Imunologi kusta

Mycobacterium leprae kemungkinan memasuki tubuh melalui hidung dan kemudian menyebar ke kulit dan saraf melalui sirkulasi.

Respons imunologi yang ditimbukan oleh host menentukan fenotip klinis yang terjadi (tipe penyakit kusta). Orang yang mengalami kusta menunjukkan berbagai tipe klinis. Secara eksperimental, bentuk-betuk ringan dari penyakit ini dikatakan sesuai dengan paradigma imunologi. Penyakit tuberkuloid merupakan hasil dari imunitas berperantara-sel tinggi dengan sebagian besar respons imun tipe Th1. Akan tetapi kusta lepromatous ditandai dengan imunitas berperantara-sel rendah dengan respons Th2 humoral.


Patogen-aptogen intraseluler dikenali oleh sistem imun alami. Rseptor-reseptor TLR (Toll-Like Receptor) terkonservasi pada permukaan monosit dan makrofage mengenali lipoprotein mikobakteri. Pada kasus M. leprae, ini kelihatannya terjadi utamanya melalui heterodimer TLR2/1 dan mengarah pada diferensiasi monosit dan sel-sel dendritus. Yang terakhir ini mempresentasikan antigen dan menyebakan aktivasi sel-sel T naif oleh sekresi IL-12. Bagian IL-12βR2 dari reseptor IL-12 diekspresikan lebih banyak pada limfosit-limfosit Th1 yang menggeser respons imun menuju ke respons Th1.

Stimulasi TLR juga mengaktivasi faktor transkripsi nuklear NF-kB, yang memodulasi transkripsi berbagai gen respons imun.

Pada penyakit tuberkuloid, interferon (IFN)-γ, IL-2 dan limfotoksin-α disekresikan dalam lesi-lesi dan ini menghasilkan aktivitas fagosit yang intens. Makrofage-makrofage dibawah pengaruh sitokin, khususnya TNF bersama dengan limfosit, membetuk granuloma. Sel-sel CD4+ ditemukan utamanya dalam granuloma dan sel-sel CD8+ dalam area mantel yang mengeliinginya. Sel-sel T pada granuloma tuberkuloid menghasilkan granulysin protein anti-mikroba.

Penyakit lepromatous ditandai dengan pembentukan granuloma buruk. Produksi mRNA dominan untuk sitokin IL-4, IL-5, dan IL-10. IL-4 telah ditunjukkan mengurangi TLR2 pada monosit dan IL-10 akan menekan produksi IL-12. Ini terkait dengan banyaknya limfosit CD8+ pada lesi-lesi lepromatous.

Tipe borderline dalam spektrum kusta bersifat dinamis dan perpindahan tipe diantara kedua kutub terjadi. Pergeseran-pergeseran  dalam respons imunologi mendasari reaksi-reaksi yang merupakan ciri dari tipe kusta borderline.

Keseimbangan dan interaksi kompleks antara sitokin, chemokin, molekul adhesin, reseptor-reseptornya dan sel-sel sistem imunitas alami dan adaptif semuanya memegang peranan dalam penentuan respons imun tertentu dari individu terhadap organisme.

Imunologi reaksi-reaksi kusta

Reaksi tipe 1 merupakan reaksi hipersensitifitas tertunda yang terjadi pada penyakit kusta borderline. Antigen-antigen Mycobacterium lepraetelah ditunjukkan pada saraf dan kulit pasien-pasien yang mengalami reaksi tipe 1. Antigen-antigen terlokalisasi pada sel-sel Schwann dan makrofage.

Sel-sel Schwann telah terbukti mengekspresikan TLR2. Infeksi Mycobacterium leprae bisa mengarah pada ekspresi MHC II pada permukaan sel, dan ini bisa menghasilkan presentasi antigen, yang memicu pembuuhan sel oleh limfosit CD4. Kajian imunohistokimia menunjukkan staining TNF yang lebih besar pada kulit dansaraf selama reaksi tipe 1 dibanding dengan kontrol yang tidak reaksional. Terdapat pergeseran menuju peningkatan imunitas Th1, dan lesi-lesi dalam reaksi mengekspresikan sitokin-sitokin pro-inflamasi IFN-γ, IL-12, dan oksida nitrat sintase terinduksikan penghasil radikal bebas oksigen. Ekspresi mRNA dari berbagai chemokin mencakup IL-8, protein 1 kemoatraktan monosit dan teregulasi selama aktivasi, sel-T normal yang diekspresikan, dan disekresikan (RANTES) lebih tinggi dalam kulit selama reaksi.

Menariknya, kadar sitokin yang bersirkulasi tidak mencerminkan perubahan-perubahan lokal yang terjadi dalam kulit selama reaksi tipe 1. Pengobatan reaksi menyebabkan perbaikan klinis, tetapi perubahan sitokin inflamasi tertunda dan bisa tidak mengalami perubahan pada beberapa kasus. Temuan yang serupa juga telah ditunjukkan dalam meningitis tuberkulous.

Reaksi Tipe 2 atau eritema nodosum leprosum terjadi pada penyakit lepromatous borderline dan penyakit lepromatous. Kadar TNF bersirkulasi yang tinggi telah ditunjukkan dalam plasma beberapa individu yang mengalami reaksi tipe 2. Sel-sel mononuklear darah perifer in vitro dari individu yang mengalami ENL mensekresikan jumlah TNF yang meningkat setelah stimulasi.

Penggunaan thalidomida dan pentoxifyllin telah terbukti mengurangi kadar TNF in vitro pada subjek-subjek yang mengalami ENL.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Memutihkan Kulit Wajah

Relationship between glycemic index and weight loss

Cheerleaders are associated with many diet disorders