INFEKSI-INFEKSI VIRUS HSV (HERPES SIMPLEX VIRUS)

Etiologi

  • Virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2.
Epidemiologi

  • Kejadian tahunan herpes genital di Canada akibat infeksi HSV-1 dan HSV-2 tidak diketahui (untuk informasi tentang review prevalensi HSV-1/HSV-2 dan studi-studi kejadiannya di seluruh dunia, lihat Smith dan Robinson 2002). Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa sekitar 1.640.000 serokonversi HSV-2 terjadi setiap tahun (730.000 pria dan 910.000 wanita, atau 8,4 per 1.000 orang).

  • Berdasarkan perubahan prevalensi antibodi serum terhadap HSV-2, HSV-2 meningkat 30% antara tahun 1976 dan 1994, dari 16,4%-21,9% pada orang-orang Amerika yang berusia 12 tahun ke atas.

  • Di Columbia British pada tahun 1999, seroprevalensi antibodi HSV-2 pada serum yang dianalisis untuk pengujian antenatal menunjukkan prevalensi 17,3%, yang berkisar antara 7,1% pada wanita 15-19 tahun sampai 28,2% pada mereka yang berusia 40-44 tahun.

  • Pada pasien yang terdapat di klinik STI Alberta tahun 1994 dan 1995, seroprevalensi HSV-1 dan dan HSV-2 dalam serum masing-masing adalah 56% dan 19%.


  • Kejadian dan prevalensi infeksi genital HSV-1 terus meningkat secara global, dengan variasi signifikan antar negara.



  • Di Norwegia, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa 90% infeksi awal genital disebabkan oleh HSV-1.

  • Di Nova Scotia, 58,1% dari 1.790 isolat HSV dari kultur-kultur lesi-lesi genital pada wanita adalah HSV-1l pada pria, 36,7% dari 468 isolat adalah HSV-1.

  • Perempuan berisiko lebih tinggi untuk mendapatkan herpes genital dari pasangan pria dibanding pria yang mendapatkannya dari pasangan perempuannya. Penelitian-penelitian telah menemukan bahwa diantara pasangan-pasangan heteroseksual tidak cocok dengan pasangan sumber yang memiliki infeksi HSV-2 genital rekuren simptomatik, angka penularan tahunan adalah 11-17% pada pasangan-pasangan dengan parter sumber pria dan 3-4% pada pasangan-pasangan dengan partner sumber wanita.

  • Pada salah satu penelitian, penularan pada 70% pasien tampaknya disebabkan oleh kontak seksual selama periode laten virus asimptomatik.

  • Seropositivitas yang telah ada terhadap HSV-1 mengurangi kemungkinan untuk mendapatkan penyakit HSV-2 genital simptomatik pada wanita sebesar 55-74%, walaupun peneliti lain tidak menemukan efek protektif seperti ini.
Riwayat alami

  • Masa inkubasi rata-rata 6 hari.

  • Dari infeksi-infeksi HSV-2 baru yang didiagnosa berdasarkan serokonversi, sekitar 60% asimptomatik dan 40% simptomatik. Dari kohort simptomatik, sekitar 80% mengalami gejala dan tanda-tanda genital tipikal, sedangkan 20% memiliki presentasi atipikal, termasuk infeksi-infeksi HSV-2 non-lesional seperti nyeri genital atau urethritis, meningitis aseptik dan cervicitis, yang merupakan komplikasi yang dikenali dari episode pertama infeksi HSV genital.



  • Tidak ada intervensi, termasuk inisiasi awal terapi antiviral, yang mencegah terjadinya infeksi ganglion sensoris sacral laten.



  • Rekurensi cenderung terjadi pada jaringan-jaringan yang dilintasi oleh saraf sensoris sacral.



  • Rekurensi bisa didahului dengan tanda-tanda awal (gejala-gejala prodromal) beberapa menit sampai beberapa hari sebelum lesi muncul, seperti luka bakar memusat, gatal-gatal (tidak umum), menggigil atau tidak merasa nyaman. Rekurensi bisa terkait dengan siklus menstruasi, tekanan emosional, penyakit (khususnya dengan demam), hubungan seksual, bedah dan obat tertentu – yang disebut “faktor pemicu”.



  • Angka rekurensi rata-rata awal lebih besar pada orang-orang yang mengalami infeksi HSV-2 genital dibanding pada mereka yang mengalami HSV-1: 4% dan 1% per tahun, masing-masing, dengan variasi individual yang signifikan.



  • Angka rekurensi rata-rata berkurang dari waktu ke waktu sebesar sekitar 0,8 perjangkitan per hari, setiap tahun (tidak masalah seberapa tinggi angka perjangkitan awal). Akan tetapi, sekitar 25% pasien melaporkan lebih rekurensi pada tahun ke-5 dibanding tahun ke-1, yang lagi-lagi menunjukkan perbedaan antar-individu yang signifikan dalam hal angka rekurensi.



  • HSV asimptomatik yang belum aktif bisa ditunjukkan dengan pengidentifikasian virus melalui kultur atau metode PCR. DNA HSV bisa dideteksi empat sampai lima kali lebih sering dengan PCR d\ibanding dengan kultur. Akan tetapi, pengidentifikasian dengan PCR mungkin tidak sinonim dengan tingkat infeksinya. Data-data berikut berkaitan dengan peluruhan (shedding) yang ditunjukkan oleh isolasi virus infeksi:



  • Prevalensi peluruhan asimptomatik lebih besar pada wanita dengan infeksi genital HSV-2 dibanding dengan HSV-1 (55% berbanding 29% selama follow-up rata-rata 105 hari). Perbedaan serupa juga bisa terjadi pada pria.



  • Peluruhan asimptomatik HSV-2 sama umumnya pada orang dengan infeksi genital simptomatik (meskipun diantara perjangkitan-perjangkitan) dengan orang yang memiliki infeksi genital asimptomatik.



  • Peluruhan asimptomatik terjadi rata-rata 2% hari untuk durasi pria 1,5 hari. HSV telah diisolasi dari vulva, servikovaginal dan tempat-tempat rektal pada wanita dan penis dan kulit perianal, uretra dan urin pada pria.
Pencegahan



  • Pasien-pasien yang menunjukkan kekhawatiran tentang STI (penyakit tertularkan seksual) dan/atau pencegahan kehamilan dapat memberikan peluang penting bagi klinis untuk menginstruksikan dan mendorong praktik-praktik seks lebih aman secara konsisten. Dengan infeksi genital HSV-1 yang meningkat, yang kemungkinan disebabkan oleh seks orogenital (kemungkinan sebagai sebuah alternatif bagi hubungan genital), pasien juga perlu dinasehati tentang risiko mendasar dari herpes genital akibat aktivitas semacam ini.



  • Pada saat diagnosis sebuah penyakit yang tertularkan seksual (STI), diperlukan untuk mereview dan memantau praktik-praktik pencegahan. Mengidentifikasi kendala bagi pencegahan dan cara-cara untuk mengatasinya.



  • Penggunaan kondom mengurangi penularan HSV-2 genital dari pria yang terinfeksi ke wanita sebesar 50% dan bisa mengurangi penularan dari wanita yang terinfeksi ke pria dengan persentase yang sama. Akan tetapi, efektifitas kondom tidak ada saat tidak dipakai dan juga bisa terbatas karena lokasi lesi dan risiko penularan selama seks orogenital. Praktik seks yang lebih aman harus dibahas.



  • Valasiklovir yang 500 mg yang dikonsumsi setiap hari oleh seorang pasien dengan infeksi HSV-2 genital telah terbukti mengurangi penularannya ke pasangan heteroseksual yang rentah sebesar 48%. Efek kondom dan valasiklovir supresif bisa jadi pelengkap.



  • Imunisasi dengan sebuah vaksin terbentuk glikoprotein D telah ditunjukkan dapat melindungi terhadap akuisis penyakit HSV genital pada wanita yang seronegatif untuk HSV-1 dan HSV-2, tetapi tidak untuk mereka yang seropositif untuk HSV-1. Ini tidak memiliki efikasi proptektif pada pria, tanpa memperhitungkan serostatus. Proteksi terhadap penyakit HSV genital adalah 74%, dan proteksi terhadap infeksi (serokonversi plus infeksi asimptomatik) adalah 46%. Para praktisi harus menyadari bahwa vaksin seperti ini bisa tersedia untuk digunakan dalam 5-10 tahun selanjutnya.
Manifestasi-manifestasi



  • Lesi yang bisa memberikan petunjuk diagnosis adalah kelompok vesikel pada latar belakang eritematosa
Episode-episode simptomatik awal

- Primer



  • Episode yang dibuktikan secara klinis pertama kali pada individu yang negatif antibodi HSV



  • Lima karakteristik
- Lesi vesikuloulseratif nyeri ekstensif, termasuk eksoserviks
- Gejala-gejala sistemik pada 58-62% (demam, myalgia).
- Limfadenopati lunak pada 80%
- Komplikasi: 16-20% mengalami meningitis aseptik, dan 10-28%
mengalami lesi ekstragenital
- Perjalanan penyakit membandel: untuk pria rata-rata 16,5 hari dan
wanita 22,7 hari untuk sembuh.

- Non primer



  • Episode yang terbukti secara klinis pertama pada orang yang, dengan pengujian, diketahui memiliki antibodi heterologous yang telah ada. Pada umumnya rentang dan keparahan gejala dan tanda-tanda bahkan kasus yang paling parah kurang jelas dibanding pada mereka yang mengalami infeksi primer parah. Ini dikaitkan dengan efek imunitas heterolog yang telah ada sebelumnya dalam mengurangi keparahan penyakit.



  • Jika dibandingkan dengan herpes genital primer, infeksi-infeksi non-primer ditandai dengan hal-hal berikut:
- Lesi genital yang kurang ekstensif
- Gejala-gejala sistemik pada hanya 16%
- Komplikasi-komplikasi tidak umum: meningitis pada 1% dan lesi-lesi ekstragenital pada 8%.
- Durasi yang kurang lama: rata-rata 15,5 hari.

Penyakit rekuren



  • Episode yang pertama terbukti secara klinis pada orang yang memiliki antibodi homolog yang sudah ada sebelumnya (yakni kultur HSV-2 dari perjangkitan pertama pada seorang individu dengan antibodi HSV-2 yang bisa ditunjukkan) terkadang bisa disalahartikan sebagai infeksi primer. Ini karena kesamaan terjadi pada frekuensi gejala-gejala lokal, demam dan ukuran lesi-lesi genital diantara mereka yang baru-baru mengalami herpes genital dan mereka, yang, berdasarkan uji serologik, ditentukan memiliki infeksi dapatan di tempat jauh tetapi sedang mengalami perjangkitan pertama.



  • Pada salah satu penelitian, hampir 10% pasien yang menganggap memiliki episod-pertama dari herpes genital memiliki bukti serologis tentang infeksi HSV-2 yang didapat pada bagian tersendiri, sehingga menandakan bahwa perbedaan klinis infeksi genital primer dan infeksi yang didapatkan sebelumnya cukup sulit.



  • Sehingga, penentuan tipe isolat virus dan pengujian serologik spesifik tipe diperlukan untuk membedakan antara kedua entitas ini; infeksi primer/non-primer berbanding lesi pertama akibat reaktivasi infeksi laten yang lama yang didapatkan sebelumnya (lihat bagian Diagnosis berikut).
Karakteristik penyakit rekuren



  • Karena reaktivasi infeksi ganglion sensoris sacral laten



  • Biasanya, lesi-lesi genital nyeri berukuran kecil yang terlokalisasi (area lesi rata-rata 10% dari herpes genital primer).



  • Gejala-gejala sistemik pada 5-12%.



  • Gejala-gejala prodromal pada 43-53%, selama rata-rata 1,2-1,5 hari.



  • Durasi rata-rata lesi 9,3-10,6 hari.
Peluruhan asimptomatik



  • Lihat bagian riwayat alami diatas
Diagnosis

Pengumpulan spesimen dan diagnosis laboratorium



  • Kultur merupakan metode paling umum yang digunakan dalam laboratorium kesehatan di Canada untuk menguatkan diagnosis klinis HSV. Metode ini sensitif (70% dari ulser, 94% dari vesikel) dan memungkinkan pengidentifikasian tipe HSV.



  • PCR empat kali lebih sensitif dibanding kultur HSV dan spesifik 100%. Akan tetapi, pada saat ini, uji-uji PCR belum menggantikan kultur untuk diagnosis rutin herpes genital di laboratorium-laboratorium kesehatan masyarakat di Canada.



  • Uji hapusan Tzank yang menunjukkan sel-sel raksasa berinti-banyak, yang membantu dalam diagnostik, memiliki kesensitifan 40-68% lebih besar dari kultur, sedangkan antibodi fluoresen langsung memiliki sensitifitas 56% dibanding dengan kultur. Tidak ada dari uji ini yang bisa dijadikan dasar untuk konfirmasi diagnosis laboratorium.



  • Respons-respons antibodi terhadap infeksi primer ditandai dengan kenampakan awal IgM, diikuti dengan antibodi IgG. Antibodi IgM biasanya menyusut dalam beberapa bulan infeksi; dengan demikian, keberadaan antibodi IgM merupakan sebuah indikasi langsung untuk infeksi “terbaru”.



  • Sebuah infeksi terbaru dikuatkan dengan menunjukkan tidak adanya antibodi HSV dalam sampel fase akut dan keberadaan antibodi dalam sampel darah orang yang baru sembuh dari sakit (yakni, serokonversi).



  • Kebanyakan individu serokonversi dalam 3-6 pekan; pada pekan ke-12, lebih dari 70% yang akan serokonversi.



  • Penamuan pengujian untuk antibodi spesifik tipe akan memungkinkan para dokter menegakkan diagnosis infeksi primer dan menentukan apakah infeksi disebabkan oleh HSV-1 atau HSV-2. Informasi seperti ini juga akan memungkinkan para dokter untuk melakukan konseling dengan individu-individu yang memiliki herpes genital dan pasangan mereka. Antibodi spesifik tipe paling baik dideteksi dengan analisis Western blot, walaupun imunoasai enzim komersial baru dengan sensitifitas dan spesifitas yang meningkat sudah tersedia. Hasil tes imunoasai enzim tidak harus dikuatkan secara rutin dengan analisis Western blot. Pada saat ini, uji-uji antibodi HSV spesifik tipe tersedia hada pada beberapa laboratorium di Canada.



  • Selama infeksi HSV genital rekuren, tidak ada perubahan antibodi HSV konsisten yang terjadi. Khususnya, IgM tampak tidak konsisten, dan titer IgM juga tidak berubah antara sampel akut dan sampel yang sedang sembuh.



  • Pendeteksian antibodi HSV-2 dianggap akurat untuk mendeteksi infeksi HSV-2 genital ringan, tetapi pendeteksian antibodi HSV-1 tidak bermanfaat dengan cara yang sama, karena infeksi orolabial HSV-1 asimptomatik cukup umum.
Penatalaksanaan



  • Konseling merupakan sebuah komponen penting dalam penatalaksanaan. Infeksi HSV genital tidak dapat diobati, tetapi morbiditas somatis dan psikologisnya bisa menjadi lebih buruk dengan konseling yang sensitif, emfatetik dan berpengetahuan. Sehingga, semua pasien yang mengalami infeksi HSV dan partner-partner seksualnya kemugnkinan bisa diuntungkan karena belajar tentang aspek-aspek kronis penyakit setelah penyakit akut mereda. Menjelaskan riwayat alami penyakit, dengan penekanan pada potensi untuk episode-episode rekuren, peluruhan asimptomatik dan penualaran seksual. Memberi nasihat pada pasien bahwa terapi antiviral untuk episode-episode rekuren bisa memperpendek durasi lesi, dan terapi antiviral supresif bisa memperburuk atau mencegah perjangkitan rekruen, dengan salah satu obat yang telah ditunjukkan dapat mengurangi penularan.



  • Pertimbangan psikologis pasien yang paling umum mencakup hal-hal berikut:
- Rasa takut akan penularan
- Rasa takut untuk diadili atau ditolak oleh pasangan
- Kesendirian, depresi dan rasa percaya diri rendah
- Kecemasan tentang efek potensial terhadap kelahiran anak



  • Pasien-pasien perlu menginformasikan kepada pasangan seksualnya bahwa mereka mengidap herpes genital. Mungkin akan bermanfaat jika pasangan mendapatkan konseling juga untuk informasi dan pengujian serologik yang mungkin untuk antibodi HSV-1 dan/atau HSV-2.



  • Pengujian serologik spesifik tipe untuk antibodi HSV-1 dan/atau HSV-2 bisa menunjukkan apakah pasangan tidak serasi atau serasi untuk infeksi HSV-1 dan/atau HSV-2. Informasi seperti ini akan bermanfaat dalam konseling pasien tentang risiko penularan dan infeksi herpes genital.



  • Perlu ditekankan bahwa kebanyakan penularan herpes genital terjadi dalam konteks peluruhan asimptomatik. Dengan demikian, menekankan penggunaan kondom dan terapi obat antiviral penting untuk mengurangi risiko penularan.



  • Penularan herpes genital dikurangi dengan cara berikut:
- Menghindari kontak dengan lesi selama periode peluruhan virus tertentu (prodrom sampai re-epitelisasi) dari lesi. Menasihati pasien bahwa mereka tidak boleh melakukan aktivitas seksual mulai dari onset gejala-gejala prodromal sampai lesi telah sembuh sempurna.
- Menggunakan kondom
- Terapi antiviral supresif harian, yang mengurangi lesi-lesi rekuren, peluruhan viral asimptomatik dan penularan.



  • Memeriksa pasien herpes genital untuk mengetahui adanya STI lain dan diobati jika diperlukan.



  • Membahas risiko infeksi neonatal dengan semua pasien, termasuk pasangan pria. Wanita yang mengalami herpes genital harus disarankan untuk menginformasikan kepada dokter yang merawat mereka selama kehamilan tentang infeksi HSV yang mereka derita.



  • Herpes genital meningkatkan risiko akuisis HIV sebesar dua kali lipat.
Pengobatan

Episode pertama



  • Pengobatan direkomendasikan untuk gejala-gejala yang penting secara klinis



  • Analgesia dan laksatif mungkin diperlukan. Retensi uriner bisa menjadi indikasi untuk perawatan inap di rumah sakit.
Tabel 1. Pengobatan untuk episode pertama 

- Untuk penyakit primer parah, asiklovir IV 5 mg/kg yang diinfuskan selama 60 menit setiap 8 jam [A-I] sudah optimal, dengan konversi ke terapi oral ketika perbaikan signifikan telah terjadi.
- Asiklovir 200 mg PO lima kali per hari selama 5-10 hari [A-I]
atau
- Famsiklovir 250 mg PO tiga kali sehari selama 5 hari [A-I]
atau
- Valasiklovir 1000 mg PO dua kali sehari selama 10 hari [A-I]
- Asiklovir 400 mg PO tiga kali sehari selama 7-10 hari direkomendasikan oleh CDC [A-III]

Catatan:



  • Asiklovir oral, famsiklovir dan valasiklovir memiliki efikasi yang sebanding



  • Asiklovir telah dilakukan 5-7 hari setelah onset gejala dan terbukti bermanfaat; famsiklovir telah dimulai hanya pada pasien-pasien dengan gejala yang lebih kecil dari durasi 5 hari dan valasiklovir pada mereka yang memiliki kurang dari 72 jam gejala.



  • Asiklovir topikal tidak menghilangkan gejala-gejala sistemik dan tidak boleh digunakan.
Lesi-lesi rekuren

Tabel 2. Pengobatan untuk episode-episode rekuren
- Valasiklovir 500 mg PO dua kali sehari OR 1 g PO empat kali sehari selama 3 hari [B-I]
atau
- Famsiklovir 125 mg PO dua kali sehari selama 5 hari [B-I]
atau
- Asiklovir 200 mg PO 5 kali per hari selama 5 hari [C-I]
- Resimen asiklovir yang lebih singkat 800 mg PO tiga kali sehari selama 2 hari tampak ampun seperti resimen 5-hari [B-I]

Catatan:



  • Valasiklovir, famsiklovir dan asiklovir disetujui untuk pengobatan lesi-lesi herpes genital rekuren.



  • Untuk menjadi efektif, obat-obat ini perlu dimulai sedini mungkin selama terjadinya lesi rekuren – lebih dipilih kurang dari 6 jam (famsiklovir) hingga 12 jam (valasiklovir) setelah gejala-gejala pertama muncul. Terapi yang diawali pasien pada onset gejala prodromal telah terbukti efektif pada sebuah penelitian terhadap populasi Canada. Untuk mencapai hasil akhir ini, pasien harus sudah menjalani pengobatan dan diberikan informasi spesifik tentang kapan harus memulai terapi.
Terapi supresif



  • Terapi supresif dimaksudkan untuk pasien-pasien dengan herpes genital rekuren, pad umumnya untuk mereka dengan rekurensi sekurang-kurangnya setiap 2 bulan atau 6 kali per tahun. Pada pasien seperti ini, terapi supresif lebih dipilih dibanding terapi episode dan meningkatkan kualitas hidup.



  • Untuk individu-individu dengan kurang dari 6 rekurensi per tahun atau satu setiap 2 bulan, terapi episode direkomendasikan (lihat di atas). Akan tetapi, terapi supresif kemungkinan akan menjadi ampuh dan bisa dipertimbangkan pada basis kasus-demi-kasus.
Tabel 3. Terapi supresif untuk pasien-pasien yang tidak hamil

- Asiklovir 200 mg PO tiga sampai lima kali setiap hari OR 400 mg PO dua kali sehari [A-I]
atau
- Famsiklovir 250 mg PO dua kali sehari [A-I]
atau
- Valasiklovir 500 mg PO empat kali sehari [A-I] (untuk pasien-pasien dengan sembilan atau lebih sedikit rekurensi per tahun OR 1000 mg empat kali sehari [A-I] (untuk pasien dengan lebih dari sembilan rekurensi per tahun.

Catatan:



  • Asiklovir, famsiklovir dan valasiklovir disetujui untuk terapi supresif di canada.



  • Berdasarkan trial-trial tekrontrol, data keamanan dan efikasi menunjukkan bahwa asiklovir, valasiklovir dan famsiklovir bisa diberikan selama sampai 1 tahun.
Tabel 4. Terapi supresif untuk pasien-pasien hamil 

- Asiklovir 200 mg PO empat kali sehari [A-I]
atau
- Asiklovir 400 mg PI tiga kali sehari [A-I]
atau
- Valasiklovir 500 mg PO dua kali sehari [A-I]
- Semua resimen telah dievaluasi dan ditnunjukkan ampuh dalam mengurangi penyakit rekuren dan tidak memerlukan operasi cesar.
- Semua resimen perlu dimulai pada pekan 36 dengan terminasi pada parturisi [A-I]

Catatan:



  • Belum ada penelitian yang memiliki kekuatan cukup untuk secara layak menilai apakah terapi obat antiviral supresif pada kehamilan mengurangi penularan dari ibu ke anak atau herpes neonatal saja.



  • Asiklovir supresif dan valasiklovir supresif telah ditunjukkan mengurangi angka rekurensi, serta peluruhan asimptomatik, sehingga tidak memerlukan operasi cesar untuk mencegah herpes neonatal.



  • Penggunaan supresi asiklovir tidak menghilangkan kebutuhan untuk mengamati neonatus secara cermat untuk mengetahui keberadaan infeksi HSV.



  • Keamanan asiklovir dan valasiklovir telah dievaluasi pada sedikit wanita hamil dalam trial terkontorl dan trial-trial ini menyimpulkan bahwa pengobatan asiklovir dan valasiklovir selama kehamilan tidak berbahaya bagi janin dan tidak menghasilkan peningkatan kejadian-kejadian berbahaya secara signifikan. Data dari 1207 wanita yang dilaporkan ke Acyclovir Pregnancy Registry yang mencakup hasil dari 111 wanita yang diobati dengan asiklovir mendukung kesimpulan trial-trial terkontrol ini.
Tabel 5. Terapi untuk herpes neonatal 

- Asiklovir 4-60 mg/kg/hari IV dalam tiga infusi 8-jam sebanding, masing-masing selama 60 menit untuk 14 sampai 21 hari [A-I]

Catatan:



  • Konsultasi dengan rekan yang berpengalaman di bidang ini diperlukan.
Pertimbangan untuk STI yang lain



  • Mengalami HSV berarti bisa meningkatkan risiko untuk mendapatkan dan menulakar HIV. Risiko yang meningkat ini perlu dijelaskan; pengujian HIV dengan konseling pra dan pasca tes harus diberikan.



  • Ulser-ulser genital juga bisa disebabkan oleh syfilis, chancroid atau limfogranuloma venereum, dan pengujian unutk ini harus dipertimbangkan.



  • Pengujian untuk STI yang lain, seperti chlamydia dan gonorrhea, harus dipertimbangkan.



  • Imunisasi untuk hepatitis B bisa diindikasikan.



  • Lihat bab Primari Care and Sexuality Transmitted Infections.



  • Bahas vaksin HPV dengan wanita seperti rekomendasi yang disebutkan dalam Laporan Canada Communicable Disease, Volume 33 ACS-2 (2007) National Advisory Comittee on Immunization (NACI) statement on Human Pavillomavirus Vaccine.
Pelaporan dan pemberitahuan pasangan



  • Pada saat publikasi, infeksi HSV genital dapat dilaporkan oleh dokter ke otoritas kesehatan masyarakat setempat di New Brunswick, Nova Scotia, Prince Edward Island dan Newfoundland. Infeksi HSV neonatal dapat dilaporkan di beberapa propinsi saja. Apakah kasus harus dilaporkan berdasarkan kecurigaan atau setelah konfirmasi laboratorium juga bervariasi.



  • Pemberitahuan pasangan tidak diperlukan sebagai sebuah tindakan kesehatan masyarakat, sebagiannya karena hal-hal berikut:
- Kebanyakan penyakit adalah rekurensi
- Sulit menilai apakah sebuah kontak pernah mengalami infeksi genital primer.
- Pasien dengan herpes genital harus didorong untuk memberi tahu pasangan seksual mereka mulai dari 60 hari sebelum onset gejala sampai tanggal diagnosis dimana sudah asimptimatik untuk membuat mereka sadar akan risiko infeksi, jika tidak terinfeksi, dan untuk menghindari diagnosis pada pasangan jika penyakit benar-benar timbul.

Follow-Up



  • Kultur follow-up tidak diindikasikan, kecuali jika ada gejala-gejala rekuren tidak lazim atau untuk menentukan kerentanan in vitro ketika resistensi diduga sebagai sebuah penyebab kegagalan terapeutik.



  • Konseling suportif merupakan sebuah komponen penting untuk menangani pasien-pasien yang mengalami herpes genital.
Pertimbangan-Pertimbangan Khusus

Herpes neonatal



  • Peneklitian epidemiologi terbaru tentang faktor-faktor risiko untuk herpes neonatal telah menunjukkan bahwa faktor risiko terbesar untuk infeksi HSV nenonatal adalah infeksi HSV-1 atau HSV-2 maternal baru tanpa respons imun maternal yang terbentuk sempurna pada waktu melahirkan, yang menghasilkan bayi yang lahir tanpa antibodi spesifik tipe HSV transplasenta homolog. Empat dari sembilan bayi seperti ini mengalami infeksi HSV neonatal. Disisi lain, bayi-bayi yang melahirkan secaranormal dari ibu yang mengalami reaktivasi herpes genital dengan lesi-lesi genital atau peluruhan virus genital HSV asimptomatik pada parturisi memiliki 2% risiko infeksi (2 dari 92 kasus). Kelahiran dengan cesar terbukti melindungi terhadap penularan Hsv neonatal. Sehingga, peluang untuk pencegahan HSV neonatal adalah meniadakan infeksi genital maternal di akhir kehamilan dibanding mengidentifikasi wanita dengan infeksi HSV genital yang diketahui. Yakni, ada alasan untuk menenangkan wanita hamil tentang riwayat herpes genital.



  • Kejadian di Canada untuk 2000-2003 adalah 5,85 per 100.000 kelahiran hidup; 62,5% dari infeksi ini terkait dengan HSV-1. Dari 55-80% disebabkan oleh HSV-2.



  • Infeksi intruterin mewakili 5% dari infeksi HSV neonatal, dan infeksi postnatal (biasanya HSV-1) untuk 15%.



  • Secara klinis, infeksi neonatal dikelompokkan sebagai SEM (skin-eye-mouth), CNS (sistem saraf pusat) atau infeksi tertular. Miortalitas masing-masing adalah 0%, 15%, dan 47%, dan perkembangan abnormal pada 1 tahun masing-masing adalah 2%, 70% dan 25%. Akan tetapi, overlap terjadi, dan sampai 30% bayi dengan SEM pada awalnya akan berkembang menjadi penyakit CNS.



  • Dalam penelitian pada populasi Canada, sebanyak 63,8% kasus memiliki penyakit SEM terlokalisasi, sedangkan 34,5% memiliki infeksi yang menular ke sistem saraf pusat atau organ lain.



  • Lesi-lesi kulit vesikular mungkin tidak diamati pada 17% neonatus dengan SEM, 32% dengan NS dan 39% nenonatus dengan penyakit menular.



  • Risiko infeksi neonatal
- Adalah sampai 50% jika ibu memiliki infeksi HSV genital dengan lesi pada parturisi. Pada sekitar 70% kasus ibu tidak memiliki riwayat herpes genital.
- Adalah 2-8% ketika kelahiran lewat vagina terjadi dan ibu memiliki lesi genital rekuren atau memiliki peluruhan HSV genital asimptomatik pada parturisi.



  • Masa inkubasi rata-rata adalah 4 hari, dengan rentang 1-28 hari.



  • Kebanyakan herpes neonatal mulai setelah neonatus yang sehat meninggalkan rumah sakit.



  • Terapi oral asiklovir menekan penyakit genital rekuren dan peluruhan asimptomatik dan sehingga telah terbukti mengurangi kebutuhan akan kelahiran cesar.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders