Bukti kegagalan kehamilan pada pemeriksaan sonografi

Latar belakang
   
Fase embrio dari pertumbuhan sempurna pada akhir pekan ke-10 kehamilan. Karena urutan peristiwa kompleks yang terjadi selama periode waktu yang singkat ini, komplikasi jarang terjadi. Walaupun banyak istilah yang digunakan untuk kegagalan kehamilan dini, namun dengan adanya bukti sonografi yang menunjukkan embrio mati, maka istilah kematian embrio harus digunakan.

Patofisiologi
   
Kebanyakan kasus kegagalan kehamilan dini tidak diketahui etiologinya. Secara umum, malformasi embriologi signifikan yang menghasilkan kematian embrio bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kromosom, lingkungan, atau faktor gabungan. Abnormalitas kromosom merupakan penyebab utama yang diketahui untuk kehilangan kehamilan. Diperkirakan 6-7% zigot memiliki penyimpangan kromosom, dan lebih dari 95% konsepsi dengan kromosom abnormal meninggal in utero. Walaupun kejadian pasti tidak diketahui, namun abnormalitas sitogenik dilaporkan pada 20% konsepsi pada wanita yang mengalami fertilisasi in vitro dan pada 70% wanita dengan aborsi spontan. Disamping itu, banyak penyimpangan kromosom yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia ibu. Ini khususnya berlaku bagi sindrom Down (trisomi 21) meski juga terbukti pada trisomi-trisomi yang kurang umum lainnya.

   
Pemeriksaan patologi terhadap konsepsi yang abnormal kromosomnya menguatkan adanya trisomi pada sekitar 50% kasus.
   
Waktu keterpaparan terhadap faktor lingkungan atau teratogen sangat penting bagi hasil akhir kehamilan. Keterpaparan dini, biasanya sebelum 5 pekan usia kehamilan, dapat menyebabkan embrio mati atau tidak terpengaruh. Tidak mengherankan, keterpaparan selama periode pembentukan organ (5-10 pekan) biasanya mempengaruhi pertumbuhan organ dan menghasilkan kematian atau abnormalitas bawaan. Penyebab lingkungan mencakup faktor-faktor imunologi, obat, agen infeksi, alkohol, merokok, bahan kimia lingkungan, dan radiasi.
   
Jika implantasi telah terjadi, penyebab kegagalan kehamilan dini lainnya terkait dengan ketidakmampuan corpus luteum untuk mendukung konseptus secara memadai. Kondisi ini, yang cenderung terjadi dengan obesitas maternal dan/atau usia ibu yang sudah tua, bisa diobati selama fase pertumbuhan embrionik dengan pemberikan choriogonadotropin manusia (hCG).
   
Kelainan perkembangan uteri seperti kelainan septum uterin atau kelainan uterin yang didapat (acquired)  seperti leiomioma submosa yang luas atau leiomioma degenerasi juga bisa meningkatkan kejadian kematian embrio.

Frekuensi
   
Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% kehamilan gagal menghasilkan keturunan yang hidup. Kebanyakan dari kegagalan ini terjadi sebelum implantasi kantung kehamilan. Pada kehamilan kimiawi atau pra-klinis, satu-satunya bukti kehamilan adalah uji kehamilan positif sementara dan kemungkinan sebuah riwayat siklus menstruasi yang tidak lazim. Menurut beberapa penelitian, kejadian kehilangan kehamilan setelah implantasi berkisar antara 20-31%.
   
Penelitian membuktikan bahwa selama pertumbuhan embrionik, tingkat kegagalan kehamilan berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan kehamilan yang sudah mencapai tahap perkembangan janin (dimulai pada 11 pekan usia kehamilan), kematian relatif tidak umum. Dengan menggunakan ultrasound vaginal, salah satu penelitian menunjukkan bahwa jika sebuah kantung kehamilan dapat dilihat, maka tingkat kehilangan embrionik adalah 11,5%; jiak disertai kantung yolk (yolk sac) sebesar 8,5%; jika disertai embrio yang panjangnya kurang dari 5 mm, sebesar 7,2%; dan jika disertai panjang embrionik 6-10 mm, sebesar 3,3%. Berbeda dengan itu, kehilangan selama fase pertumbuhan janin adalah sebesar 2%.

Rute trans-vaginal dan rute trans-abdominal
   
Probe trans-abdominal terbatas karena biasanya menggunakan transduser 3,5-5 Mhz dibanding dengan probe trans-vaginal, yang menggunakan transduser 5-10 Mhz dengan resolusi yang lebih tinggi. Bahkan jika transduser 5-MHz digunakan untuk scan transabdominal dan transvaginal, citra-citra transabdominal dari kehamilan intrauterin dini (IUP) akan memiliki kualitas yang lebih rendah dibanding yang didapatkan dengan probe transvaginal. Ini karena probe transvaginal secara fisik lebih dekat dengan objek yang sedang discan, dan berkas ultrasound transvaginal tidak melintasi dinding abdominal. Ini menghasilkan penguatan artifak yang lebih kecil. Efek-efek komparatif ini paling terlihat ketika dilakukan scanning pada pasien gemuk dan uteri RVF.
   
Kekurangan pendekatan transvagina adalah jika terdapat massa pelvis yang besar maka kandungan intrauterin tidak bisa dilihat. Paling sering, fibroid uterin terklasifikasi yang ditempatkan secara strategis atau yang memiliki ukuran besar bisa menyebabkan masalah ini. Pada kondisi-kondisi seperti ini, sebuah pendekatan abdominal harus digunakan dalam upaya untuk mencitra uterus dan kandungannya.
   
Kekurangan lain adalah jika pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum waktu dimana kantung yolk bisa dideteksi. Dengan menggunakan pendekatan vaginal, struktur ini harus dapat diamati pada usia kehamilan 5,5 pekan. Jika sebuah struktur mirip-kantung yang berukuran kecil dicitra tetapi tidak mengandung kantung yolk, maka sering tidak mungkin untuk menentukan apakah temuan intrauterin merupakan hasil dari IUP (kehamilan intrauterin) dini atau sebuah kantung-maya yang terkait dengan kehamilan ektopik. Pada kasus-kasus ini, evaluasi cermat terhadap adneksa bisa membantu untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Kadang-kadang, ultrasound serial dan/atau penentuan hCG mungkin diperlukan untuk menentukan etiologi kantung intrauterin.

Indikakator-indikator hasil akhir kehamilan yang buruk pada pemeriksaan sonografi

Kriteria kantung abnormal

1. Kenampakan kantung kehamilan
   
Sebuah kantung kehamilan intrauteri normal dini sering bisa diidentifikasi secara transabdominal pada usia kehamilan 31 hari dan bisa diidentifikasi secara konsisten pada usia kehamilan 35 hari. Untuk mendiagnosa IUP (kehamilan intra uterin) secara meyakinkan, kebanyakan operator sonografi bergantung pada temuan kantung desidual ganda (DDS), yang tidak umum ditemukan sampai diameter kantung rata-rata (MSD) mencapai 10 mm (usia kehamilan 40 hari) (Gambar 1).

2. Laju pertumbuhan
   
Pada kehamilan normal, rata-rata pertumbuhan kantung adalah 1,13 mm/hari; jika dibandingkan, rata-rata pertumbuhan kantung pada kehamilan intrauterin abnormal adalah 0,70 mm/hari. Berdasarkan pengamatan-pengamatan ini, kantung kehamilan abnormal bisa didiagnosa secara meyakinkan jika kantung kehamilan gagal tumbuh dengan laju pertumbuhan sekurang-kurangnya 0,6 mm/hari.

3. Kenampakan kantung chroiodesidual
   
Ini merupakan kenampakan sonografis dari echo-echo yang mengelilingi sebuah kantung kehamilan intrauterin dini. Kenampakan abnormal mencakup bentuk kantung yang terdistorsi; reaksi choriodesidual tidak beraturan atau ekogenik lemah dan tipis (<2 mm) (Gambar 2).

Perbedaan antara CRL dan MSD
   
Mulai dari usia kehamilan 5,5-9 pekan, rata-rata ukuran kantung kehamilan (MSS) normalnya sekurang-kurangnya 5 mm lebih besar dari CRL. Jika perbedaan ini kurang dari 5 mm, angka keguguran spontan selanjutnya melebihi 90% (Gambar 3). etiologi untuk trimester pertama (oligohidramnios), tidak jelas, tetapi pengamatan ini menunjukkan bahwa dengan pertumbuhan kantung kehamilan trimester pertama yang tidak optimal, kemungkinan kehilangan kehamilan cukup tinggi.

Kantung yolk / amnion abnornal
   
Kantung yolk normalnya terbentuk pada 28 hari menstrual dan merupakan struktur pertama yang terlihat dalam kantung kehamilan. Normalnya, kantung ini dapat dilihat pada scan transabdominal ketika rata-rata diameter kantung (MSD) adalah 20 mm atau lebih. Ini sesuai dengan usia kehamilan 7 pekan. Semua transduser transvaginal bisa mendeteksi kantung yolk ketika MSD adalah 8 mm atau lebih. Ini sesuai dengan usia kehamilan 5,5 pekan. Kegagalan untuk memperlihatkan kantung yolk ketika usia kehamilan telah mencapai sinyal-sinyal pembeda ini, maka kehamilan berkembang tidak normal.
   
Kantung yolk yang tampak tidak normal juga bisa menjadi indikator kematian embrio. Karakteristik abnormal mencakup ukuran yang besar (diameter lebih dari 6 mm), kalsifikasi atau material ekogeik dalam kantung yolk, dan kenampakan ganda pada kantung yolk.
   
Amnion terbentuk sedikit lebih cepat dibanding kantung yolk, tetapi karena membran ini sangat tipis, dia lebih sulit dilihat dibanding kantung yolk.  Normalnya, amnion bisa dilihat pada scan-scan transabdominal pada akhir masa embrionik. Jika amnion bisa dilihat dengan mudah, maka dia kemungkinan terlalu tebal dan kemungkinan besar abnormal. Karakteristik lain yang konsisten dengan kegagalan kehamilan mencakup amnion yang terlihat tanpa kantung yolk yang menyertai, embrio, atau aktivitas kardiak. Kantung amniotik yang membesar merupakan tanda lain yang merupakan indikasi kehamilan gagal atau kematian embrio.

Perdarahan subchorionik
   
Sebanyak 18% wanita dengan perdarahan vaginal selama separuh masa kehamilan pertama memiliki bukti perdarahan subchorionik sebagai etiologi untuk perdarahan yang mereka alami. Signifikansi klinis dari tipe perdarahan ini masih dipertentangkan, dimana beberapa peneliti melaporkan kejadian aborsi spontan yang meningkat, sedangkan yang lainnya menyimpulkan kondisi ini tidak terlalu mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Beberapa pemerintah telah menyarnakan bahwa ukuran bekuan darah bisa digunakan untuk memprediksikan hasil akhir kehamilan tetapi ini belum diterima secara umum.

Bradycardia
   
Pada usia kehamilan 5-6 pekan, rata-rata denyut jantung embrionik adalah 101 (bpm). Denyut ini meningkat menjadi 143 bpm pada 8-9 pekan dan menurun pada sekitar 140 bpm. Tidak lazim bagi sebuah denyut jantung embrionik yang pada awalnya dideteksi menjadi lebih lambat dibanding denyut jantung janin yang dicatat kemudian selama kehamilan. Pada salah satu penelitian, semua embrio mulai dari 5+ sampai 8+ pekan usia kehamilan dimana denyut jantungnya kurang dari 85 bpm, menghasilkan keguguran spontan.

Temuan Doppler
   
Beberapa laporan menyebutkan jika indeks resistif diukur pada tingkat subchorionik dan melebihi 0,55, maka kemungkinan aborsi spontan akan menjadi tinggi; akan tetapi, yang lain mengklaim bahwa analisis Doppler terhadap pembuluh-pembuluh darah ini bukan merupakan indikator dari hasil akhir kehamilan.

Memvisualisasikan embrio hidup
   
Sekelompok peneliti, yang menggunakan pendekatan transabdominal, menganjurkan bahwa ketika menggunakan pendekatan transabdominal, 9 mm harus dianggap sebagai CRL pembeda untuk mendeteksi gerakan kardiak. Jika digunakan dengan cara ini, tingkat pembedaan menunjukkan angka numerik ketika temuan tertentu harus selalu ada.
   
Dengan resolusinya yang sangat baik, scan-scan ultrasound vaginal bisa mendeteksi aktivitas kardiak dengan CRL embrionik yang lebih kecil. Para peneliti menganjurkan bahwa ketika sebuah pendekatan transvaginal digunakan, 4 mm bisa dianggap sebagai panjang embrionik pembeda untuk mendeteksi gerakan kardiak. Peneliti lain menganjurkan 5 mm sebagai ukuran embrionik pembeda untuk mendeteksi gerakan kardiak.
   
Jika ukuran embrio melebihi panjang pembeda ini dan tidak ada aktivitas kardiak, maka kehamilan yang tidak langgeng harus didiagnosa. Pengamatan ini harus dilakukan oleh dua pengamatan independen, dan peringatan interpretif harus diberikan pada setiap kasus yang diragukan.
   
Jika panjang embrio kurang dari ukuran pembeda, maka pasien harus ditangani seksama, dan pemeriksaan ultrasound berulang harus dilakukan apabila CRL embrionik yang diharapkan melebihi nilai pembeda. Sebagai alternatif, atau sebagai tambahan, kadar hCG serum bisa bermanfaat untuk menentukan apakah IUP normal ada atau tidak.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Prosedur dan Alat Diagnostik