisipasi; yakni, sering dirasakan ketika sebuah stimulus belum ada atau sudah dapat diidentifikasi sebelumnya. Gejala-gejala lain dari kecemasan adalah sama seperti ketakutan: dengan demikian, untuk tujuan penelitian ini, istilah ketakutan dan kecemasan dental akan digunakan secara bergantian.
   
Kecemasan dental merupakan sebuah komponen penting dari tekanan bagi pasien dalam operasi dental. Meskipun kemajuan teknologi dalam kedokteran moderen, kecemasan tentang perawatan gigi dan rasa takut terhadap nyeri yang terkait dengan kedokteran gigi masih tetap umum. Penelitian-penelitian epidemiologi menunjukkan antara 3% sampai 20% dari populasi memiliki tingkat ketakutan dan kecemasan terhadap perawatan gigi yang dianggap menimbulkan permasalahan. Kecemasan dan rasa takut akan nyeri menjadikan pasien enggan mencari perawatan gigi. Jika mereka ingin mencari perawatan, mereka sering sulit  menjalaninya ketika mereka telah berada di depan dokter. Ketakutan dental dianggap sebagai sebuah faktor dalam ketidaktaatan pasien terhadap kunjungan yang telah direncanakan. Penghindaran perawatan gigi akibat kecemasan sangat umum dan bisa terkait erat dengan memburuknya kesehatan mulut dan gigi. Kondisi ini telah dilaporkan di negara-negara Barat. Dalam sebuah survei terhadap populasi umum di Amerika Serikat sekitar 15,5% responden yang disurvei memiliki ketakutan terhadap perawatan gigi dan merupakan orang-orang yang selalu menghindari perawatan gigi. Dan juga, satu diantara delapan orang tua di Inggris mengalami kecemasan dental dan ini terkait dengan penggunaan layanan dan status kesehatan mulut oleh mereka.
   
Kecemasan dental memiliki intensitas yang berbeda-beda dari pasien ke pasien. Ada beberapa pasien yang tidak mengalami kecemasan, sedangkan disisi lain ada pasien yang sangat cemas. Prevalensi kecemasan dental (skor DAS > 13) diantara penduduk Australia dilaporkan sebesar 14,9%, sedangkan pada populasi dewasa muda di Canada dan remaja di Rusia masing-masing adalah 12,5% dan 12,6%. Sekitar 4-7%  pasien di Jepang, Indonesia, Brazil dan Argentina melaporkan mengalami ketakutan dental yang sangat tinggi. Penelitian-penelitian yang dilakukan di berbagai negara di seluruh dunia telah menentukan bahwa perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Akan tetapi, di Indonesia dan Argentina laki-laki melaporkan tingkat ketakutan yang lebih tinggi. Kecemasan dental bisa muncul selama masa dewasa; orang dewasa muda khususnya sangat rentan. Kejadian kecemasan dental dilaporkan berbeda-beda dari 12,2% pada mereka yang berusia 18-24 tahun hingga 1,7% pada mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Meskipun sebuah penelitian tentang onset dan pola perubahan kecemasan gigi melaporkan peningkatan prevalensi kecemasan dental dari 10,6% pada usia 15 tahun menjadi 13,3% pada usia 18 tahun dan 21,1% pada usia 26 tahun, namun pada umumnya diyakini bahwa kecemasan dental kurang prevalen pada orang dewasa tua dibanding populasi yang lebih muda. Juga telah banyak dilaporkan kecemasan yang cenderung menurun seiring dengan usia; penyebabnya mencakup perbedaan latar belakang historis dan kultural dan pengalaman diantara kelompok-kelompok usia, yang bisa disebabkan oleh proses penuaan itu sendiri yang ditandai dengan penurunan kecemasan secara umum.
   
Prosedur-prosedur atau tahapan-tahapan tertentu dalam perawatan gigi cenderung menimbulkan kecemasan. Beberapa dari sumber kecemasan yang utama adalah prosedur-prosedur teknis seperti pencabutan, preparasi kavitas, atau memperlihatkan jarum suntik di depan pasien. Pencabutan dan perawatan saluran akar ditemukan paling menakutkan oleh Wong dan Lytle, sedangkan sebuah penelitian yang berbasis sekolah kedokteran gigi melaporkan perawatan periodontal sebagai prosedur pendorong kecemasan yang paling utama, diikuti dengan terapi saluran akar, bedah mulut, dan perawatan ortodontik.
   
Ketersediaan data tentang kecemasan yang terkait dengan berbagai perawatan gigi dan variasi dalam populasi berbeda masih jarang. Jika dokter gigi menyadari tingkat kecemasan pasien-pasien mereka, mereka bisa mengantisipasi perilaku pasien untuk membantu menghindarkan rasa cemas tersebut. Dengan demikian, penelitian kali ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kecemasan dental diantara pasien yang mengalami berbagai perawatan gigi di Rumah Sakit Gigi Universitas Obafemi Awolowo, Nigeria, dan membandingkan tingkat kecemasan yang diperoleh dengan penelitian yang dilakukan di kalangan populasi yang memiliki latar belakang sosial-budaya berbeda.

Pemilihan Pasien
    Penelitian ini dilakukan di kalangan pasien yang dirujuk dari Unit Diagnosis Mulut ke Departemen Kedokteran Gigi Restoratif, Bedah Mulut, dan Unit Periodontologi dari Dental Hiospital Obafemi Awolowo University, Ile-Ife, Nigeria. Sebanyak 40 pasien pertama ditunjuk untuk perawatan yang disediakan oleh berbagai departemen atau unit klinis selama bulan Oktober dan November 2002 dimasukkan dalam penelitian ini. Kecemaasn sebelum prosedur-prosedur berikut dievaluasi: pengeboran, terapi saluran akar, pencabutan, dan scaling dan polishing.

Kuisioner
   
Masing-masing pasien diberikan sebuah kuisioner berdasarkan Skala Kecemasan Dental Corah (DAS). DAS telah diuji pada berbagai kondisi dan menunjukkan keabsahan dan keterpercayaan yang sangat baik (Gambar 1). Skala mengandung empat item pilihan ganda yang berkaitan dengan reaksi subjektif pasien terhadap situasi dental:
Mengantisipasi kunjungan ke klinik gigi
Menunggu di kantor dokter untuk perawatan
Menunggu di kursi dental untuk pengeboran gigi
Menunggu di kursi dental untuk scaling gigi.
Lima jawaban yang mungkin, disediakan: masing-masing memiliki skor maksimum 5, dengan total skor maksimum yang mungkin adalah 20 untuk seluruh skala.

Analisis statistik
   
Uji-t Student digunakan untuk membandingkan nilai mean skor DAS dari perempuan dan laki-laki. Analisis varians (ANOVA) dengan koreksi Bonferoni digunakan untuk membandingkan nilai mean skor DAS sebelum masing-masing prosedur dental (terapi saluran akar, scaling dan polishing, pencabutan, dan pengeboran) dan juga untuk membandingkan nilai mean skor DAS bagi kategori-kategori usia. Individu yang mencemaskan perawatan dental didefinisikan sebagai mereka yang memiliki skor DAS 13 atau lebih.

Hasil
   
Nilai mean dan standar deviasi (SD) dari skala kecemasan dental untuk total populasi penelitian menurut jenis kelamin ditunjukkan pada Tabel 1. Perempuan memiliki total skor DAS yang lebih tinggi dibanding laki-laki (7,49 ± 2,96 dan 7,16 ± 3,44, masing-masing). Dan juga, untuk masing-masing pertanyaan terpisah, perempuan memiliki skor yang lebih tinggi dibanding laki-laki kecuali untuk pertanyaan nomor 2. perbedaannya tidak signifikan menurut statistik.
   
Tabel 2 menunjukkan nilai mean dan SD dari skor DAS dalam kaitannya dengan berbagai perawatan. Skor DAS tertinggi ditemukan untuk terapi saluran akar (9,30 ± 2,84) diikuti dengan pencabutan, pengeboran dan scaling. Nilai mean DAS tertinggi dan terendah tidak berbeda signifikan. Total skor DAS serta untuk masing-masing pertanyaan terpisah bagi scaliing berbeda dengan signifikan dengan perawatan lain.
   
Nilai mean DAS dan SD menurut usia populasi penelitian ditunjukkan pada Tabel 3. Pasien pada keategori usia 24-43 menunjukkan total skor DAS paling tinggi (8,25 ± 3,20) diikuti dengan kategori usia 35-49, dan >50 tahun. Total skor DAS untuk kategori usia 35-39 dan >50 tahun berbeda signifikan dari kategori usia <24 dan 24-43 tahun, tetapi kategori usia 24-43 dan <24 tidak berbeda signifikan satu sama lain.
   
Penelitian medis dan psikologis tentang respons manusia terhadap stimulus nyeri pada umumnya menemukan bahwa wanita melaporkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi (mereka memiliki ambang batas yang lebih rendah) dan menunjukkan lebih kecilnya toleransi untuk nyeri pada intensitas stimulus tertentu dibanding pria. Hasil dari penelitian kali ini menunjukkan bahwa pasien wanita memiliki skor DAS yang lebih tinggi, sehingga lebih besar kemungkinannya menunjukkan tingkat kecemasan dental yang lebih tinggi dibanding laki-laki (7,49 dan 7,16, masing-masing). Juga bisa terjadi wanita lebih besar kemungkinannya melaporkan-sendiri, sedangkan pria mungkin tidak mengekspresikan ketakutan mereka sebagaimana wanita. Perbedaan ini tidak terlalu penting ketika dibandingkan dengan penelitian Stabholz dan Peretz di Jerusalem yang melaporkan skor DAS 10,1 dan 8,3 untuk wanita dan pria, masing-masing. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan ini tidak signifikan menurut statistik, dan dengan demikian, sesuai dengan penelitian-penelitian lain.

Kuisioner
(Silakan lingkari jawaban yang sesuai dengan perasaan anda untuk masing-masing pertanyaan.)

1.Jika anda harus pergi ke dokter gigi besok, bagaimana perasaan anda tentang kunjungan tersebut besok?
a)Saya akan menganggappnya sebagai pengalaman yang cukup menyenangkan.
b)Saya tidak akan peduli apapun yang terjadi
c)Saya akan sedikit gelisah tentang itu
d)Saya akan takut karena itu tidak akan menyenangkan dan menimbulkan rasa sakit
e)Saya akan sangat takut tentang apa yang mungkin dilakukan oleh dokter gigi.

2.Ketika anda sedang menunggu giliran di kantor dokter, bagaimana perasaan anda?
a)Santai aja
b)Sedikit gelisah
c)Tegang
d)Cemas
e)Sangat cemas karena sebentar lagi saya akan merasakan sakit.

3.Ketika telah berada di kursi periksa sambil menunggu peralatan dokter bekerja pada gigi anda, bagaimana perasaan anda?
a)Santai aja
b)Sedikit gelisah
c)Tegang
d)Cemas
e)Sangat cemas karena sebentar lagi saya akan merasakan sakit.

4.Anda tengah duduk di kursi periksa untuk membersihkan gigi anda. Saat anda menunggu dan dokter gigi datang membawa peralatan yang akan dia gunakan  untuk membersihkan gigi anda di dekat gusi, bagaimana perasaan anda.
a)Santai aja
b)Sedikit gelisah
c)Tegang
d)Cemas
e)Sangat cemas karena sebentar lagi saya akan merasakan sakit.
   
Temuan yang konsisten dalam bidang penelitian ini adalah hubungan terbalik antara kecemasan dental dan usia. Liddell dan Locker meneliti hubungan jender dan usia terhadap kecemasan pada sebuah populasi Canada dan menemukan orang dewasa tua melaporkan lebih sedikit nyeri dengan prosedur dental yang dibanding yang lebih muda. Pasien yang berusia 24-34 tahun memiliki skor DAS tertinggi, sedangkan pasien pada kategori usia tertua menunjukkan skor DAS terendah. Temuan-temuan ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
   
Ketika mempertimbangkan kecemasan dental dalam kaitannya dengan berbagai tipe perawatan, kecemasan sebelum terapi saluran akar ditemukan paling tinggi (9,30 ± 2,84 DAS) diikuti dengan pencabutan (8,38 ± 3,18) dan pengeboran (7,30 ± 2,95). Temuan bahwa terapi saluran akar merupakan prosedur pemicu kecemaasn yang paling signifikan sejalan dengan penelitian Wong dan Lytle dan sedikit berbeda dengan hasil dari Weinstein dkk. Kecemasan sebelum scaling ditemukan paling rendah (4,35 ± 0,74). Ini menyelisihi penelitian Stabholz dan Peretz yang menganggap scaling sebagai prosedur kedua pemicu kecemasan. Ini bisa dijelaskan dengan perbedaan usia pasien pada kedua kelompok penelitian. Dalam penelitian kli ini lebih dari 50% pasien berusia di bawah 34a tahun. Pasien pada kategori usia ini lebih besar kemungkinannya diuntungkan oleh perawatan karies dan komplikasinya (terapi pengeboran dan saluran akar), sedangkan dalam penelitian Stabholz dan Peretz lebih dari 50% pasien berusia di atas 34 tahun ke atas lebih besar kemungkinannya memanifestasikan beberapa tingkat penyakit periodontal dan mungkin memerlukan prosedur scaling dan planing akar yang hati-hati, yang dianggap lebih nyeri khususnya ketika akar terpapar.
   
Secara umum, pasien-pasien dalam penelitian kali ini memiliki skor DAS lebih rendah (nilai mean skor DAS ± SD adalah 7,33 ± 3,20) dibanding kebanyakan penelitian-penelitian sebelumnya: 9,04 ± 3,45 diantara penduduk Australia dan skor DAS rata-rata adalah 10,0 pada penduduk Rusia. Sekitar 92,5% diklasifikasikan tidak cemas (skor DAS ≤ 12), yang menandakan kondisi kecemasan rendah diantara populasi penelitian. Temuan ini didukung oleh hasil dari sebuah penelitian pada klinik darurat dental rawat jalan, yang melaporkan perbedaan skor DAS diantara ras kulit hitam, kulit putih, dan pasien Puerto Rico; pasien Puerto Rico  memiliki skor paling tinggi, kulit hitam paling rendah, dan kulit putih diantara keduanya. Survei-survei menunjukkan sekitar 15,5% populasi dewasa Amerika menghindari perawatan dental karena ketakutan terhadap prosedur dental. Disamping itu telah diperkirakan persentase populasi yang jauh lebih besar, hingga sampai 25%,a menghindari perawatan dental kecuali ketika telah asimptomatik. Cohen dkk. menemukan bahwa mengalami gejala sebagai alasan terakhir untuk kunjungan dental terkait signifikan dengan kecemasan dental.

Kesimpulan
   
Di Nigeria telah ditemukan bahwa banyak populasi yang menghindari perawatan dental kecuali ketika kondisi mereka disertai dengan nyeri yang parah. Dengan petunjuk temuan Cohen dkk. penghindaran perawatan gigi yang diamati pada populasi Nigeria, meskipun dengan skor DAS yang tampak rendah, bisa terkait dengan kecemasan dental. Akan tetapi, peneliti beranggapan bawa kesadaran dental yang buruk bisa menjadi faktor penyebab.

Comments

  1. Assalamualaikum...maaf, bisa minta referensi dri tulisan ini ngga??

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders