Transmigrasi Ganda dan Hiperdonsia

ABSTRAK

Gigi yang bertransmigrasi cukup jarang, walaupun laporan-laporan mengenai hal ini telah meningkat dengan ditemukannya radiografi panoramik. Erupsi ektopik kaninus dan kelainan-kelainan gigi lainnya seperti gigi desidui dan supernumerary yang tertahan memiliki etiologi genetik dan bisa terkait. Sebuah laporan kasus yang disajikan di sini menunjukkan transmigrasi kaninus mandibula dan insisor lateral serta keberadaan akar-akar molar desidui yang tertahan dan premolar supelemental. Etiologi yang mungkin dari kelainan-kelainan ini dibahas.

Kata kunci: Kaninus, insisor lateral, transmigrasi, odontom, mandibula.

PENDAHULUAN
   
Transmigrasi kaninus mandibula merupakan sebuah kejadian yang langka. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan radiografi, sehingga kejadian kondisi ini semakin meningkat selama 30 tahun terakhir dengan diperkenalkannya tomografi panoramik (DPT). Etiologinya belum diketahui, meskipun beberapa mekanisme telah diusulkan. Tumor, kista, dan odontom bisa menyebabkan malposisi gigi jika terletak dalam jalur erupsi gigi. Faktor etiologi yang mungkin lainnya adalah kehilangan gigi desidui secara prematur, retensi kaninus desidui, ketidakberaturan gigi, jarak gigi, gigi supernumerary, panjang mahkota kaninus mandibula yang berlebihan, lesi-lesi kista, dan dorongan erupsi yang sangat kuat. Etiologi genetik juga telah diusulkan.
   
Transmigrasi ganda bahkan lebih jarang. Disini disajikan seorang pasien yang mengalami transmigrasi kaninus mandibula dan insisor lateral di sekitarnya, bersama dengan keberadaan gigi suplemental pada seri pramolar.

LAPORAN KASUS
   
Pasien, seorang anak perempuan berusia 13 tahun, dirujuk ke Departemen Perawatan Gigi Utama di Rumah Sakit St Luke untuk meneliti kaninus mandibula premanen kiri bawah yang belum erupsi. Riwayat pasien menunjukkan kunjungan yang tidak beraturan ke dokter gigi tanpa pencabutan gigi sebelumnya. Ibunya tidak menyebutkan ada kelainan pertumbuhan gigi anak ini.
   
Pemeriksaan intraoral menemukan relasi insisor Kelas I dengan crowding ringan pada daerah pramolar/kaninus kiri bawah dan lengkung atas yang tersusun rapi. Lesi-lesi berkaries terlihat pada gigi molar.
   
Kaninus desidui kiri bawah tertahan dan kuat dan kaninus suksedaneous tidak dapat dipalpasi. Juga ada gigi suplemental yang menyerupai pramolar bawah. Mahkota sedikit abnormal bentuknya, lebih lebar dan lebih datar dengan cusp yang lebih dangkal dan fisur yang lebih lebar. Insisor bawah keluar dari lengkung.
   
DPT (Gambar 1) menunjukkan dua gigi bertransmigrasi yang belum erupsi, yang terletak berdekatan dengan batas bawah dari simphisis mandibula. Folikel dari kedua gigi membesar. Mahkota gigi distal terlihat lebih kecil dibanding gigi mesial. Akar pramolar suplemental lebih kecil dan lebih tidak beraturan bentuknya dibanding kawanannya. Molar ketiga ada. Pengamatan intraoral pelengkap (Gambar 2a,b) menunjukkan mahkota gigi mesial yang belum erupsi yang terletak lingual ke garis lengkung, sedangkan mahkota gigi distal terdapat pada garis lengkung.
   
Perawatan yang dianjurkan adalah pencabutan kedua gigi yang belum erupsi dengan menggunakan anestesi umum. Kaninus desidui yang tertahan dibiarkan pada tempatnya karena akan dirujuk ke Klinik Gigi untuk konservasi dan meminta pertimbangan ortodontik. Juru-bedah menguatkan bahwa gigi yang dicabut memiliki bentuk dan ukuran yang normal, tapi sayang gigi-gigi tersebut sudah dicabut.
   
Penyembuhan tidak terlalu lama dan radiograf follow-up satu tahun selanjutnya tidak menunjukkan adanya abnormalitas lebih lanjut. Pasien setuju untuk merestorasi gigi-giginya yang berkaries, tetapi dia menolak dilakukannya perawatan ortodontik.
   
Kasus ini menunjukkan beberapa karakteristik yang tidak umum. Kaninus yang bertransmigrasi cukup langka. Akan tetapi, ini adalah kasus pertama dimana transmigrasi insisor lateral telah ditemukan. Lebih lanjut, sebuah pramolar suplemental telah erupsi ke dalam lengkung, berdekatan dengan kaninus desidui yang tertahan. Tidak lazim bagi kaninus mandibular ektpopik untuk terkait dengan odontom, akan tetapi, ini biasanya memiliki bentuk abnormal dan gagal untuk erupsi.
   
Dalam review literatur yang mereka lakukan, Shapira dan Kiftinec mereview 73 kasus kaninus bertransmigrasi. Tujuh kasus (9,5%) menunjukkan hipodonsia sedangkan lima kasus (7%) dengan odontom ditemukan. Pada tiga dari kasus ini (4%), kedua kelainan ditemukan. Taguchi menyebutkan odontom sebagai sebuah penyebab yang mungkin untuk erupsi yang menyimpang. Kaninus maksilla ektoppik terkait dengan hipodonsia, tetapi kaninus mandibula ektopik terkait dengan hipo dan hiperdonsia. Salah satu penjelasannya bisa jadi adalah bahwa kontrol proliferais lamina dental diregulasi berbeda pada lengkung maksilla dan mandibula.
   
Camilleri dan Scerri menyajikan serangkaian dari lima kaninus bertransmigrasi, empat diantaranya menunjukkan satu atau lebih kelainan dental yang dapat diwariskan. Kelainan paling umum adalah erupsi ektopik dari gigi-gigi lain, yakni kaninus-kaninus maksilla, walaupun salah satu kasus juga memiliki pramolar kedua bawah ektopik. Keberadaan gigi supernumerary bersama dengan transmigrasi insisor lateral-kaninus dari gigi-gigi ini sejalan dengan teori bahwa beberapa gangguan perkembangan memiliki etiologi bawaan yang umum, walaupun tidak ada anggota keluarganya yang menunjukkan kelainan yang mirip.
   
Karakteristik yang tidak umum lainnya adalah bawa mahkota dari gigi mesial berada pada sisi lingual dari lengkung. Gigi-gigi yang bertransmigrasi biasanya disebut bersifat bukal.
   
Tahapan intraosseous dari erupsi gigi melibatkan resorpsi tulang untuk membentuk sebuah jalur erupsi dan pembentukan tulang, untuk menggerakkan gigi ke dalam jalur erupsi. Kejadian-kejadian ini diregulasi oleh folikel dental yang menentukan arah dan waktu erupsi gigi. Kehilangan sinkronisasi pensinyalan osteoblast-soteoklast bisa mengarah pada komplikasi. Tundaan erupsi secara keseluruhan dan ankylosis gigi yang terkait dengan kasus-kasus erupsi ektopik bisa menunjuk pada cacat terlokalisasi pada fungsi osteoklas atau osteoblas.
   
Tidak mengherankan bahwa kelainan-kelainan erupsi bisa mengenai lebih dari satu tipe gigi. Karena proses erupsi umum pada semua gigi, maka tidak mungkin bahwa mekanisme erupsi gigi yang berbeda disebabkan oleh aksi gen-gen yang berbeda. Dengan demikian, sebuah cacat dalam proses erupsi bisa diharapkan mengenai semua gigi sampai tingkatan tertentu. Variasi-variasi ekspresi gen temporal dan spasial dari gen-gen mutan serta perbedaan-perbedaan regional dalam hal regulasi bisa mewakili berbagai kelainan erupsi yang terlihat.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders