Imiquimod Sebagai Agen Anti-Penuaan Kulit

Abstrak

Latar belakang: Terapi imiquimod topikal telah dibuktikan efektif untuk berbagai penyakit kulit infeksi, neoplastis, dan inflammatory. Beberapa laporan yang dipublikasikan mendukung manfaat terapi imiquimod untuk keratosis aktinik dan melanoma superfisial serta kanker-kanker kulit non-melanoma. Akan tetapi, masih sedikit bukti yang menunjukkan kegunaan pengapliaksian imiquimod sebagai sebuah pengobatan anti-penuaan kulit.

Tujuan: Kami menguji efektifitas krim imiquimod 5% dalam pengobatan penuaan kulit akibat cahaya matahari (photoaging) dengan mengevaluasi spesimen-spesimen biopsi sebelum dan setelah perawatan dan mengamati perubahan-perubahan histologis.

Metode: Penelitian ini merupakan perluasan dari sebuah proyek sebelumnya di departemen kami dimana pasien yang memiliki lesi-lesi lentigo maligna (LM) yang dibuktikan dengan biopsi direkrut dari sebuah pelayanan dermatologi universitas, sebuah rumah sakit, dan perujukan dari dokter-dokter praktek untuk menjalani trial efikasi dengan pengaplikasian imiquimod 5% secara topikal setiap hari selama 3 bulan. Biopsi kulit dilakukan pada semua pasien sebelum dan setelah perawatan. Dengan menggunakan metode semikuantitatif, spesimen-spesimen biopsi dianalisis perubahan tabel kolagen dermalnya (elastosis surya berbanding fibroplasia dermal papillary). Parameter-parameter tambahan yang dianalisis mencakup perubahan-perubahan epidermal (atropi berbanding acanthosis, kandungan melanin, dan hipergranulosis) dan efek-efek inflammatory (populasi sel dermal dan epidermal bersama dengan keberadaan perubahan pigmen). Variabel-variabel dibandingkan dengan menggunakan uji Wilcoxon berpasangan (Wilcoxan rank sums).

Hasil: Dari 26 pasien yang melengkapi 3 bulan pengaplikasian tiap hari, 24 (>92,3%) menunjukkan peningkatan fibroplasia dermal papillary secara signifikan (P < 0,0001) dengan pengurangan elastosis surya yang terkait (P = 0,0036). Temuan penting lainnya adalah pemulihan ketebalan epidermal normal (P = 0,0073) dan melanisasi (P < 0,0001).

Kekurangan: Penelitian ini hanya mengevaluasi efek imiquimod pada kulit yang memiliki lesi LM (lentigo maligna). Belum diketahui apakah hasil dari penelitian ini berlaku bagi kulit tidak berlesi yang mengalami photoaging.

Kesimpulan: Imiquimod topikal dapat menginduksi perubahan-perubahan reparatif pada epidermis dan tabel koalgen dermal pada kulit yang rusak kronis akibat sinar matahari yang terkait dengan LM, sehingga menunjukkan kegunaannya yang potensial sebagai sebuah pengobatan anti-penuaan kulit. Temuan-temuan ini perlu dikonfirmasi pada kulit yang rusak akibat sinar matahari yang tidak terkait dengan LM.

PEDAHULUAN
   
Photoaging (penuaan kulit akibat sinar matahari) menunjuk pada perubahan klinis dan perubahan mikroskopis kulit yang ditimbulkan oleh keterpaparan kumulatif terhadap radiasi ultraviolet (UV) dan timpang tindih dengan latar belakang penuaan kronologis. Walaupun banyak yang menganggap photoaging sebagai sebuah masalah kosmetik utama, namun fakta bahwa proses ini menjadi dasar bagi terjadinya lesi kulit pra-kanker dan kanker telah menekankan implikasi medis dari proses ini. Banyak bukti yang mendukung efikasi imiquimod dalam pengobatan lesi-lesi kanker dan pra-kanker seperti ini, dan agen pengubah respons imun topikal ini sekarang diindikasikan untuk pengobatan keratosis aktinik dan karsinoma sel basal superfisial, disamping sebelumnya telah diindikasikan untuk kondiloma akuminatum yang ditimbulkan virus.
   
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan efek-efek dermatopatologi dari terapi imiquimod pada beberapa pasien yang sebelumnya dilaporkan mengalami lentigo maligna (LM), sebuah bentuk in situ dari melanoma yang biasanya mengenai kulit kepala dan leher lansia yang rusak akibat sinar matahari.

BAHAN DAN METODE
   
Izin badan review institusional didapatkan untuk trial terbuka yang akan dilakukan terhadap imiquimod 5% untuk pengobatan LM. Dari sebuah universitas dan sebuah klinik kulit rumah sakit, serta dokter praktek pribadi, diperoleh sebanyak 28 pasien dengan diagnosis LM yang ditegakkan berdasarkan kombinasi temuan klinis, dermoskopi, dan histopatologi, pemeriksaan yang terakhir ini dikonfirmasi menggunakan kriteria standar. Individu-individu yang diduga secara klinis atau dibuktikan pada biopsi memiliki melanoma invasif dikeluarkan dari penelitian. Pasien harus memiliki sekurang-kurangnya 2 cm2 tumor yang tertinggal untuk diobati setelah biopsi. Gambar-gambar kulit berlesi diambil pada semua kasus (Gbr. 1); lesi difoto dan dijiplak pada cetakan-cetakan plastik yang mencakup sketsa-sketsa penunjuk lainnya sehingga daerah-daerah yang terkena bisa diketahui setelah terapi. Pasien diinstruksikan untuk pengaplikasian imiquimod topikal dan diperiksa kembali pada pekan ke-1, 4, 8, 12, 16, 24, dan 52. Para pasien diharuskan taat pada pengobatan setiap hari sampai 3 bulan selama periode isitirahat tidak diperlukan karena iritasi yang tidak dapat ditolerir atau ulserasi yang langsung terjadi. Pengobatan dihentikan pada pekan ke-12. Pada pekan ke-16, sekurang-kurangnya 4 spesimen biopsi jarum (4 mm) diambil pada daerah yang terkena sebelumnya di lokasi-lokasi yang ditentukan dengan memastikan daerah-daerah yang paling menunjukkan tumor persisten berdasarkan kriteria dermatoskopi dan kriteria klinis sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Eritema tampak yang sedang sampai parah ditemukan pada sekurang-kurangnya satu periode dari terapi 3-bulan untuk kebanyakan pasien yang merespon terhadap pengobatan.
   
Untuk semua spesimen biopsi pra-pengobatan dan satu spesimen biopsi pasca-pengobatan representatif, penandaan imunologis (immunostaining) dilakukan dengan alat immunostainer Melan-A (Benchmark, Ventana Medical Systems, Tucson, Ariz) dengan menggunakan fast red chromagen, dan jumlah melanosit per milimeter linear dari epidermis ditentukan dengan menggunakan mikrometer okular terkalibrasi pada sebuah mikroskop cahaya (BMAX 60, Olympus, Center Valley, Pa) dengan pembesaran objek 20X. Empat jumlah melanosit terpisah pada 0,5 mm diameter transversal epidermal diambil secara independen dengan cara tersamarkan oleh dua pengamat. Parameter-parameter lain dikelompokkan secara semikuantitatif pada sebuah spesimen biopsi sebelum dan setelah pengobatan pada irisan-irisan parafin 5µm yang distaining dengan hematoksilineosin.
   
Parameter-parameter yang dinilai secara semikuantitatif mencakup: inflamasi (sel-sel mononuklear yang diberi nilai sebagai berikut: 0 = <10  sel/bidang 40xdaya-tinggi (hpf); 1 = 10-15 sel/hpf; 2 = 51-75 sel/hpf; 3 = >75 sel/hpf); ketebalan epidermal (diberi nilai 0 = atropik; 1 = normal; 2= sedikit meningkat [<20%]; 3 = meningkat sedang (20%-30%); 4 = meningkat tajam [>30%]); ketebalan lapisan granular (diberi nilai 0 = berkurang; 1 = ringan [<25%]; 2 = sedang [25%-50%]; 3 = [arah [>50%]); fibrosis (dermis papillary) (diberi nilai 0 = tidak ada; 1 = ringan [<25%]; 2 = sedang [25%-50%]; 3 = parah [>50%]); kandungan melanin (epidermis) (diberi nilai 0 = tidak ada; 1 = lapisan basal, diskontinyu; 2 = lapisan basal, kontinyu; 3 = epidermis ketiga bawah; 4 = >epidermis ketiga bawah); dan perubahan pigmen (melanofage dermal) (diberi nilai 0 = tidak ada; 1 = 1-3/hpf; 2 = 4-5/hpf; 3 = >5/hpf).

Analisis statistik
   
Kepadatan melanosit dianalisis menggunakan analisis ukuran berulang dari varians terhadap nilai-nilai kepadatan yang dilog-kan untuk memenuhi kesamaan varians. Semua variabel yang dikaji lainnya dibandingkan dengan menggunakan uji Wilcoxan rank sums.

HASIL
   
Dari 26 pasien yang melengkapi 3 bulan pengaplikasian imiquimod setiap hari, 24 (>92,3%) menunjukkan peningkatan fibroplasia dermal papillary yang signifikan (P < 0,0001) dengan pengurangan elastosis surya terkait (P = 0,0036) (Gbr. 2). Temuan penting lainnya adalah pemulihan ketebalan epidermal normal  (P = 0,0073) dan melanisasi (P < 0,001). Untuk pengobatan LM, 24 (92,3%) adalah responden lengkap dan dua tidak menyelesaikan pengobatan. Semua pasien menunjukkan pengurangan kepadatan melanosit yang signifikan berdasarkan spesimen biopsi pra-pengobatan (197,26 [mean] ± 173,20 [SD] berbanding 10,76 ± 29,70 [P < 0,0001]) (Gbr. 2).

PEMBAHASAN
   
Radiasi UV dari sinar matahari merusak kulit manusia menghasilkan proses penuaan prematur yang disebut photoaging. Kemajuan-kemajuan signifikan telah dicapai dalam memahami mekanisme molekuler dari photoaging, sehingga memberikan peluang potensial untuk intervensi terapeutik. Telah ditunjukkan bahwa jalur-jalur transduksi sinyal imbas UV pada kulit manusia memperantarai kerusakan jaringan konektif yang tampak jelas secara klinis. Secara lebih spesifik, radiasi UV mengaktivasi faktor pertumbuhan dan reseptor-reseptor sitokin pada permukaan-permukaan keratinosit dan fibroblast yang menghasilkan berbagai transduksi sinyal yang menginduksi kompleks faktor transkripsi, protein pengaktivasi (AP)-1. Pada keratinosit, aktivasi AP-1 menghasilkan degradasi kolagen dan komponen-komponen matrik ekstraseluler lainnya yang meningkat melalui peningkatan aktivitas matriks metalloproteinase (MMP). Pada fibroblast, aktivasi AP-1 menghasilkan inhibisi ekspresi gen prokolagen, sehingga, mengurangi sintesis kolagen dan reparasi matriks dermal. Disamping itu, kadar inhibitor MMP jaringan tertentu telah ditunjukkan berkurang pada kulit yang menua secara kronologis maupun yang menua karena pengaruh sinar matahari.
   
Meskipun penelitian efikasi imiquimod topikal hanya dilakukan pada LM (sebuah melanoma in situ yang terjadi hampir hanya pada kulit yang menua karena sinar matahari) yang didiagnosa berdasarkan biopsi, kami menemukan bahwa disamping tingkat keberhasilan pengobatan yang tinggi, imiquimod tampak dapat membalikkan beberapa tanda histopatologis dari photoaging. Spesimen-spesimen biopsi pasca-pengobatan menunjukkan reduksi elastosis surya yang signifikan dengan penormalan ketebalan epidermal dan fibroplasia dermal dibanding dengan spesimen pra-pengobatan.
   
Mekanisme efek reparatif dari imiquimod ini terhadap kulit yang menua karena sinar matahari masih belum jelas, karena radiasi UV dan imiquimod tampaknya sama-sama menghasilkan aktivasi faktor-faktor transkripsi faktor-kappa B dan AP-1 dan transkripsi gen sitokin inflammatory selanjutnya, imiquimod melakukan ini melalui interaksinya dengan reseptor TLR. Akan tetapi, penelitian lain telah menunjukkan pengurangan MMP-9 (faktor pertumbuhan fibroblast pokok) dan faktor pertumbuhan endotelium vaskular, disertai dengan peningkatan inhibitor MMP-1 dalam jaringan pada kulit yang diperlakukan dengan imiquimod. Lingkungan sitokin yang diinduksi oleh imiquimod tidak diragukan sangat kompleks, tetapi temuan-temuan ini bisa menjelaskan pengurangan photoaging klinis dan histologis dengan menunjukkan inhibisi degradasi matriks dermal, sehingga memungkinkan reparasi. Masih belum jelas sejauh mana respon ini spesifik untuk inflamasi yang ditimbulkan imiquimod. Simulasi TLR 7 dengan imiquimod merupakan salah satu dari beberapa cara untuk mengaktivasi respon kekebalan alami kulit. Bisa diperkirakan bahwa aktivasi sistem kekebalan ini oleh jalur-jalur TLR yang lain (seperti, TLR 1-lipoprotein bakteri, TLR 2-peptidoglikan bakteri, TLR 3-RNA berantai ganda viral, TLR 4-lipopolisakarida dari bakteri gram-negatif, TLR 5-flagellin bakteri, atau 9-DNA guanin-cytidin bakteri dan viral TLR) atau yang lebih umum dengan pengadaptasi umum MyD88, yang dianggap penting untuk respons-respons inflammatory yang diperantarai oleh semua anggota famili TLR, juga bisa bermanfaat bagi fenomena photoaging.

KESIMPULAN
   
Penelitian ini menunjukkan bahwa imiquimod topikal dapat menginduksi reparasi tabel kolagen dan restorasi ketebalan epidermal normal pada kulit yang rusak karena sinar matahari dalam setting LM (lentigo maligna). Penelitian tambahan diperlukan untuk mendukung temuan-temuan ini pada kulit menua-matahari yang tidak terkait dengan LM, dan untuk menyelidiki mekanisme-mekanisme dari perubahan-perubahan seperti ini.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders